8.Peringatan Bungkus Rokok

Beberapa saat kemudian.

"Kak, apa sebelumnya kakak pernah ke tempat ini?" tanya Java ragu-ragu.

"Iya, memangnya kenapa Zeyeng?" tanya Maya kembali sambil menyipitkan mata.

"Enggak sih nanya aja, boleh kan?"
"Enggak boleh Zeyeng, kamu Cuma boleh nanya mau jadi pacar aku apa nggak, selebihnya nggak boleh," jawab Maya Asal.

Mendengar jawaban Maya, Java menggaruk-garuk kepalanya. Semakin lama bersama Maya ia semakin dibuat pusing. Setiap di tanya-tanya jawabnya selalu ngelantur. Kalau bukan penghulu selalu KUA, begitu Jawaban Maya.

"Kakak, ke sini sama Angkasa ya?" tiba-tiba Java keceplosan.

Ngomong apa gue barusan? ya elah pasti dia ngira gue yang bukan-bukan. Java membathin sambil garuk-garuk kepala lagi. lagi-lagi cowok berkacamata itu melontarkan kata-kata yang justru membuat Maya mabuk kepayang.

"Ya enggak lah Zeyeng. Mana mungkin aku jalan sama singa. Dia itu kan galak Zeyeng!"

"Oh gitu?"

"Kenapa Zeyeng? Kamu cemburu ya?"

"Sembarangan bilang-bilang cemburu," gerutu Java.

Sambil berjalan pelan mereka memperhatikan sekeliling mereka. Suasana pantai yang romantis mendukung kebanyakan orang menikmatinya, ada yang piknik bersama keluarga dan ada juga pasangan yang memadu asmara.

"Zeyeng, gandeng tanganku dong!"

"Enggak, gak usah gandeng-gandengan tangan segala," jawab Java.

"Ihh Zeyeng gak romantis."

"Bodo amat, yok ah pulang," ajak Java.

"Enggak mau, aku nggak mau pulang kalau jalannya gak gandengan sama kamu," rengek Maya.

"Oke," jawab Java.

"Oke apa?"

"Oke kalau nggak mau, Java pulang duluan," jawab Java santai.

Javapun melangkah lebih cepat tanpa menoleh ke balakang. Harapannya hanya satu, yaitu bagaimana bisa keluar dari tempat ini dan bisa kembali ke bengkel di mana motornya ia tinggalkan karena rusak. Harapan Java motornya sudah diperbaiki montir. Hingga bisa pulang kerumah dengan motornya.

Tega banget kamu Java, ternyata susah juga membuka hatimu.

Maya pun membelokkan langkahnya dan ia duduk di batu-batuan di tepi pantai, ia memandangi lautan luas, namun tidak seluas hati Java yang meninggalkan ia sendirian di sini.

Kamu bisa bersikap seperti itu Java, tapi aku yakin suatu saat kamu sadar kalau aku tidak seperti yang kamu kira. Aku harus sabar, mungkin karena kami baru kena akul.

Maya masih tetap memandangi laut sendirian. Suasana romantis di pantai ternyata tidak seromantis suasanan hatinya, buktinya ia ditinggalkan begitu saja Oleh Java. Benar-benar tidak punya hati.

Tapi aku enggak boleh menyerah!!! Aku harus semangat.

Setelah seperempat jam ia duduk di bebatuan tepi pantai, tiba-tiba ada yang menepuk pelan bahunya. Maya pun menoleh.

"Hah, Zeyeng ngapain kamu di sini? Katanya kamu mau duluan."

"Ayok Kak kita pulang," ajak Java,

"Pulang aja sendiri," jawab Maya.

"Java nggak tahu jalan pulang."

"Share Location, biar di jemput Idet sama Tio."

"Nggak mau, mereka gak mungkin jemput,"

"Pakai ojek online."

"Nggak ada sinyal,"

"Bodo amat."

"Ya udah kalau gitu, ayok Java gandeng," Java memberi penawaran.

"Nggak mau, itu penawaran tadi. Udah nggak laku."

"Ayok lah Kak," rengek Java.

"Nggak mau, kamu harus jadi pacarku dulu, baru kita pulang. Kalau gak mau pulang aja sendiri," tolak Maya

Java membuka kacamatanya dan menyimpannya dalam saku kemeja sekolahnya lalu mengusap-ngusap mukanya, pertanda setres. Setelah mengusap muka lantas ia langsung mengacak-acak rambutnya. Sungguh pilihannya yang sangat berat. Andai saja rumahnya di tengah lautan rasanya ia ingin menceburkan dirinya ke tengah laut, atau ia ingin menghilang saat ini juga.

"Kakak, kan udah Java bilang. Java gak mau pacaran. Java mau fokus belajar."

"Ya udah, kalau gitu Zeyeng pulang aja sendiri. Biar aja aku mati di sini, aku mau ceburin diri ke laut. Siapa tau jadi putri duyung."

"Astaghfirullah Kakak, sadar Kak... udah hampir malem nih, ya udah gini aja nih."

"Apa?" wajah Maya langsung berubah matanya terlihat semakin membesar dan hidungnya mengembang.

"Kita pulang gandengan dan kakak aku kasih les privat matematika selama 2 minggu, kalau pacaran Java nggak bisa"

"Satu bulan," tawar Maya.

"Dua minggu," balas Java.

"Tiga minggu."

"Kalau Kakak nawar lagi Java turunin jadi satu minggu nih!" ancam Java.

"Oke lah dua minggu," jawab Maya malas-malasan.

"Ya udah, tunggu di sini dulu. Java mau ke warung bentar."

Java pun berjalan menuju warung yang menyediakan minuman dan makanan. Beberapa menit kemudian Java kembali dengan rokok menyala diatara jari telunjuk dan tengahnya. Java memegang rokok seolah ia adalah perokok berat.

"Astaghfirullah!!! Zeyeng kamu ngerokok!" pekik Maya dengan mata terbelalak.

"Hmm," jawab Java sambil manggut-manggut cuek.

"Aku nggak nyangka Zeyeng," sambung Maya dengan kepala geleng-geleng.

"Kata Idet dan Tio, ngrokok itu bisa ngilangin setres," jawab Java.

Lantas Java pun menghisap rokok ditangannya ia berlagak seperti sudah sering merokok.

"Uhuk uhuk uhukkk uhukkk, hoek..." Java terbatuk-batuk dan langsung membuang rokoknya.

"Zeyeng, kamu gak apa-apa?" Maya tampak khawatir.

"Uhuk uhuk uhuk," Java masih terbatuk-batuk sambil mengkode minta minum.

Maya memberikan botol minuman bergambar Hello Kitty dari tas ranselnya dan menyerahkan kepada Java yang sebelumnya tutupnya ia buka dulu. Java lantas meminumnya hingga air dalam botol itu habis. Wajahnya memerah seperti kepiting rebus. Matanya juga merah. Wajah tampan Java terlihat miris.

"Gak bisa ngerokok sok-sok-an ngerokok kamu Zeyeng."

"Kata Tio dan Idet ngerokok itu bisa ngilangin setres."

"Kenapa kamu musti dengerin kata mereka. Memangnya kamu gak bisa baca di bungkusnya ya Zeyeng? Kalau merokok menyebabkan serangan jantung, impotensi dan gangguan kehamilan dan janin?"

"Enggak!"

"Baca dong Zeyeng, dibungkusnya gak ada tertulis merokok bisa meredakan setres."

"Seharusnya kakak sadar dong, kalau Kakak yang bikin Java jadi setres," gerutu Java.

"Maaf Zeyeng, kamu setres gara-gara aku ya?"

"Hmm," jawab Java cuek.

"Maaf Zeyeng, kamu gak marah kan?"

"Enggak, ayo buruan pulang," kata Java sambil menarik tangan Maya.

Mereka berdua akhirnya pulang. Selama di perjalanan menjelang naik angkot Java menggandeng tangan Maya. Berdebar-debar jantung Maya bisa bergandengan dengan cowok berkacamata yang sedang tidak memakai kacamata itu. Jalan Java sedikit cepat hingga Maya susah mengimbanginya. Bagi Maya tak masalah yang penting bisa bergandengan dengan lelaki ganteng pujaan hatinya yang memang rajin belajar dan juara umum di sekolah.

Sejam kemudian Java mengambil motornya di bengkel tempat ia meninggalkan motornya untuk diperbaiki. Berhubung hari sudah sangat sore dan Azan magrib hampir dikumandangkan rasanya Java tak tega menyuruh Maya pulang sendirian. Akhirnya Java mengantar Maya pulang ke rumah, dan kini mereka bergoncengan.

Motor matic bergaya Classic milik Java itu melesat pelan diantara kendaraan lainnya di tengah jalan. Java sendiri tidak suka kebut-kebutan di jalan. Bagi Java motto dalam berkendaraan adalah biar lambat asal selamat, lagipula rumah Maya juga tidak terlalu jauh dari bengkel tempat ia meninggalkan motornya.

"Zeyeng," Maya membuka pembicaraan setelah beberapa menit Java tidak bersuara.

"Iya?"

"Aku boleh peluk?"

"Gak boleh! Bukan muhrim!" jawab Java Cepat.

"Boleh lah, Milea aja peluk Dilan pas naek motor."

"Java bukan Dilan."

"Trus kalau gitu, aku peluk siapa dong?"

"Peluk aja guling!"

"Ihhh Zeyeng gak romantis!"

"Kan bener kalau guling itu gunanya buat di peluk-peluk," jawab Java.

"Ihhh Zeyeng, ya udah kalau gitu lepasin tanganku."

"Apaan sih!"

"Lepasin tangan aku Zeyeng, kamu pegang tangan aku nih."

"Astaghfirullah!!!"

Ngapain gue barusan!!! Anjir, gue pegang tangan Maya. Kata Java dalam Hati.

Tanpa sadar selama di atas motor, selama perjalanan mengantar Maya pulang ternyata tangan kiri Java bukannya memegang stang tapi justru memegang lembut tangan Maya yang berada di pinggang Java.

Sesegera mungkin Java melepas tangan Maya dan segera meninju-ninju pelan pelipisnya sendiri. Melihat tingkah Java Maya hanya tersenyum pelan dan membiarkan Java. Maya tak ingin menggangunya lebih banyak lagi.

Couse I can't help, falling In love... with you.....

Lagu can't help falling In Love with you... bergema di hati Maya, iya menyanyikan lagu mandarin itu pelan-pelan. Lagu itu ia temukan di situs musik yang mana lagu itu dinyanyikan F4, Boyband asal Taiwan.

Ini lagunya ya gaes... supaya kalian tau suasana hati Maya


selamat menikmati lagunya ya gaes... lagu boyband zaman emak smp dulu kira-kira tahun 2001 lah. Walaupun lagunya agak jadul tapi cukup keren jadi lagu untuk yg falling in love.. karena judulnya Can't Help Falling In Love With You artinya "Mau tak mau jatuh cinta kepada mu" siapa yg gak jatuh cinta bareng cowok cakep berkaca mata...

Ini foto Java ya gaes... sekedar mengingatkan, silahkan berhayal goncengan bareng Java

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top