3 | Bagian Tiga

Fajar sampai di sekolah setengah jam kemudian, sangat mepet dengan jam masuk. Untungnya masih ada sisa lima menit yang Fajar alihkan untuk berlari, segera memasuki kelas. Walaupun ia tahu hari ini hari bebas, tetap saja telat masuk kelas adalah hal yang paling tidak tepat. Terlebih bagi wali kelasnya yang juga wali kelas Karen.

Ah, tentang cowok itu.

Ia pasti sudah sampai sejak tadi. Fajar mempercepat larinya. Dan akhirnya sampai di depan kelas dengan napas terengah-engah. Fajar kembali tersenyum mendapati Karen tengah bercengkrama dengan seorang gadis. Fajar tahu gadis itu, gadis yang tengah dekat dengan Karen semenjak sebelum ia ada di sini. Kendati tidak tahu ada hubungan apa mereka sebenarnya, Fajar mengerti ia tidak berhak tahu.

"Hai, Brother," sapanya ketika melewati bangku Karen. Dan seperti yang telah terjadi sebelum-sebelumnya, Karen mengabaikannya.

Fajar tetap tersenyum hingga sampai di bangkunya. Bangku Karen dengan bangkunya memiliki jarak yang cukup jauh. Dan Fajar bersyukur, setidaknya ia tidak perlu merecoki Karen saat di kelas. Fajar sendiri paham, Karen sedang tidak ingin diganggu. Namun berbeda ketika berada di luar kelas, sikap sksd Fajar tentu meliar. Ia akan terus mengganggu Karen dengan apa pun itu, asal Karen mau menjawabnya. Tidak apa meski yang ia dapat hanya makian. Tidak apa, setidaknya ia tengah berusaha.

***

Suasana hatinya yang sejak pagi sudah memburuk ditambah dengan kehadiran Fajar di depannya sekarang membuat Karen semakin jengah.

Kapan, sih, anak ini berhenti merecoki hidupnya? Berhenti mengganggunya? Karen muak, sungguh.

Dengan sebuah nampan berisi fried chicken yang baru saja ia pesan lengkap dengan minumannya, baru mendarat di atas meja dan Karen harus kembali mengangkatnya. Berusaha pindah tempat kendati sebenarnya sudah tidak ada tempat lagi yang tersisa kecuali meja dengan Fajar di sana.

Sungguh sial sekali nasibnya.

"Lo beneran mau pindah, Ren? Udah nggak ada meja kosong lho." Fajar dengan senyuman memuakkan itu membuat Karen ingin sekali berkata kasar.

"Bacot lo!" Suara Karen pelan namun ia sangat menyadari kalau Fajar masih bisa mendengarnya.

"Ya udah sih, kalau emang mau makan berdiri mah. Gue kan udah baik-baik menawari. Lonya sendiri yang nggak mau. Tinggal makan juga lagian."

Karen mengeratkan genggamannya pada nampan tersebut. Berusaha sebisa mungkin untuk menahan emosinya menghadapi Fajar yang memang sangat suka mengganggunya. Padahal ia yakin betul begitu menaruh nampan ini di meja, ia masih sendiri. Namun entah datang dari mana Fajar tiba-tiba hadir di sana dan membuat suasana hatinya semakin memburuk.

"Nggak sudi gue makan semeja bareng lo!" Setelah mengucapkannya dengan segenap emosi yang ada. Hingga membuat banyak pasang mata menoleh ke arahnya, Karen tidak peduli. Ia hanya ingin segera menyingkir dari sini. Jauh-jauh dari keberadaan Fajar.

Namun baru saja beberapa langkah, bahunya ditepuk oleh seseorang. Siapa lagi kalau bukan Fajar. Cowok itu menepuk bahunya dengan tangan kiri, membuat Karen dengan sangat malas menoleh ke arahnya.

"Apalagi, sih, anjing!" Lagi dan lagi suaranya yang meninggi berhasil memancing lebih banyak orang-orang menoleh dan memperhatikan mereka.

"Gue udah berbaik hati, ya, ngalah. Noh, pake aja mejanya. Gue udah selesai makan. Lagian gitu doang lo marah. Padahal bisa bicara baik-baik." Setelahnya Fajar berlalu. Meninggalkan Karen yang akhirnya mengambil meja itu dan makan dengan tenang.

Hari pertama sekolah di semester baru dan Karen merasa harinya berantakan. Siapa lagi kalau bukan karena Fajar.

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top