Enam

Aksa mengamati kamar Risa yang besar. Setiap barang yang ada di dalamnya tertata rapi. Matanya tertuju pada sebuah lukisan abstrak yang digantung di dinding bercat biru muda tersebut.

Selain ranjang yang terbuat dari kayu jati, di sebelah kanan ada sebuah lemari besar yang bersebelahan dengan meja rias. Aksa berhenti mengawasi kamar Risa, dia sudah tak punya banyak waktu untuk menata pakaiannya yang sebenarnya hanya sedikit.

Aksa menarik slide lemari sebelah kiri dan meletakkan barang pribadinya di situ. Dia menyusun dengan rapi agar tak bercampur dengan pakaian Risa. Setelah selesai, Aksa segera melangkah keluar. Tak sengaja dia melihat beberapa boneka winnie the pooh di atas ranjang, Aksa berpikir mungkin istrinya itu penggemar boneka beruang.

Sebenarnya Aksa merasa bersalah. Tak pernah dia dengan sengaja membohongi ibunya. Tapi kini? Bersama Risa hidupnya penuh sandiwara.

Aksa hanya ingin Risa sendiri yang akan datang padanya tanpa paksaan. Sesungguhnya sekeras apa pun hati Risa, dia percaya istrinya masih punya perasaan yang lembut di hatinya. Yang keras itu hanya egonya saja, dan mungkin juga karena cara hidup Risa yang mendekati sempurna maka dia selalu ingin yang terbaik.

#####

Jam enam, Risa tiba di rumah. Dia segera keluar dari mobilnya. Di garasi dia melihat motor milik Aksa. Tiba-tiba dia merasa berdebar-debar. Di dalam rumah sudah pasti ibu mertuanya telah menanti. Apa yang harus dia lakukan? Sebenarnya Risa tak bermaksud bersandiwara sepenuhnya. Dia menyayangi ibu mertuanya, sebagai ganti ibu kandungnya yang telah meninggal dunia.

''Selamat sore,'' Risa menyapa Aksa dan ibu mertuanya yang tengah duduk di ruang tengah.

''Selamat sore. Aduh, mantu Ibu apa kabar?'' sapa Halimah. Dia segera bangun dan memeluk serta mencium Risa.

''Baik, Bu. Ibu sehat? Maaf Risa telat pulang. Biasa jalanan macet,'' Risa mengukir senyum sambil matanya melirik ke arah Aksa yang duduk tak jauh dari tempat dia berdiri. ''Mas... Tadi Mas Aksa udah beresin kamar buat ibu?'' Risa duduk di sebelah Aksa, kemudian meraih tangan suaminya itu.

Aksa membeku di tempat duduknya. Apa Risa bilang? Mas... Apa dia tak salah dengar? Istrinya itu memang tak tanggung-tanggung dalam bersandiwara.

''Udah sayang... Mas itu kalau masalah bersih-bersih itu ahlinya.'' Aksa menyeringai.

''Iya? Beruntungnya Risa dapat suami rajin seperti Mas ini,'' Risa tersenyum terpaksa. ''Ibu istirahat aja dulu. Risa juga mau ke kamar ganti baju.''

''Istirahat bagaimana? Ibu pengen masak buat kalian dulu,'' bantah Halimah.

''Ibu nggak usah khawatir. Urusan masak, Risa jagonya. Masakannya enak lhoh, Bu!''

Risa melongo bercampur geram. Bisa-bisanya Aksa bicara seperti itu. Dia menginjak kaki Aksa dengan keras, dan Aksa meringis menahan sakit.

''Lah kan Risa baru pulang?'' Halimah merasa kasihan pada menantunya yang terlihat pucat.

''Nggak apa, Bu. Biasanya kita masak bareng. Iya kan, Mas?'' jawab Risa. Dalam hatinya dia ingin menyumpal mulut Aksa dengan cabe.

''Hemm betul. Risa juga bisa masak sambal pete. Tadi Ibu bawa pete dari kampung kan?'' ucap Aksa semakin menjadi-jadi.

''Terlalu banyak makan sambal nggak baik lhoh Mas buat kesehatan,'' Risa menahan amarahnya. Kalau tadi dia hanya ingin menyumpal mulut Aksa dengan cabe, sekarang dia ingin menambahkan dengan kulit pete. ''Emm... Mas, tadi Risa beli sesuatu buat Mas Aksa.''

''Beli apa?'' tanya Aksa curiga.

''Adalah... Kita ke kamar dulu yuk?'' Risa menarik tangan Aksa, dia harus segera pergi dari hadapan ibu mertuanya. ''Bu, kita tinggal sebentar yah,'' sambungnya lagi.

#####

''Kamu keterlaluan!!''

Boneka Winnie the pooh satu-persatu melayang ke arah Aksa dan selalu berhasil ditangkisnya. Aksa menyeringai penuh kemenangan karena sudah menduga Risa pasti akan melemparkan sesuatu seperti biasa. Dan alasan membeli barang hanyalah akal-akalan Risa saja.

Risa semakin geram. Dia melempar semua boneka dan bantal yang ada di atas kasurnya. Dan Aksa tetap bisa menangkis semua barang-barang tersebut.

''Nggak ada yang kena, wee!!'' ejek Aksa.

Risa spontan mengambil vas bunga yang ada di atas nakas.

''Stop!'' Aksa tak mau mengambil risiko. Kalau mengenai kepalanya bisa bahaya nanti. ''Kamu udah gila ya! Turunkan itu.''

''Kamu yang gila. Ngapain bilang sama Ibu kalau aku bisa masak! Aku udah capek pulang kerja. Kamu mau bikin aku malu di depan Ibu? Puas kamu sekarang!'' Risa merasa ingin menangis saja. Seandainya Aksa tak di depannya, air matanya pasti sudah meleleh. Risa membayangkan betapa malunya dia nanti pada ibu mertuanya, sebab dia sama sekali tak bisa memasak. Walau itu hanya masak mie instan.

''Kalau nggak tau, tanya. Kalau nggak bisa, belajar. Gitu aja kok repot.''

Mereka saling pandang. Aksa tetap tenang berdiri dengan jarak aman dari lemparan boneka.

''Aku minta maaf. Nggak usah ngambek lagi, ntar kena darah tinggi tau? Ntar aku ajarin.''

Risa tiba-tiba tertawa, tawa yang sampai ke matanya. Aksa mengerutkan kening.

''Ada yang lucu?'' Aksa kemudian ikut tersenyum melihat gelagat Risa. Bukan tanpa sebab, selama ini dia hanya melihat Risa yang senang marah-marah. ''Aku tunggu kamu di bawah. Ganti bajumu dulu, dan nggak pake lama. Ntar kalau Ibu liat cuma aku yang masak, kamu bisa tambah malu.'' Aksa melangkah mendekati Risa dan meletakkan salah satu boneka di samping istrinya.

Risa semakin kesal kalau Aksa terus saja menyindirnya. Dia menuju lemari untuk mengambil baju ganti.

''Risa,'' panggil Aksa. Dan ketika Risa menoleh...

BUKK!! Sebuah boneka beruang yang dilempar Aksa tepat mengenai wajah Risa. Kali ini dia yang tertawa lebar, dan berlalu begitu saja.

''Aksa!!'' Risa tak sempat membalas lemparan Aksa.

Risa mengambil boneka di atas lantai. Tersenyum jika teringat dengan kelakuan Aksa tadi. Apa yang dilakukan Aksa sebenarnya membuat hari-harinya tak membosankan dan menjadikan hidupnya penuh warna. Walaupun sering bertengkar, ada sesuatu yang dia rasakan. Seolah-olah kalau sehari saja dia tak bertengkar dengan laki-laki itu, tak lengkap rasanya.

Orang bilang, kalau kita terlalu membenci... Lama-lama bisa jadi cinta. Mencintai Aksa? Risa cepat-cepat menggeleng.

#####

''Dari tadi potong bawang merah nggak slesai-slesai. Ayo cepetan!''

''Pedih tau!'' Risa mengucek matanya yang terasa perih. Dia merasa putus asa kalau berurusan dengan masalah dapur. Dan Aksa tak membantunya sama sekali.

''Taruh kotak garam itu dekat kamu. Atau kalau nggak, masukin dulu bawang merahnya ke air dingin. Biar mata kamu nggak pedih.'' Aksa menggeleng melihat hasil kerja Risa yang sangat berantakan.

''Auch!!'' Risa menjerit, jari lentiknya teriris pisau. Dia melemparkan pisau tersebut ke lantai.

Aksa melihat darah yang mengalir di jari istrinya. ''Gitu aja nyerah. Jauh dari hati, tau!!''

''Sakit tau!'' bentak Risa.

''Ada apa ini?'' Halimah tiba-tiba muncul di dapur.

''Ini. Jari Risa kena pisau, Bu.''

''Aduuuh. Kena pisau? Dalem nggak? Sini biar ibu lihat.'' Halimah mendekati Risa.

Risa menggeleng. Dia segera mencari kotak first aid dalam rak lemari dapur.

''Tadi saya yang salah, Bu. Mau bantu Risa potong bawang merah, tapi nggak sengaja pisaunya malah mampir dulu ke tangannya.''

Pengakuan Aksa membuat Risa terharu. Padahal dia sendiri yang ceroboh. Ditatapnya wajah Aksa yang sedang membantunya membalut luka. Dalam jarak yang begitu dekat, Risa meneliti wajah Aksa. Ganteng!

''Makanya kamu hati-hati. Tuh lihat akibat ulah kamu! Risa jadi terluka.'' Halimah memarahi Aksa.

''Luka ringan aja kok, Bu.'' Entah mengapa Risa ingin membela Aksa.

''Sudah sini! Biar ibu aja yang masak. Kalian duduk aja nonton tv, nanti kalu udah slesai ibu panggil.'' Halimah sudah mengambil pisau dan mulai memotong bahan-bahannya.

#####

''Makasih ya udah bantuin. Kamu boleh minta apa aja buat balasana,'' ucap Risa setelah mereka meninggalkan dapur.

''Beneran nih, boleh minta apa aja? Jangan bohong ya!''

''Bilang aja mau minta apa?

''Aku mau minta....'' Aksa tersenyum penuh makna.

Risa mengerutkan keningnya melihat senyum suaminya yang seperti orang jahat. Jangan-jangan Aksa mau... Tiba-tiba Risa merasa sangat menyesal! Bodohnya, kenapa dia membuat janji?

Aksa lalu mendekat dan membisikkan sesuatu.

''What??'' Risa tak sanggup.. Sungguh!! Dia tak rela.

#####15052016#####

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top