Tiga
Kun Anta
~Humood AlKhudher~
''Jadi pergi nggak ini?'' Aksa sudah berada di ambang pintu. Sementara Risa masih duduk di sofa dengan muka masam.
''Dengan penampilan yang seperti itu?'' mata Risa mengamati baju yang dipakai Aksa. Dia tak habis pikir kenapa Aksa tidak mau memakai jas yang sudah dia belikan kemarin.
''Kenapa. Malu? Beruntung aku masih mau pake baju.''
''Susah ya kalau ngomong sama orang kampung!'' Risa bangkit, dia menghentakkan langkahnya dan melewati Aksa.
''Memang aku ini orang kampung. Tapi baju yang aku pakai masih lebih pantas daripada pakai baju mahal tapi kekurangan bahan.'' Aksa mengejar Risa yang berjalan menuju garasi. Dia mengamati gaun yang dipakai istrinya. Gaun hitam panjang yang memperlihatkan punggung mulus Risa. Aksa tersenyum sendiri, memikirkan apakah Risa tak masuk angin dengan gaun terbuka seperti itu, atau jika gaun itu berwarna putih, istrinya akan tampak seperti mbak Kunti.
''Ngapain senyum-senyum sendiri! Dan nggak usah ngajarin aku. Oke! Lagian aku mau pakai baju apa pun bukan urusan kamu. Ngerti!''
''Kalau gitu. Apa pun yang aku pakai juga bukan urusanmu! Deal!'' Aksa mengulurkan tangannya hendak membuat kesepakatan, tapi Risa menangkisnya kasar.
''Itu karena baju yang kamu pakai sekarang nggak sesuai sama acaranya,'' Risa menggerutu makin kesal. ''Kamu mau naik motor? Kamu emang sengaja banget ya. Nggak usah bikin aku tambah kesel deh!!''
Risa menatap tajam pada Aksa ketika laki-laki itu dengan santainya duduk di atas motor miliknya. Aksa mengurungkan niatnya memakai helm. Semuanya salah di mata Risa.
''Aku nggak maksa kamu bawa motor. Tapi kalau papa lihat kita nggak datang bareng, ntar kamu jawab sendiri.'' Risa menutup kuat pintu mobilnya.
Aksa merasa tak tega. Apa yang dikatakan Risa ada benarnya. Tidak mungkin juga dia memaksa Risa naik motor bersamanya. Pada akhirnya dia menjadi orang yang selalu mengalah. Dan berharap stok kesabarannya masih banyak.
''Biar aku yang nyetir.''
Risa tak acuh. Tapi kemudian dia keluar dan berpindah tempat duduk. Karena emosi yang masih menguasai dirinya, Risa kesulitan memasang seatbelt.
Dengan tenang Aksa menarik dan membantu memasangkan seatbelt pada Risa. ''Lain kali, kalau mengerjakan sesuatu nggak usah emosi, pasti jatuhnya tambah susah.''
Risa mendengus. ''Nggak usah ceramah! Cepet jalan. Kita udah telat ini!''
#####
Hampir jam delapan malam mereka sampai di kediaman keluarga Yanuar Wibisono yang megah. Risa melihat beberapa mobil mewah sudah terparkir di halaman rumahnya. Risa tahu, dia sudah datang terlambat.
Risa segera turun dari mobil. Awalnya dia berjalan meninggalkan Aksa, tapi segera dia menghentikan langkahnya dan berbalik memandang suaminya yang berjalan pelan di belakangnya.
''Kenapa?'' tanya Aksa heran.
''Nungguin kamu lah!!'' Risa kemudian menarik lengan Aksa. Digenggamnya jemari suaminya seperti pasangan suami istri yang saling mencintai. Mereka berjalan beriringan.
''Drama,'' bisik Aksa.
''Shut up!!'' Risa menarik Aksa masuk ke dalam rumah. Tapi baru selangkah mereka masuk, Risa dibuat ternganga.
Semua keluarganya memang telah berkumpul, yang membuat Risa terkejut ialah tak seorang pun yang berpakaian seformal dirinya.
''Wah... Waaah. Lihat siapa yang datang!'' teriak Sava.
Muka Risa memerah seketika. Dia mencari Aksa yang pergi meninggalkannya, dan suaminya itu sudah sibuk menyapa keluarganya. Risa masih tak bersuara ketika semua mata masih tertuju padanya.
''Risa? Apa Papa kamu nggak bilang kalau acara kumpul keluarga kali ini nyantai-nyantai aja?'' tanya salah satu tantenya.
Risa hanya menggelengkan kepala. Dia segera menghampiri Aksa yang sedang berbicara dengan ayahnya.
''Sayang... Sini bentar,'' panggil Risa.
Aksa terkejut ketika Risa memanggilnya 'sayang'. Itulah suara paling lembut yang pernah didengarnya dari Risa. Tapi Aksa tahu, semuanya hanya sandiwara palsu!
''Ada apa?''
''Mau ngomong sesuatu. Tapi nggak di sini, di kamar aja ya sayang!'' ucap Risa dengan suara yang dibuat manja. Dia segera menarik tangan Aksa.
#####
''Kenapa kamu nggak ngasih tahu sih!'' tanya Risa setelah dia menutup pintu kamar.
''Ngasih tahu apaan?'' Aksa menampakkan muka tak bersalahnya, dan itu semakin menambah geram hati Risa.
''Kamu memang sengaja kan? Oh, aku tahu, kamu seneng kalau aku dapat malu. You are so mean!!'' Risa meraih bantal kecil di atas sofa dan melemparkannya ke wajah Aksa. Kesal jika Aksa selalu mendebatnya.
''Kamu itu selalu saja menyalahkan orang lain. Apa menurutmu kamu sudah yang paling benar?'' Aksa menangkis bantal kecil tersebut dan tersenyum mengejek.
''Kamu tahu kenapa aku sebel banget sama kamu?''
''Tentu... Sebab aku selalu lebih pinter dari kamu 'kan?'' Aksa menjawab enteng.
''For God sake, kamu laki-laki paling nyebelin yang pernah aku temuin. Aku udah capek lihat muka kamu. Pergi aja sana!''
Aksa cuek saja dan segera pergi dari kamar Risa. Dia memandang Risa sekali lagi yang masih duduk di atas kasur. ''Kamu nggak turun lagi?''
''Keluar!!'' teriak Risa.
Aksa memandang tajam pada Risa, sebenarnya dia sangat marah pada istrinya yang sangat sulit diatur. Aksa menarik napas, sesak.
Setelah Aksa benar-benar pergi. Risa segera bangun dan membuka lemari pakaiannya. Ditariknya kaus biasa dan rok pendek yang penuh dengan gambar bunga. Kemudian dia segera mengganti pakaiannya yang lebih santai.
Ketika Risa keluar dari kamar dan menuruni tangga, sayup-sayup dia mendengar suara merdu dari taman. Nyanyian itu menyentuh jauh ke sudut hatinya. Siapa yang sedang menyanyi?
''Nyanyinya bagus ya?'' ujar Zea yang melihat Risa memejamkan matanya menikmati nyanyian tersebut.
''Hmm. Siapa yang lagi nyanyi? Bang Egan?
''Egan mana bisa nyanyi, ngomong aja udah fals. Itu suami kamu yang lagi nyanyi,'' jawab Zea.
Risa menuju taman, dia melihat Aksa yang sedang bernyanyi sambil memainkan gitar. Lagu yang setahu dia berjudul Kun Anta milik Humood AlKhuder, penyanyi asal Kuwait.
Suara merdu Aksa membuat Risa takjub dan juga terhanyut hingga melupakan rasa amarahnya pada suaminya itu.
#####050516#####
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top