11. Kepada Sunyi
Noted:
Apapun yang terjadi di bab ini bacanya pelan-pelan aja ya.
Oya setelah merombak outline, flashback ternyata belum bisa berakhir gengs. Maaf ya~~
Bloomsbury, London, 2018
Orang-orang bijak percaya tentang sebuah pepatah klasik, jikalau tidak ada perjuangan yang sia-sia, termasuk Cakra.
Setelah melewati tiga hari membekukan, ia masih saja datang ke gedung apartemen yang pernah Kenanga beritahukan sebelum komunikasi mereka terputus. Entah kenapa ia masih sulit percaya jikalau gadis itu pindah tanpa memberitahunya sama sekali. Kemudian memutus kontak juga tanpa sebuah alasan pasti. Seringkali Cakra tidak mengerti akan pola pikir perempuan. Mereka tidak pernah mau menjelaskan langsung di mana letak kesalahan, tetapi malah pergi begitu saja bagai angin lalu. Menganggap semua laki-laki adalah seorang cenayang.
Cakra sangat mengenal gadis itu, lebih dari sebatas murid les privat. Lebih dari sekadar teman bertukar pikiran. Mereka pernah berselisih paham layaknya pasangan muda lainnya dan cara gadis itu memberitahu di mana letak kesalahannya adalah diam. Oleh karena itu tidak heran kenapa Kenanga sekarang menghilang. Akan tetapi, kalau ditelaah lebih jauh, ini adalah kemarahan Kenanga yang paling parah selama mereka bersama. Ia masih tidak mengerti dan mencoba berpikir keras, mengingat saja yang terlewat.
"The number you are calling cannot be reached at the moment, please try again later."
Tangannya gemetaran karena menahan dingin. Ia mencoba lagi menghubungi gadis itu dan hasilnya masih sama. Dua bulan terakhir gadis itu berubah drastis, hanya saja Cakra pikir itu bukan masalah besar. Kenanga seakan tak lagi memiliki waktu luang untuk sekadar memberi kabar.
Mereka berdua sama-sama sibuk kuliah sambil bekerja. Cakra kuliah pascasarjana setelah bergabung dengan Kejaksaan Negeri Semarang. Sementara Kenanga sedang menempuh pendidikan di University Of London dan mengisi waktu luang di sebuah florist. Ini merupakan tahun ketiga mereka menjalani long distance relationship. Seharusnya sebatas perbedaan waktu serta jarak bukan lagi sebuah masalah. Seharusnya.
"Aku ngantuk, video call besok pagi aja," kata Kenanga ketika Cakra menelepon selepas salat subuh.
Kemudian berlanjut pada, "Aku lagi buru-buru, video call malam aja." Tatkala Cakra menelepon tengah malam.
Hubungan mereka memang sangat mirip "Jet Lag" milik band Simple Plan. You say good morning when it's midnight, begitulah kira-kira sepenggal lirik yang mewakili Cakra dan Kenanga. Mereka hanya tidak menyangka saja kalau lirik lagu favorit mereka ternyata benar-benar menjadi kenyataan.
To: Kenanga
Kalau kamu marah karena beberapa kali aku nganter Shinta enggak bilang atau karena ingkar di hari ultah kamu. Aku mau jelasin sekarang. Aku udah di Bloomsbury dari tiga hari lalu, tapi aku enggak tahu kamu di mana. Tolong buka blokir WA atau medsos manapun. Aku cuma dapat cuti tiga hari, Sayang.
Mungkin ini hal yang sangat bodoh untuk dilakukan. Namun, Cakra tetap menggunakan segala kemungkinan-kemungkinan yang terlintas. Ia batuk-batuk hebat saat menyimpan ponsel. Musim dingin di sini tentu saja sekian kali lipat dibanding musim hujan di Solok, tidak tahu apakah ia masih bisa bertahan sampai besok. Cakra pun sudah beberapa kali menunggu kemunculan gadis itu di kampus dan florist, tetapi hasilnya mengecewakan.
"Maaf, Anda yang sejak kemarin mencari Miss Kenanga, bukan?" tanya seorang wanita tua berumur sekitar enam puluh tahun.
"Iya, benar," sahut Cakra yang menahan batuk. "Apa Anda tahu di mana tempat tinggal baru Miss Kenanga?"
"Maaf, saya tidak tahu. Miss Kenanga pindah secara tiba-tiba di malam hari. Apa Anda sudah mencoba menghubunginya lagi?"
Cakra menelan bulat-bulat kekecewaan sebelum tersenyum tipis. "Saya tidak bisa menghubunginya, Ma'am."
Cakra menatap butiran-butiran salju yang jatuh perlahan. Impian melihat salju secara langsung di London terwujud, tetapi tidak ada Kenanga di sisinya. Kehampaan lagi-lagi menyeruak. Bagaimana kalau Kenanga ternyata benar-benar sudah bosan bersamanya? Cakra sadar belum bisa memberikan janji apa-apa terhadap hubungan mereka. Selain beda keyakinan, strata sosial mereka pun bak langit dan bumi. Sayangnya, ia tak menempati posisi langit seperti nama lengkapnya. Ya, Bunga Kenanga Cokroatmojo bukan perempuan dangkal, tapi segalanya mungkin saja terjadi kalau melihat fakta yang ada.
"Anda pasti datang jauh-jauh dari Indonesia."
Ucapan wanita tua itu membuat Cakra beralih.
"Saya harap kalian baik-baik saja."
Cakra mengangguk lalu mengucapkan terima kasih. Sejujurnya ia pun akan menerima dengan lapang dada kalau Kenanga mengatakan secara langsung tanpa perlu cara seperti ini. Tidak apa-apa, Cakra tak akan menyesali apapun yang telah mereka lewati. Kenanga tetaplah bagian terbaik dalam hidupnya. Barang kali hari esok tak pernah lagi terjadi, ia mengeluarkan ponsel sambil terbatuk-batuk.
To: Kenanga
Kenanga, aku sayang kamu.
Sedetik kemudian, Cakra baru menyadari isi email terakhir Kenanga sebelum komunikasi mereka benar-benar terputus.
From: [email protected]
To: [email protected]
Nama kamu Cakrawala. Ya, benar dan aku tahu langit berhak menaungi apa saja, bukan cuma bunga. Sekalipun si bunga tahu, cuma langit tempat dia bernaung.
Jangan pernah mencari bunga. Karena hanya bunga yang bisa menemukan langit.
_________________________________________
From: [email protected]
To: [email protected] (akun sudah terhapus)
Kenanga, kamu bukan kenangan.
_________________________________________
Sehabis itu, kebodohan Cakra seakan tak ada habisnya. Ia berulang kali menekan tombol panggil pada nomor gadis itu. Berharap dapat mendengar suaranya meski hanya sekali, berharap dapat mengutarakan bahwa rasa yang mereka miliki seimbang.
***
"Kamu yakin mau keluar dan nyamperin dia?"
Gerakan tangan Kenanga yang hendak membuka pintu mobil tertahan. Ia menggigit bibir kuat-kuat kemudian memejamkan mata. Hampir satu jam ia dan Irene--salah satu teman sekampus asal Indonesia--berada di mobil hanya untuk memastikan seseorang.
"Semua terserah kamu. Riset membuktikan sembilan puluh dari seratus persen perempuan di dunia ini bisa memaafkan apapun kesalahan laki-laki yang mereka cintai. Pertanyaannya sekarang, kalau kamu keluar terus lari meluk dia. Apa kamu yakin enggak akan ada badai yang lebih besar? Kalian beda keyakinan. Kalau masalah kalian selesai terus apa? Mau pacaran sampai mati?"
Kenanga tak ingin menjawab. Kini ia memegang erat gelang yang pernah Cakra berikan. Tidak ada yang menusuknya dengan pedang atau tombak. Namun, rasa sakit itu menjalar sampai ke tulang. Ia baru tahu jikalau lagu D'Masiv yang berjudul "Cinta Ini Membunuhku" bukan bualan belaka.
"Melepas katolik berarti kamu siap melepas keluarga besar kamu. Ada mendiang Mama, Papa, Mas Rendra. Kamu tega menukar semua itu dengan dia? Kamu yakin dia bisa melakukan hal besar seperti yang juga kamu lakukan suatu hari nanti?"
Sudah, Kenanga tidak sanggup lagi menahan bendungan air mata. Ia menutup wajah dengan kedua tangan dan kembali terisak.
"Kamu sendiri yang selalu bilang kalau pengkhianat enggak punya tempat di manapun."
"Irene, please ... udah .... Aku tahu apa yang harus aku lakukan."
Kenanga mengangkat kepala. Hidungnya memerah, mata membengkak. Ia pun lupa berapa hari tak menyisir rambut.
"Aku cuma mau menyadarkan kamu. Di ujung nanti, kalian cuma bakal saling menyakiti. Aku pernah di posisi itu Kenanga!"
Kenanga tidak mengerti kenapa sampai detik ini ia sulit memercayai semua bukti akurat dari bodyguard yang sejak kecil menjaganya. Bahkan ia pun melihat langsung dengan mata kepala sendiri ketika pulang diam-diam ke Indonesia. Faktanya, Cakra sudah bosan, hubungan mereka pun tidak punya tujuan jelas. Mereka tidak memiliki alasan lagi untuk bertahan. Kenanga yakin Cakra tidak akan bisa meninggalkan keluarganya, begitu pun dengannya.
Sejak dulu Kenanga takut memikirkan itu semua. Akan tetapi, waktu pasti terus berjalan tanpa memedulikannya yang ingin berdiam di tempat bersama Cakra. Ia benci merima kenyataan bahwa laki-laki itu bisa terus berbohong padanya. Ia pun sulit percaya Cakra bisa memanfaatkan perbedaan jarak dan waktu yang tercipta.
Kenanga tidak tahu pasti sejak kapan Anyelir hadir di antara mereka. Ia pikir semua itu sebatas rekayasa. Sebab ia percaya pada Cakra sepenuhnya. Namun, di tiga malam yang dihabiskannya di Semarang. Kenanga mulai berpikir jauh.
Perbedaan jarak dan waktu Jakarta-Semarang tidak seberapa dengan London. Anyelir bisa menemui Cakra kapan saja, begitu juga sebaliknya. Kemudian yang terakhir, laki-laki itu kelihatan bahagia saat bersama Anyelir. Entah itu ketika makan bersama, jalan di pantai berdua, atau entahlah. Kenanga tidak mau tahu lagi. Ia hanya menyiram laki-laki itu dengan jus setelah kelelahan bersembunyi kemudian pergi.
Anyelir berteriak memanggilnya, tapi Cakra bergeming. Kalau laki-laki itu saja bisa meninggalkannya tanpa sepatah kata. Kenapa Kenanga tidak? Maka malam itu juga ia memblokir semua akses Cakra dan kembali menata masa depan di London.
"Dia ke sini cuma buat penyesalan yang sia-sia," ujar Irene.
"Jalan, Rene," ucap Kenanga usai mengusap wajah. Ia sudah lelah menangisi Cakrawala Pradipta.
Baeqlah, sampai sini bisa dipahami ya kenapa dan bagaimana mereka bisa putus. Kalau kamu justru punya banyak pertanyaan setelah baca bab ini, aku harap kamu cukup menikmati jalan ceritanya aja. Masih ada 14 bab dari outline yang tersusun, jadi jangan khawatir ya. Semua pasti terjawab. Makasih udah mampir, seperti biasa komen dibalas rapel ya hehe. Have a great day ❤️
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top