Lima Belas

''Sana pergi mandi!'' Risa mengulurkan sebuah handuk pada Aksa. Tanpa banyak bicara Aksa segera meraihnya.

''Tolong bukain kancing bajunya dong?'' goda Aksa.

''Manja! Aku cubit baru tau rasa.'' Risa mencubit perut suaminya.

''Aduuuh!! Kalau nyubit jangan pake tangan dong, tapi pake ini nih....'' Aksa meletakkan jari telunjuknya pada bibir Risa.

''Genit!!'' Risa berteriak, tapi tangannya membuka kancing baju Aksa satu persatu.

''Sa....''

''Hmm....'' Risa mendongak. Mereka saling pandang dan Risa melihat Aksa tersenyum padanya.

''Kamu tau... Aku suka liat mata kamu ini, indah!'' puji Aksa.

Risa terpaku, jiwanya terbuai dengan pujian Aksa. Dia pun suka dengan senyum suaminya.

Aksa merapatkan lagi jarak antara dia dan Risa. Makin rapat... Risa tak mengelak... Aksa semakin berani... Makin merapat lagi hingga hidung mereka saling menempel. Saat bibir mereka hampir bertaut....

Tok! Tok! Tok!

''Risa sayang!!'' terdengar teriakan kasar dari luar kamar.

''Siapa sih!'' Aksa mengerut dahi.

''Rendra.''

''Dasar. Ngapain juga pake panggil-panggil sayang sama istri orang! Biar aku aja yang buka pintunya.''

''Nggak usah... Ntar dia mikir yang macem-macem.'' Risa menunjuk pada kemeja Aksa yang sudah terbuka.

''Lah kalau dia mau mikir yang macam-macam ya nggak papa? Kita kan udah nikah.''

''Risa!'' terdengar lagi teriakan dari Rendra.

''Udah sana kamu mandi aja.'' Risa membalik tubuh Aksa dan mendorongnya masuk ke kamar mandi. Ketika Risa membuka pintu, Rendra sudah ada di depannya.

''Antar aku bentar yuk? Urgent!''

''Tapi ini udah malem,'' tolak Risa.

''Bentar aja... Please....'' rayu Rendra.

Risa sejenak berpikir. Dia baru saja berbaikan dengan Aksa, nanti kalau suaminya itu mencarinya bagaimana? Dan kalau Aksa marah lagi?

''Ayolaaah!'' Rendra menarik lengan Risa.

''Tapi bentar aja ya?''

Rendra mengangguk. Risa kemudian menatap pintu kamar mandi, merasa bimbang apakah harus meminta ijin dulu pada Aksa. Tapi suaminya itu sedang mandi. Akhirnya Risa memutuskan untuk pergi bersama Rendra. Sebelum pergi, Risa meletakkan pakaian bersih untuk Aksa di atas kasur.

Beberapa menit kemudian Aksa keluar dari kamar mandi hanya dengan berbalut handuk.

''Risa?'' panggilnya. Tapi Aksa melihat kamar itu kosong, Risa tak kelihatan di pojok mana pun. Aksa menghampiri ranjang dan melihat ada sebuah kaus dan celana training.

Aksa berpikir mungkin Risa sedang menyiapkan makan malam. Dia segera memakai kausnya, kemudian keluar kamar. Aksa melihat Sava yang juga baru keluar dari kamarnya.

''Va, liat Kakakmu enggak?'' tanya Aksa.

''Kak Risa? Oh, tadi dia pesen katanya pergi bentar sama Kak Rendra,'' jawab Sava, kemudian mereka bersama-sama menuju ruang makan.

#####

''Risa. Makasih ya udah nemenin makan malam.'' Rendra segera menyamai langkah Risa yang akan masuk ke dalam rumah.

''Kamu tadi bilang urgent!! '' Risa geram. Dia juga takut Aksa akan kembali marah padanya.

''Ya emang penting... Aku kelaparan.'' Rendra menampilkan senyum tak bersalahnya.

''Makan malam di rumah juga bisa!''

''Sori deh.. Sengaja biar bisa berdua'an aja sama kamu. Eehh, Va. Sudah malem kok belum tidur?'' Rendra menepuk bahu Sava sebelum dia berlalu menuju kamar tamu.

''Va... Aksa mana?'' tanya Risa dan duduk di sebelah adiknya.

''Nggak tau. Mas Aksa 'kan bukan suamiku.''

''Haaiisstt kamu ini! Eeh, tadi dia makan malam nggak?''

''Makan... Tapi dikit banget. Kakak ini ditunggu Mas Aksa lama banget!''

Risa tak menjawab. Dia juga tak ingin berlama-lama makan malam di luar, makanya dia hanya makan sedikit agar cepat pulang. Dia bangkit lalu pergi meninggalkan Sava yang masih betah menonton televisi.

Risa masuk ke kamarnya. Dia melihat Aksa yang sudah terlelap di sofa dengan beberapa kertas yang berserakan di sekitarnya. Risa menyusun kertas tersebut di atas meja.

''Aksa... Bangun!'' Risa menggerakkan lengan Aksa.

Perlahan Aksa membuka matanya. ''Jam berapa ini?'' tanya Aksa sambil menggosok matanya yang terasa silau karena cahaya lampu.

''Jam sepuluh,'' jawab Risa. Dia duduk di sebelah Aksa.

Aksa menyenderkan kepalanya di bahu Risa. ''Ngantuk banget.''

''Bangun yuk? Tidur di kasur.''

Spontan Aksa mengangkat kepalanya. ''Tidur di mana kamu bilang?''

''Di kasur,'' Risa sudah berdiri dan membuka lemari. Aksa masih memandangnya tak percaya. ''Aku mandi dulu yaah....'' Risa mengambil piyama kemudian masuk ke kamar mandi. Sebelum menutup pintu dia tersenyum dan memberikan tatapan menggoda.

Mata Aksa sudah membesar, rasa kantuk dan penatnya langsung hilang. Ditatapnya Risa dengan penuh makna.

#####

Wajah tampan itu ditatapnya lama. Hanya dalam jarak sejengkal saja. Risa menyentuh kening Aksa yang masih terlelap dengan ujung jari telunjuknya, merayap hingga ke tulang hidung Aksa. Risa tersenyum mengingat apa yang telah terjadi semalam.

Tanpa paksaan dia menjadikan dirinya bidadari untuk Aksa. Pertama kali dia merasa hatinya begitu tenang untuk disentuh seorang laki-laki. Dan saat dia membuka kelopak matanya pagi ini, dia tak merasa menyesal untuk mengakui... Kini dia ingin menjadi istri dalam arti yang sebenarnya. Bukan sandiwara untuk kepentingan pribadinya. Risa merapatkan wajahnya ke telinga Aksa.

''I love you....'' bisiknya.

Mungkin Aksa tak mendengar ungkapan hatinya, biarlah... Sulit baginya mengaku di depan Aksa. Namun, akan lebih sulit jika dia terus memendam perasaannya.

Aksa mulai sedikit menggeliat. Risa tak tau harus berbuat apa. Spontan Risa berbaring dan melingkarkan tangannya pada pinggang Aksa. Risa memejamkan matanya, berpura-pura tidur.

Aksa membuka mata. Dia berpaling dan melihat Risa masih terlelap. Rasanya masih seperti mimpi ketika mendengar Risa mengucapkan 'I love you'. Aksa tersenyum sendiri, sekarang Risa benar-benar sudah menjadi miliknya. Dia tak akan pernah melupakan apa yang telah mereka lakukan semalam.

Aksa tak pernah menyesal memiliki Risa sebagai istri, meskipun sifat Risa banyak yang tidak dia sukai. Dia ikhlas dan berlapang dada menerimanya, tak ada manusia yang sempurna.

Menjadi suami yang baik memang tak mudah, Aksa juga sadar dia bukan suami yang sempurna. Dan Orisa Sativa sudah cukup buatnya.

Aksa menyentuh pipi Risa, lalu diciumnya sebentar. Risa yang berpura-pura tidur merasakan dadanya berdegup makin kencang, sekalipun semalam Aksa telah melakukan lebih dari sekadar ciuman di pipi.

''Sa, bangun...sudah subuh nih,'' bisik Aksa di telinga Risa.

''Hhmmm....'' Risa membuka matanya. ''Masih ngantuk.'' dia tak sanggup menatap mata Aksa.

''Bangunlah. Asholatul khairu minan naum... Sholat itu lebih baik dari tidur. Yuk bangun!''

Aksa tersenyum memandang Risa yang tersipu malu.

''Kamu pergi mandi dulu....''

''Bareng aja yuk?'' ajak Aksa.

Risa menarik bantal dan menyembunyikan tubuhnya di bawah selimut. Aksa tertawa kecil dan menggeleng melihat kelakuan Risa yang masih malu-malu tapi ternyata mau.

########### 04062016 ##########

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top