4. Radio Rusak

Pagi itu Maya sepertinya bersemangat dari hari-hari biasanya. Ia datang ke sekolah lebih cepat dari biasanya. Ia terlihat segar hari ini, dengan fondation yang cukup tebal dan rambut yang ia sanggul. Maya paling malas menggerai rambutnya.

“SELAMAT PAGI ZOMBLO MANIA!!!” Maya menyapa teman sekelasnya dengan sapaan Zomblo Mania yang artinya bertahan dengan status jomblo yang cukup lama.

“HUUUUU.......” jawab mereka serempak.

Maya menanggapi dengan tawa jahil.

“Yang bilang huhhhh gue sumpahin dapat pacar secepatnya,” sambung Maya.

PLAK...PLAKKK PLAK... mereka bertepuk tangan sekelas. Tingkah Maya selalu unik kadang membuat mereka kesal kadang membuat mereka heran kadang-kadang membuat mereka kenyang karena Maya sering iseng-iseng memasak untuk para zomblo mania itu.

“Semangat amat lo?” tanya Popy.

“Iya, gak kayak tetangga baru kita yang pagi-pagi udah ngerjakan PR,” sambung Delvita sambil melirik ke arah Angkasa yang sibuk menyalin PR milik Rayhan.

“Untung sekelas sama Rayhan, kalau aja gak sekelas sama Rayhan, mampus dia gak ada yang nyontekin,” umpat Popy.

“Udah-udah, kita off dulu ngomongin Angkasa. Gue udah bosen. Nggak asik nggibah depan orangnya,” Maya dengan semangat menasehati kedua temannya.

Angkasa tak bergeming, ia masih terfokus menyalin PR PPKN milik Rayhan.

“Tumben otak lo waras beib?” sambung Delvita.

“Udah, kita nggibahin yang lain aja Java, Java gimana? Udah ada kemajuan?” tanya Poppy antusias.

“Pasti dong,” jawab Maya santai.

“Wuihhhh...... pejuang cinta teman kita ini,” decak Delvita.

“Bentar lagi, status zomblonya bakalan berakhir nih. Status barunya bakalan pacaran sama adek kelas,” canda Popy.

“Fokus-fokus, jadi gimana sama Java? Lo masih stalking?”

“Masih dong,” jawab Maya.

Stalking dari mana?” tanya Popy.

“Semua udah gue intip,” jawab Maya sambil menggerakkan tangannya secara horizontal yang mengisyaratkan beres.

“Apa aja? FB, IG, Tweeter,” Tanya Delvita.

“Udah semua sodara-sodara,” jelas Maya.

“Gimana hasilnya? Ada foto cewek gak di situ? Followernya IG berapa?” tanya Popy.

“Aman... sepertinya misi gue selanjutnya bisa dilaksanakan gak ada foto cewek sih, Cuma foto dia sama emaknya, wuih emaknya cantik gaes.” Jawab Maya .

Mendengar kata-kata emak Java Angkasa langsung konsentrasi mendengan ocehan para gadis lucu itu sambil pura-pura ngerjakan PR.

“Trus, trus follower IG-nya berapa?” tanya Delvita.

“Ratusan sih... gue berhasil lihat IG-nya aja. Facebooknya di kunci sepertinya dia jarang buka.”

“Mantap, lo berhasil. Kalau chat gimana? Lo udah coba ngechat dia?”

“Sudah, semua udah gue coba.”

“Gimana jawabannya?” tanya Delvita.

“Ya lumayan lah, dari pada ngecat Angkasa kemeren,” jawab Maya.

“Trus-trus tanggapannya gimana? Dia bales apa?” tanya Popy.

“Cuma di-read aja, lumayan  kan?” Maya memberikan penegasan.

“Lumayan kata lo hahahah...” Delvita tertawa mendengar penegasan Maya.

“Ya kan lumayan, daripada gak ada sama sekali. Centangnya kan berubah dari abu-abu jadi biru. Itu kan ditanggapi juga namanya,” jelas Maya dengan wajah tanpa dosa.

“Itu ma sama aja kalee,” sambung Delvita.

“Hihihihihi,” Popy tertawa sambil menutup mulutnya.

“Bocillll bocil....” sambung Delvita.

“Lo mau protes gimana sih Del, itu sebuah prestasi dari pada dia, baca chat gue aja enggak,” kata Maya sambil nunjuk Angkasa.

“Ngapain lo bawa-bawa gue?” jawab Angkasa karena sadar dirinya barusan dibicarakan.

“Huss diem, cowok sombong gak boleh ngomong, udah kerjain aja PR lo” potong Popy.

“Emang kalau dia gimana?” tanya Delvita dengan wajah mengarah ke Angkasa.

“Nah kalau dia emang gak nanggepi sama sekali, malahan chat gue gak nyampe, alias nomor gue di blokir,” jelas Maya.

“Hihihi...” Delvita dan Popy tertawa dengan mulut ditutup.

“Sadis emang pembunuhan perasaan,” sambung Maya.

“Ck... apan sih kalian, pagi-pagi udah nggibah. Mana yang dighibahin di depan mata lagi,” rutuk Angkasa.

“Brisik aja dari tadi, kayak radio rusak,” jawab Maya.

“Gak suka gak usah denger, tutup kuping,” perintah Popy.

“Trus gimana? Apa kita santronin aja Java?” ajak Popy.

“Bentar dulu, kalian masih pengen denger hasil stalkingan gue kan?”

“Masih, jadi gimana?” Popy bertanya antusias.

“Jadi dia itu anak tunggal kayaknya, terus dia itu emang suka belajar. Kabar dari anak kelas X ni si Bejo kalau Java tu pernah menang lomba Matematika Nasional dia terus bawa nama sekolah. Ya beruntung ya sekolah kita punya dia, kemren kan kabarnya dia juara lagi bareng Aisyah. Aisyah di mata pelajaran Fisika, Bejo mata pelajaran kimia, dia mata pelajaran matematika,” Maya menjelaskan panjang lebar.

“Ehhh gue kok nggak tau ya sekolah kita juara matematik gara-gara Java?” tanya Delvita.

“Gimana kita tau Mak? Kita mana tau yang kayak gitu, kita taunya gosip selebriti. Kalau buka Ig aja kita bawaanya buka Lambe Jontor kalau gak Lambe Kingkong, kayak gitu terus,” Jawab Maya.

“Iya ya...” Delvita mengangguk.

“Kita mah, beda banget sama orang-orang sejenis Java yang bawaanya blajar terus. Kalau kita? Nggibah terusss” Popy menambahkan.

Angkasa yang pura-pura mengerjakan tugas bersusah payah mehawan tawa. Mukanya ia tutup dengan buku PPKN.

Menyadari tingkah Angkasa Popy yang paling cerewat diantara merekapun angkat bicara. “Lo ngapain Angkasa? Ikut nggibah lo?”

“Apaan sih, Mak Lampir.” Jawab Angkasa kembali menutup wajahnha dengan buku.

“Otak mereka tu diisi pelajaran Pop, lha kita diisi gossip, pagi-pagi aja kita udah menambah wawasan gossip,”  potong Maya.

“Ya udah deh, stop dulu ghibahnya, sekarang kita ngomongin misi lo ke Java. Jangan sampe gagal kayak kegagalan lo ke Don Juan ini,” Popy memberikan semangat sambil menatap sinis ke arah Angkasa yang masih pura-pura membaca.

“Lo semangat dong Mak!!!” Delvita bersuara.

“Pasti Mak...” jawab Maya sambil menunjukkan lengannya.

“Jadi gimana tahap awal?” tanya Popy.

“Kata Bi Ngatmi, asisten Mama gue. Untuk langkah awal kita musti ngasih makanan dulu,” kata Maya antusias.

“Ide lama itu May, buktinya gagal kan? Ini pelakunya?” Popy menatap sinis ke arah Angkasa.

“Udah biarin aja,  kata Bi Ngatmi. Apapun yang kita kasih ke orang tapi gak dapet balesan apa-pa ya sudah, kita tu harus iklas. Walaupun udah habis di makannya dan cinta kita di tolak. Kita harus Iklas,” jelas Maya sambil memperagakan gaya ceramah.

“Sekarang lo bawa apa?” tanya Delvita.

“Gue bawa ini,” pamer Maya sambil menunjukkan rantang dua tingkat berukuran kecil berwarna pink dengan bentuk kepala Hello Kitty.

Maya membuka rantangnya dengan memamerkan aroma wangi makanan enak yaitu bakso bakar. Mencium baunya Angkasa menjadi lapar, kebetulan Angkasa belum sarapan karena mengerjakan PR PPKN tadi.

“Wuih, pasti enak nih,” komentar Popy.

“Pastinya, gue kan memasaknya pakai bumbu cinta,” tegas Maya.

“Satu rantang kita makan, satu rantang lagi buat siapa?” tanya Popy sambil mengarahkan wajahnya ke arah Angkasa.

“Ya buat yayang gue dong, Java,” jawab Maya.

“Angkasa gimana dong?” Delvita memans-manasi.

“Bodo amat, kalau dia mau? Ya bayar,” tegas Maya.

“Ah, lo pakai bayar segala. Biasanya lo iklas ngasih gue tiap hari,” Angkasa yang dipanas-panasi akhirnya angkat bicara.

“Enak aja lo, sukanya yang gratis-gratis, zaman sekarang tu gak ada yang gratis,” dengus Maya.

“Payah lo,” protes Angkasa.

“Ya payah lah, sepayah ngedapetin cinta lo,” kata Maya sambil memutar bola matanya.

“Ah, udah ah makan dulu, bodo amat lo Angkasa. Kalau lapar lo ke kantin aja, lagian lo dulu dikasih yang enak-enak lo malah gak tau terimakasih. Bekalnya lo makan, cintanya lo buang,” terang Popy.

Vangkee, mereka enak-enakan makan di depan gue, mana gue laper lagi. Batin Angkasa.

“Jadi kapan ni, kita anter punya Java?” tanya Popy sambil menikmati bakso bakar.

“Nanti pas istirahat, gue yakin dia gak akan kemana-mana pasti dia di kelas baca-baca buku,” jawab Maya.

“Oke, ntar gue temenin lo,” kata Popy.

“Lo ikut Del?” tanya Maya.

“Enggak ah, gue mau ke kantin aja,” jawab Delvita.

Itu dulu part 4, next part lebih gokil lagi yaitu Maya benar-benar menggombali Java.

SEE YOU NEXT, yang cuma scrol terimakasih sudah membantu jadi banyak pembacanya, yang kasih feedback Alhamdulillah... terimakasih banyak... semoga rezeki makin bertambah amiiinnn...

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top