iv. duh, apa kabar gebetan, endorse, followers, dan chapter baru? aah! bencana!
"Keysha!"
Panggilan itu membuatku--yang sedang berjalan di koridor sekolah sambil mengedit foto untuk dimasukkan ke Instagram--berhenti melangkah.
"Keysha!" panggil suara itu lagi.
Aku pun menoleh dan mendapati seorang guru sedang berjalan menghampiriku. Aku tidak tahu nama guru itu (oke, aku bahkan belum pernah melihatnya di sekolah ini, karena siapa yang hafal semua wajah dan nama guru?), tapi aku yakin sekali dia guru kalau dilihat dari tampang dan pakaiannya.
"Kenapa, Bu?" tanyaku. "Saya lagi ngedit foto, nih, buat dimasukkin ke Instagram."
Guru itu menatapku dengan aneh--seolah-olah aktivitas yang kusebutkan barusan bukanlah aktivitas yang pentingnya menyangkut keberlangsungan hidupku.
"Ibu mau minta kamu jaga perpustakaan," jawab guru itu.
Aku melongo. "Kok saya sih, Bu? Saya aja enggak pernah ke perpustakaan, dan tunggu... dari mana Ibu tahu nama saya?"
Guru itu cuma tersenyum misterius. "Saya jamin, kamu enggak bakal nyesel deh, kalau jaga perpustakaan hari ini. Lagian, sambil jaga, kan kamu bisa baca buku yang ada di sana."
"Ah, enggak, Bu. Enggak asyik. Mendingan baca Wattpad," balasku.
Lagi-lagi, guru itu menatapku dengan aneh, seolah-olah aku baru saja berbicara menggunakan bahasa alien. "Pokoknya kamu harus jaga perpustakaan. Nanti saya yang urusin surat dispen buat kamu."
Aku pun teringat bahwa setelah ini adalah pelajaran PKN. Yah, tidak ada ruginya juga kan, kalau aku tidak ikut pelajaran PKN?
Lagi pula, sambil jaga perpustakaan kan, aku bisa main ponsel. Ya, ya, aku suka ide ini.
"Oke, deh, Bu!" kataku, mendadak jadi bersemangat.
"Tapi," kata guru itu sebelum aku sempat berjalan menuju perpustakaan. "Kamu enggak boleh bawa ponsel."
Aku melongo. "Hah?"
"Kamu enggak boleh bawa ponsel," ulangnya.
"Tapi--"
Tiba-tiba saja, guru itu dengan gesitnya merebut ponsel di tanganku.
"Bu, tapi kalau gebetan saya nge-LINE gimana? Penting, Bu! Kalau saya enggak jawab, bisa-bisa PDKT saya gagal. Ibu jangan jadi penghambat hubungan gitu, dong," kataku dengan wajah memelas.
Guru itu tampak tidak mendengarkan. Ia malah memasukkan ponselku ke dalam tasnya.
Aku pun mencoba lagi. "Bu, kalau nanti ada yang mau endorse saya di Instagram gimana? Nanti kalau saya enggak langsung bales, saya enggak jadi dapet uang. Terus kalau saya enggak post foto, nanti folllowers saya berkurang!
"Terus, kalau ada update chapter baru buat Personel Boyband Naik Haji gimana? Chapter terakhir itu lagi nanggung, Bu! Kalau yang nge-vote sedikit, nanti penulisnya enggak mau update lagi."
Guru itu masih tampak tidak mendengarkan.
Aku mencoba lagi. "Bu--"
"Udah, udah. Ibu enggak peduli mau pacar kamu nelepon, mau kamu naik haji, yang penting ponselnya Ibu ambil dulu. Sana kamu ke perpustakaan," sela guru itu.
"Tapi Bu, saya enggak bisa hidup tanpa ponsel itu, saya--"
Sebelum aku sempat melanjutkan, guru itu sudah telanjur berjalan pergi. Aku pun mengejarnya. Tapi, saat dia berbelok di ujung koridor, aku kehilangan jejaknya.
Sial. Aku bahkan tidak tahu siapa nama guru itu.
Bagaimana ini?![]
22 Juni 2017
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top