Sembilan

Sejak percakapannya di kamar Aksa, Risa tak banyak bicara. Ketika ikut duduk di ruang tengah pun dia tetap menjaga jarak dengan suaminya itu.

''Ibu masuk dulu ya? Ngantuk.'' bu Halimah bangun dari kursi dan beranjak ke kamarnya.

Jam sudah menunjukan pukul sepuluh malam. Dingin semakin menusuk. Maklum, rumah Aksa berada di daerah perbukitan. Dan acara teve pun sudah tak ada yang menarik. Aksa melirik istrinya yang terlihat menguap beberapa kali.

''Udah ngantuk? Tidur aja yuk!''

Risa mengangguk lesu. Tapi dia harus tidur di mana? Sedang di kamar Aksa tak ada sofa. Kalau suaminya dibiarkan tidur di ruang tengah, bagaimana kalau tengah malam ibu mertuanya bangun dan melihat anaknya tak tidur di kamar. Rasa lelah dan udara yang semakin menusuk, akhirnya membuat Risa dengan terpaksa beranjak ke kamar.

''Ntar kamu tidur di mana?''

''Ya di kamar lah. Tenang aja, aku tidur di bawah 'kok,'' jawab Aksa sambil mematikan teve.

''Kamu jangan mati'in lampunya ya?'' pesan Risa.

''Aku nggak bisa tidur kalau lampunya nyala. Janji deh nggak ngapa-ngapain. Suwer ewer-ewer!'' Aksa meyakinkan sambil mengangkat tangannya.

''Aku percaya. Tapi..aku takut gelap.'' Risa menunduk, sebenarnya dia malu mengakuinya.

''Ngapain takut gelap? Di sini nggak ada hantu.''

''Bukan masalah hantu. Kamu sama hantu itu sebelas dua belas, kalau aku nggak takut sama kamu, itu artinya aku juga nggak takut sama hantu.'' Risa tertawa kecil.

Aksa ikut tersenyum ketika melihat Risa yang sudah bisa tertawa, tak apa bila dia disamakan dengan hantu.

''Aksa!!'' jerit Risa ketika tiba-tiba lampu kamar padam. ''Aksa, kamu di mana?''

Aksa sengaja menghindar ketika Risa mencarinya dalam kegelapan. Benarkah Risa tak takut pada hantu? Aksa ingin menguji nyali istrinya yang sombong itu.

''Aksa....'' suara Risa terdengar cemas.

Aksa semakin merapatkan tubuhnya ke dinding. Dia menahan napas juga tawanya.

''Aksa. Nggak usah main-main. Aku beneran takut!!'' Risa mulai terisak dan

terus meraba-raba ke semua arah. ''Aksa... Please.''

Risa terjatuh, dia mulai menangis tersedu. Suasana desa yang sepi ditambah lampu yang padam membuat suasana makin mencekam buatnya.

''Risa?'' panggil Aksa yang mulai diliputi rasa bersalah. ''Bentar ya, aku nyari lilin dulu.''

Ketika Aksa kembali ke dalam kamar, Risa masih duduk di lantai sambil memeluk kedua lututnya, tubuhnya bergetar, sementara peluh membanjiri wajahnya.

''Sa. Aku minta maaf.''

Aksa merasa sangat bersalah. Tubuh Risa begitu dingin. Dia tak menyangka Risa benar-benar takut pada gelap. Diraihnya tubuh Risa ke dalam pelukannya.

''Kita pindah ke kasur ya? Di lantai aja dingin, ntar kamu masuk angin,'' bujuk Aksa ketika dirasakannya tubuh istrinya itu sudah lebih tenang.

Aksa membantu Risa berdiri dan berbaring di atas kasur. ''Tidurlah. Aku ada di bawah.'' ketika hendak berbalik, Risa menahan tangan Aksa.

''Eemm... Kamu tidur di sini aja.''

Risa lebih memilih tidur satu ranjang dengan Aksa daripada tidur sendiri dalam keremangan cahaya lilin. Aksa sendiri tak tau harus bicara apa. Tapi dalam hati kecilnya dia merasa senang, karena insiden mati lampu akhirnya dia bisa lebih dekat dengan Risa.

Risa terdiam. Kenapa dia takut gelap? Dia sendiri tak mau mengingat-ingat lagi peristiwa mengerikan itu. Kecelakaan yang merenggut nyawa ibunya. Pesawat yang mereka tumpangi gagal lepas landas dan terbakar. Bagaimana dia yang selamat tetapi berada di dalam pesawat yang hampir meledak, dan suasana malam yang gelap bersama ibunya yang sudah tak bernyawa. Akibat peristiwa itu, dia takut akan gelap.

''Aksa...'' panggil Risa lirih. Aksa yang sudah berbaring di sampingnya tak menjawab. ''Aksa, kamu udah tidur?''

Senyap, tak ada jawaban. Risa mulai kembali didera rasa takut. Dia berbaring merapat dan memeluk lengan Aksa.

#####

Sayup-sayup terdengar suara azan subuh. Aksa terjaga, ketika dia membuka mata, pandangannya tertuju pada seraut wajah yang begitu dekat dengan wajahnya. Aksa tak berkedip. Diperhatikannya raut wajah Risa yang masih terlelap. Dia tersenyum menyadari posisi Risa yang sekarang sedang memeluknya.

Aksa mencoba bergerak untuk bangun, tetapi pelukan Risa begitu erat. Tiba-tiba Risa sedikit bergerak, dan spontan Aksa kembali berpura-pura tidur.

Risa membuka mata. Serta merta matanya membulat ketika menyadari posisi tangannya kini berada, dia sedang memeluk pinggang Aksa. Risa segera melepaskan pelukannya, lalu bangun dan duduk sambil memperhatikan sekujur tubuh Aksa yang masih terlelap.

Risa mengikat rambutnya, dia menopang dagu dan memperhatikan wajah Aksa dengan seksama. Merasa malu dan berharap semoga Aksa tak tahu bahwa dia telah memeluk lelaki itu dalam tidurnya semalam. Dia termenung, semakin menyadari bahwa Aksa sesungguhnya lelaki yang tampan.

Tapi Aksa selalu membuat masalah dengannya. Walau dia juga harus mengakui jika suaminya itu adalah lelaki yang taat pada agama, bertanggung jawab pada ibu juga adiknya, Aksa juga orang yang pemaaf.

Risa mendekat... Dia tersenyum ketika melihat ada bekas goresan di dahi Aksa. Pasti bekas luka akibat kenakalan suaminya itu waktu kecil.

Aksa yang sebenarnya membuka sedikit kelopak matanya merasa heran melihat gelagat Risa yang masih memerhatikan wajahnya.

''Udah puas lihatnya. Baru sadar kalau suamimu ini sebenarnya ganteng kan?''

''Arrghh... Kamu pura-pura tidur!!''

Risa menjerit sambil memukul dan menendang perut Aksa dengan keras.

Aksa membuka matanya lebar-lebar dan tertawa terbahak melihat muka Risa yang sudah merah karena malu.

#####

Aksa baru saja turun dari motor dan menghampiri ibunya yang sedang mengobrol dengan Risa di bawah pohon mangga.

''Ibu! Coba Ibu lihat muka anakmu ini, apa ada yang hilang?''

''Apanya yang hilang? Ada mata, hidung, lubangnya juga basih dua.'' Bu Halimah mengusap pipi Aksa.

Risa mendengus kesal pada Aksa. Tadi dia sedang mengobrol dengan ibu mertuanya yang sedang menyapu sampah. Setelah insiden yang membuatnya sangat malu, Aksa pergi entah kemana. Ketika bertanya pada Ibu mertuanya, ternyata Aksa pergi ke mushola. Hatinya merasa sedikit lega karena tak perlu bertemu dengannya.

''Takut ada yang hilang , Bu. Soalnya semalam habis mimpi buruk!''

''Mimpi apa?''

''Ada harimau betina yang siap memangsa korbannya. Iiisshh..nyeremin banget!! Sampai pas bangun jatuh dari kasur.''

Aksa dan Bu Halimah tertawa. Sementara Risa tahu bahwa apa yang diucapkan Aksa sengaja untuk menyindirnya.

Kemudian Aksa mengambil sapu lidi yang sedang dipegang oleh ibunya. ''Sayang... Tolong bantu Ibu lanjutin nyapunya yah? Kasihan Ibu udah capek. Tuh, lihat di bawah pohon rambutan masih banyak sampahnya.''

''Kamu ini apa-apaan pake nyuruh Risa nyapu segala.''

''Nggak masalah Bu. Risa ini istri solehah, taat dan penyayang sama suami. Makanya anak Ibu ini sayang banget sama Risa.''

Risa tak menjawab. Dia hanya meraih sapu lidi yang diulurkan Aksa sambil menahan amarahnya. Aksa memang selalu mengambil kesempatan untuk membalasnya.

''Apa kalian nanti jadi pergi?''

''Jadi lah, Bu.''

''Kemana?'' tanya Risa yang penasaran. Dia tak tahu apa yang direncanakan oleh Aksa, tapi dia merasa perlu hati-hati dan waspada.

##########21052016##########

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top