6.Antara Kesiangan Dan Kesayangan

Suatu obrolan grub chat

(Squad Cover Boy)

Java

Hai.... pakabar kalian? Masih pada idup gak ni!!!

Idet

Oi apa maksut lo nanya gue masih idup apa enggak? bgsd!

Tio

Masih idup, napa? Lo mau gue jadiin perkedel lo? Monyong!

Java

Oke fix gak ada racun. Makanan yang di kasih Maya.

idet

Lu kira gue kelinci percobaan?

Java

Jok! Ada yang keinget Maya gak hari ini? ada yang naksir Maya gak hari ini?

Idet

Nggak ada, siapa juga yang suka sama mak lampir, di hati gue masih Niken.

Tio

Nggak Coeg, gue masih betah jomblo.

Java

Kalau lo mah, gue udah ngerti aja, lo emang jomblo akut.

Tio

Kalau saja dia bukan orang yang nyontekin tiap ulangan fisika, orang ini udah gue uleg.

Idet

Hahaha... mulutnya udah gue sambel.

Java

Diam kalian, awas nyontek.

Idet

Ampun Boss

*****

Pagi itu Java nampak tergesa-gesa berjalan Kaki memasuki persimpangan jalan masuk kesekolahnya. Pagi ini motornya yang tiba-tiba mogok itu terpaksa ia tinggalkan di bengkel. Bengkel motor itu letakknya sekitar dua kilometer dari sekolah. Nanggung rasanya jika naik ojeg, Java pun memilih berjalan kaki ke sekolahnya.

"Java.... Zeyeng...." Java mendengar suara yang tak asing lagi. suara yang benar-benar membuatnya sakit telinga,

Begitu melihat kebelakang ia melihat sosok Maya.

Alamak Mak Lampir, ngapain sih dia manggil-manggil Zeyeng, kemarin darling, sekarang Zeyeng. Apa-apaan sih.

Java pun mempercepat langkahnya.

"Zeyeng, tunggu," pekik Maya.

Maya berlari-larian mengejar Java. Java sendiri mempercepat langkahnya. Rasanya ia ingin menghilang saat ini juga.

"Jalannya cepet banget ih," komentar Maya.

"Zeyeng," Maya tersandung batu dan naas ia hendak meraih punggung Java tapi Java sedikit maju ke depan dan akhirnya tangan Maya yang hendak meraih punggung Java justru mendarat di bokong Java.

"Arrgghhh," pekik Maya dengan tangan yang berada di bokong Java.

Untung saja cowok berkacamata itu mengenakan ikat pinggang. Jika tidak sukses melorot celana abu-abunya.

"Astaghfirullah, Kakak. Kakak mau berbuat mesum ya!" geram Java sambil mengentikan langkahnya.

"Ahh enggak Zeyeng-enggak, sumpah. Aku gak sengaja," sambung Maya dengan wajah ketakutan.

"Untung sepi!!" gumam Java.

"Zeyeng, maaf," kata Maya merasa bersalah.

"Ya udah, ayo buruan. Kita hampir telat," ajak Java.

"Zeyeng, gak marah sama aku kan?"

"Enggak Kak!"

"Zeyeng, kamu jalannya cepat amat sih. Kapan kita jalannya beriring-iringan?"

"Kak, ini nggak lagi bercanda, nanti kita terlambat, ayo buruan,"

Maya mengikuti Java dari belakang. Cowok yang tingginya kira-kira 175 sentimeter itu langkahnya terlalu besar hingga Maya tak bisa mengikutinya.

"Zeyeng tunggu, kamu cepat banget sih, gendong ah?"

"Kakak, udah buruan. Gak usah gendong-gendongan kakak gak lagi lumpuh kan?'

"Ihhh...."

"Nggak usah marah-marah kak, kita hampir telat nih," kata Java tanpa melihat kebelakang.

Langkah mereka terhenti ketika pintu gerbang sekolah sudah ditutup. Sudah menjadi peraturan di sekolah mereka jika siswa terlambat dan pintu gerbang di tutup. Jika pintu gerbang sudah di tutup siswa tidak boleh masuk dan dipersilahkan pulang kerumah masing-masing. Diizinkan masuk kembali besok.

Mereka sudah benar-benar terlambat, dan mau tak mau mereka harus berada di luar gerbang sekolah. Java menghembuskan hafasnya kuat-kuat. Seumur-umur Java tak pernah terlambat ke sekolah, dan baru kali ini ia terlambat ke sekolah. Parahnya hari ini ia terlambat kesekolah bersama cewek tidak jelas ini, andai saja tidak ada Maya mungkin Java tida akan terlambat. Ia juga harus menelan pil kekecewaan karena hari ini seharusnya ia ikut seleksi cerdas cermat.

"Kita udah telat," dengus Maya.

"Ini gara-gara Kakak," gerutu Java.

"Kok jadi gara-gara aku sih! Kan kamu juga kesiangan?"

"Kakak, pakai jatuh segala, mana bokong Java kepegang lagi!"

"Maaf Zeyeng, aku gak sengaja, lagian kita kan kesiangan,"

"Java nggak kesiangan Kak, motor Java mogok, makanya Java jalan dari bengkel ke sekolah!"

"Iya, kamu emang nggak kesiangan, tapi kamu kesayangan!"

"Mulai!!!! Mulai!!!" sebal Java.

"Mulai, apa? Mulai mencintai Aku," sambung Maya sambil menunjuk wajahnya.

"Sudah lah Kak, kapan sih Kakak mau serius! Sama Java?"

"Ini, kan udah serius! Ayo kita ke jenjang yang lebih serius lagi."

Java mengacak-acak rambutnya.

"Ahhh... gagal deh hari ini? gara-gara kakak nih!"

"Emang gagal apa? Gagal membina rumah tangga?" tanya Maya dengan wajah tanpa dosa.

"Bukan!"

"Trus gagal apa dong?"

"Gagal ikut seleksi olimpiade tingkat kecamatan!"

"Ya elah, tingkat kecamatan! Tingkat nasional aja udah kamu jalanin, masa tingkat kecamatan sih!"

"Pokoknya semua tingkat Java mau ikut," jawab Java sambil menendang kaleng minuman.

"Ya nggak boleh gitu Zeyeng, kamu harus kasih kesempatan yang lain!"

Java mengentikan langkah santainya, ia menatap Maya yang tingginya hanya sebahunya. Lalu peerlahan Java membuka kacamatanya. Mata Java terlihat Indah, cowok itu ternyata ganteng jika tidak memakai kacamata. Rambutnya hitam legam lurus, hidungnya mancung. Bibirnya berwarna pink, saat ini bibirnya komat-kamit seperti mengucapkan sumpah serapah dalam hati.

"Ganteng banget kamu Zeyeng, kalau buka kaca mata," komentar Maya.

"Kakak, pandang mataku," perintah Java.

Maya pun memandangi Java.

"Ganteng, lebih ganteng daripada Angkasa," kata Maya sambil memandang Java.

Java sedikit menunduk mendekatkan wajahnya ke arah wajah Maya yang tingginya hanya sebahu Java. Matanya terpejam dan.

"Hah.... Zeyeng, jangan sekarang Zeyeng zangan sekarang," jawab Maya gelagapan.

Java pun menarik wajahnya yang cukup dekat dengan wajah Maya.

Astghfirullah, ngapain gue barusan!!! Masa gue mau nyium dia sih. Perasaan apa ini!! Apa-apan ini? Hampir aja.

Java tersadar dan ia mencoba bersikap tenang.

"Kak, berhenti manggil Java Zeyeng lagi!"

"Kenapa?"

"Pokoknya Java gak mau!"

"Ya udah kamu kupanggil peyang aja," jawab Maya asal.

"Apa lagi itu, Java gak mau Kak!"

"Trus maunya apa?"

"Panggil Java aja," jawab Java.

"Nggak mau, kamu mau aku panggil Zeyeng atau Peyang? Antara dua itu aja, yang lain aku gak mau."

"Apa boleh buat, terserah aja, asal jangan peyang," jawabnya pasrah.

"Nah gitu dong Zeyeng," jawab Maya sambil bertepuk tangan pelan.

"Ya udah kalau gitu kita ke mana? Udah terlanjur di tutup pintu gerbangnya," sambung Java.

"Kita?" kata maya sambil menujukan dua jarinya.

"Iya ke mana? Kalau Java pulang pasti bunda Java marah!"

"Ya udah ayok aja,"

"Iya ke mana dulu?"

"Ke penghulu," ajak Maya.

"Kalau nggak KUA, Penghulu!" umpat Java.

"Ya ke mana lagi! kalau ketemu cinta aku taunya itu!"

"Udah deh kak, jangan bercanda. Sekarang Java mau jalan-jalan aja. Java ikuti kakak deh, asal jangan macem-macem."

"Lah, yang cowok siapa? Yang macem-macem siapa?"

"Udah deh kak, sekarang kita ke mana?"

"Ke mana cinta akan membawamu," jawab Maya mulai membucin.

"Haduh.... setres gue lama-lama. Ayok aja cepetan. Ntar Java berubah pikiran, Java balik lagi nih!"

"Oke! Oke! Oke! Tapi kamu merem dulu."

"Nggak mau ah, nanti Kakak macem-macem."

"Enak aja!"

"Ya udah, cepetan," kata Java sambil memakai kembai kacamatanya

Akhirnya mereka berjalan keluar sekolah lagi mengarah ke jalan Raya. Maya hendak mengajak Java bermain-main ke pantai. Maya yakin kalau cowok berkacamata ini terlalu serius belajar hingga jarang refresing.

"Kita ke mana nih? Kakak nggak lagi ngerjai Java kan?"

"Enggak Zeyeng, pokoknya kamu ikut aja deh. Ada suatu tempat yang mungkin kamu belom pernah ke sana?"

"Itu, bukan tempat sepi dan gelap kan?"

"Ya enggak lah!"

"Ya udah, pokoknya jangan tempat sepi dan gelap ya, soalnya aku gak pengen nambah satu lagi setannya."

"Maksut kamu apa sih Zeyeng, setan apa?"

"Iya kalau di tempat sepi dan gelap yang ketiga kan setan, aku gak mau kalau setannya nambah satu lagi, soalnya satu aja setan udah susah"

"Nambah satu lagi? jadi maksut kamu aku setannya? Enak aja kamu Zeyeng!"

"Hihihihi....." Java tersenyum puas bisa mengerjai Maya.

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top