3. Pindah Kelas
“Tumben-tumbenan lo telat? Lo jam berapa tidur?” tanya Delvita ketika Maya sampai di kelas setelah kejadian tabrakan di tangga tadi.
“Gue stalking seseorang!” jawab Maya semangat walau ia sendiri belom mandi berangkat kesekolah.
“Elo stalking Paris Van Java?” tanya Poppy.
“Hmmm...” jawab Maya sembari mengangguk.
“Trus-trus gimana? dapet semua info?” tanya Delfita antusias.
“Dapet dong, Maya gitu loh..” jawab Maya sambil menggoyang-goyangkan krah bajunya.
“Nomor HP nya lo dapat?” tanya Popy.
“Dapat dong, gue cari-cari ke semua anak kelas X.” jawab Maya meninggi.
“Kenapa lo gak nanya langsung aja sih ke orangnya? Lo kan udah kenalan juga?” tambah Delvita.
“Kalau gue nanya langsung ke orangnya itu namanya bukan stalking, pe-ak,” jawab Maya gemas.
“Oh iya, ya...” kata Delvita sambil garuk-garuk kepala.
Pembicaraan mereka terinterupsi gara-gara Panjul berlari masuk kelas sambil berkata. “Bubar, bubar, Pak Rafles datang, Pak Rafles datang.”
Sekelas langsung bubar dari aktivitas mereka, yang main catur langsung menutup papan catur, yang menelpon langsung mematikan ponselnya, yang bajunya keluar langsung memasukkan bajunya, yang atribut seolah tidak lengkap bersiap-siap diusir termasuk Maya yang datang ke sekolah agak terlambat.
“Woi, Jul! Panjul. Sama siapa Pak Rafles datang?” tanya Maya.
“Sama suami lo, Angkasa!” Jawab Panjul sambil mengencangkan ikat pinggang.
“Apa!!!!! Angkasa. Haduh mati gue.”
“Kenapa lo?” tanya Popy.
“Mampus gue Pop, pasti Angkasa ngadu-ngadu ke Pak Rafles, trus ngomporin Pak Rafles buat ngehukum gue.”
“Emang lo kenapa?” tanya Delvita.
“Gue tadi manjat pagar belakang sekolah.”
“Ngapa lo musti manjat pagar sekolah, kalau pintu depan belom ditutup.”
“Gue nggak tau Pop, kalau pintu depan belom di tutup.”
“Haduh gimana nih,” Maya panik sendiri.
“Kalau gue dihukum gimana coba? Kan gue malu sama Java, ntar dia ilfeel”
“Gak dihukum pun paling dia juga udah ilfeel” dengus Popy.
Akhirnya Pak Rafles tiba dengan Angkasa dan Rayhan. Anehnya mereka membawa tas punggungnya persis seperti akan pulang sekolah. Angkasa dengan rambut agak berantakannya seperti Boyband Korea dan tetap memasang wajah juteknya. Sementara Rayhan masih dengan wajah manisnya. Dua orang sahabat itu memiliki sifat yang sangat berbeda.
“Selamat pagi anak-anak,” Pak Rafles membuka pembicaraan.
“SELAMAT PAGI PAKKKKK”
“Assalamualaikum Warohmatullahiwabarokatuh,” sambung Pak Rafles setelah salamnya di jawab.
“WALAIKUMSALAM WAROHMATULLAHI WABAROKATUH,” jawab penghuni kelas XI IPS D.
“Baik anak-anak tadi wali kelas kalian Bu Ceria meminta izin kepada Bapak kalau beliau tidak bisa hadir hari ini karena ada keperluan penting, oleh karena itu hari ini Bapak akan menggantikan Bu Ceria. Kalian senang kan bertemu Bapak?”
“SENANG PAKKK,” jawab mereka berbohong.
Tidak akan ada yang senang, percaya lah semua penghuni kelas akan di komentari Pak Rafles. Mulai gaya rambut, atribut sekolah, kuku panjang siswi, rambut yang di cat seperti bule pasti akan dikomentari. Beruntung hanya dikomentari saja, andai kata mood beliau jelek di kantongnya yang terdiri gunting dan sisir akan siap mencukur gratis dan dadakan. Bagi yang tidak sesuai peraturan sekolah maka rambutnya akan dipangkas yang menghasilkan rambut gaya klasik lelaki yaitu plontos.
“Oh bagus kalau kalian senang. Pagi ini kita akan kedatangan anggota baru di kelas kita?”
Anggota baru?bukannya dia udah lama di sekolah kita? Jadi ketua OSIS lagi. baru apanya coba?” Maya membatin.
Sekelas langsung memandangi teman sebangkunya. Mereka berpikir tentang anggota baru di kelas.
“Jadi, karena Bapak sedang melakukan pemerataan siswa dan siswa di kelas Angkasa sudah melampaui jumlah seharusnya. Sangat pas sekali dengan kelas kita yang ditinggal lima penghuninya. Dua orang tinggal kelas, dua orang pindah sekolah, dan satu orang kebelet nikah makanya Bapak meminta teman favorit kalian yaitu Angkasa dan Rayhan pindah ke kelas ini.”
“APAAAAAA!!!!!” jawab Maya dan Panjul serentak. Mereka berdua paling anti dengan kedisiplinan, sebagai ketua OSIS Angkasa terkenal sangat disiplin dan suka memberikan komentar pedas terkait kedisiplinan.
Perkataan Maya dan Panjul membuat Pak Rafles curiga.
“Loh, Maya kenapa? Keberatan? Bukannya seharusnya kamu senang? Ada Angkasa.”
“Ee...enggak Pak itu dulu, sekarang saya keberatan.”
Ihhhh kenapa gak dulu aja sih dia di kelas gue. Giliran gue mulai ilfil gini eh gue sekelas sama singa itu, jangan sampai deh gue gagal move on, amit-amit kalau keinget pas dia nolak gue. Batin Maya.
“Keberatan kenapa? Bukannya bagus kalian makin dekat.”
“CIIIIEEEEEE,” jawab penghuni kelas.
“Pak kata dia aja keberatan, dalam hatinya berbunga-bunga itu pak. Hahahaha,” Kata Panjul.
“Benar itu Maya? Bukannya kalian pacaran” tanya Pak Rafles.
“Enggak pak, itu gossip pak,” jawab Angkasa.
“CIIIEEEEEEE......”
“Sudah-sudah. Rayhan kamu duduk paling belakang sebangku dengan David. Kamu Angkasa kamu duduk paling depan sebelah Maya.”
“APAAA!!!!” Maya dan Angkasa serempak menjawab.
"Mimpi apa gue semalam, sudahlah sekelas sebangku lagi. mampus gue bakalan dibully." Batin Maya.
“Lebih baik saya balik ke kelas lama saja pak,” kilah Angkasa.
“Kelas kamu sudah penuh, tadi kamu kan bersedia. Sekarang kamu harus ikuti kata-kata Bapak.”
“Iya Pak,” Jawab Angkasa menunduk.
“Kamu boleh duduk di situ”
Dengan langkah malas-malasan Angkasa duduk di bangku kosong dan satu meja dengan Maya.
“Udik,” bisik Angkasa.
“Dasar semprul,” jawab Maya.
Pak Rafles pun melanjutkan memberikan ceramah tentang kedisiplinan. Sembari Pak Rafles memberikan ceramah, Maya bercerita pelan dengan Popy dan Delvita.
“Gue pindah kelas aja lah. Ke kekelas Java,” kata Maya menghadap belakang bangkunya yang dihuni Popy dan Delvita.
“Ngapain sih lo pindah kelas. Lo tahan aja bentar napa. Dia juga gak makan orang,” bisik Popy.
“Enggak ah, gue mau pindah ke kelasnya Java,” kata Maya merengek.
“PAK, SAYA MAU PINDAH KELAS,” Maya berkata cukup keras dan menginterupsi ceramah Pak Rafles.
“Mau pindah ke mana?” jawab Pak Rafles.
“Ke kelasnya Java,” jawab Maya yakin.
“Boleh, kemasi barang-barangmu,” jawab Pak Rafles.
Lalu Pak Rafles melanjutkan ceramah disiplinya.
“Lo yakin pindah ke kelasnya Java?” tanya Delvita.
“Ya gue yakin. Ogah gue sebangku sama mantan pacar.”
“Udik, kapan gue pacaran sama lo,” jawab Angkasa.
Maya tidak mempedulikan kata-kata Angkasa. Ia masih mengemasi barang-barangnya.
“May, lo yakin mau pindah kekelasnya Java?”
“Yakin Pop, jangan pengaruhi gue.”
“Lo, bego lo pelihara,” cerca Popy.
“Apaan sih,” jawab Maya.
“May, lo dengerin gue. Lo mau pindah ke kelasnya Java? Java kelas X lo kelas XI. Kalau lo pindah ke kelasnya Java artinya lo tinggal kelas. Bego!”
“Oh iya, ya gue lupa, hahaha,” Maya tersadar.
“Lo, bego lo pelihara.”
“Hahahaha...” Angkasa yang sebangku dengan Maya ikut tertawa.
“Lo sadar gak sih May? Lo naik ke kelas XI ini susah payah Pak Rafles naikin lo. Sekarang gara-gara Java lo mau balik lagi ke kelas X. Gak ngerti gue sama jalan pikiran lo,” Popy berceramah panjang lebar.
Ceramah Popy mengundang tawa Angkasa dan Delvita.
“Jadi bagaimana Maya, apa kamu mau pindah ke kelasnya Java?” Pak Rafles kembali bertanya.
“Enggak jadi deh pak,”
“Kenapa tak jadi?”
“Saya pindah ke kelas XII saja Pak.”
“Ohhh....boleh... boleh.”
“Boleh Pak?”
“Boleehhh, boleh sekali.... sangat Boleh.”
“Wuih keren,” Maya bersorak gembira.
“Kamu boleh pindah Maya, tapi semester depan ya, itu pun kalau kamu naik kelas,” jawab Pak Rafles diplomatis.
"GRRRRRR......HAHAHAHAHAH..." Maya di tertawakan oleh siswa satu kelas.
*****
note:
Masih belajar ya... maklumi aja...
Buat yang cuma scrol-scrol aja, terimakasih. Buat yang baca saya doakan. Kalau zomblo dapat pacar baru, kalau yang udah punya pacar semoga langgeng. Aminnn terimakasih...
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top