26.Setelah Hujan Reda

Setelah membahas soal Fisika yang jumlahnya seratus butir dan semuanya pelajaran kelas XII Java dan Aisyah kembali ngobrol-ngobrol ringan. Kali ini Java hendak memberikan Aisyah kado karena Java ingat kalau hari ini Aisyah berulangtahun yang ke-16.

Kado untuk Aisyah sudah ia persiapkan jauh-jauh hari. Java membelikan kalung perak dengan liontin mutiara. Ini semua adalah hasil menabungnya khusus untuk membelikan kado ulang tahun Aisyah.

"Syah, ini kado buat lo!" kata Java sambil memberikan Aisyah kotak periasan berbentuk hati berwarna toska lembut.

"Thanks Jav, lo baik banget. Lo inget ulang tahun gue," kata Aisyah dengan wajah sendu. "Nggak kayak Kak Angkasa dia lupa ulang tahun gue," batin Aisyah.

"Wajah lo jangan cemberut dong, sini gue pakein kalungnya," hibur Java.

Aisyahpun membelakangi Java dan Java memakaikan kalung yang ia jadikan kado untuk Aisyah. Tepat setelah kalung itu dipasangkan hujan turun dengan lebatnya.

"Thanks ya Jav," kata Aisyah setelah kalung itu dipasangkan.

"Lo kenapa sih, dari tadi cemberut?" selidik Java.

"Lo juga dari tadi gelisah aja! Belajar lo juga gak konsen. Lo juga salah-salah jawab soal," omel Aisyah.

"Nah, iya gue ngerasa enggak nyaman aja, entah kenapa. Gue kayak melewatkan sesuatu," sambung Java.

"Sekali lagi makasih ya Jav, lo inget ulang tahun gue, gue kecewa aja sama Kak Angkasa masa iya dia lupa sama ulang tahun gue. Sekedar ngucapin lewat chat juga enggak," cerita Aisyah.

"Ih ngapain sih hari gini malah inget Angkasa. Gue aja gak ingat sama Maya," batin Java.

"Hah Maya!" tiba-tiba Java ingat Maya.

"Kenapa Kak Maya Jav?" tanya Aisyah.

"ASTAGHFIRULLAH!!! Gue baru ingat hari ini gue mau nonton sama Maya!" kata Java dengan ekspresi terkejut.

"Ya ampun Jav, iya gue baru ingat selasa kemaren kakak itu nuntut lo supaya lo nonton sama dia," Sambung Aisyah.

"Haduh gimana ini Syah! Sekarang udah jam berapa?" tanya Java.

Aisyah membuka ponselnya untuk melihat jam, "Jam setengah enam."

"Haduh, filmnya pasti udah selesai ya?" sesal Java dengan wajah panik.

"Jav, gue minta maaf gue lupa juga. Harusnya tadi gue ingetin lo!" sesal Aisyah.

"Gimana nih! Apa gue susul aja ke bioskop ya?"

"Susul aja deh mudah-mudahan kakak itu masih setia nunggu lo di sana," hibur Aisyah.

"Ya udah, yuk cabut!" ajak Java.

"Jav, gue ikut ya? Gue mau sekalian minta maaf sama kakak itu biar dia gak salah paham."

"Terserah lo aja," kata Java berjalan menuju kasir dan membayar semua yang mereka pesan.

****

Java melajukan mobil sedikit lebih cepat mengarah ke Studio 22 yang tak jauh dari restoran Mc M tempat ia dan Aisyah makan tadi. Setelah sampai di bioskop ia tak mendapati siapa-siapa. Sepertinya bioskopnya sedang istirahat karena hampir magrib. Java pun mengusap wajahnya, ia berpikir bisa-bisanya ia lupa janjinya dengan Maya.

"Coba lo hubungi ponselnya," saran Aisyah.

"Oh iya," kata Java sembari mengambil ponselnya.

Java pun membuka ponselnya benar saja ada 15 panggilan tak terjawab dari Maya. Setelah mengecek panggilan tak terjawab ia membuka aplikasi chatnya. Ternyata Maya sudah 10 kali mengirim pesan chat. Sialnya Java tidak tau semua karena suara dan getar ponselnya mati total sejak semalam karena ia tak ingin di ganggu. Java menyesali ponselnya yang tak berdering sama sekali.

Java menyandarkan tubuhnya di dinding, ia mencoba memeriksa pesan Maya satu persatu. Pesan terakhir ia kirim sekitar pukul 16.30. bunyi pesannya Maya sudah memilih tempat duduk nomor 21 dan 22. Dada Java terasa sesak, ia sungguh menyesal. Ia merasa bersalah dan ia merasa jahat telah melupakan Maya begitu saja.

"Coba lo telpon Jav! Mana tau Kakak itu ngasih tau keberadaannya, lagian kemarin lo janji antar dia pulang kan?"

Java mengangguk ia mencoba menelpon Maya secepatnya.

"Nomor yang anda tuju sedang tidak aktif atau berada di luar jangkauan," jawab operator kartu celuler.

"Hah, ponselnya mati!" geram Java.

"Kak Maya kemana ya? Apa mungkin dia langsung pulang?" kata Aisyah.

"Perasaan gue gak enak Syah dari tadi, ternyata ini penyebabnya. Ck, gue takut Kak Maya kenapa-kenapa."

"Lo yang sabar ya, mudah-mudahan Kakak itu enggak kenapa-kenapa," hibur Aisyah.

"Kalau sampai kenapa-kenapa Kakak itu, gue enggak akan maafin diri gue," sesal Java kembali.

"Lo panik banget Jav," komentar Aisyah.

"Ya jelas gue panik lah. Jujur gue takut dia kenapa-kenapa gara-gara gue," kata Java pelan.

"Ya udah kita susul aja kerumahnya."

Java menoleh pada Aisyah menatap Aisyah serius. "Syah, lo gue anter pulang ya. Biar aja gue sendiri ke rumah Maya. Gue takut ntar dia makin salah paham karena melihat kita berdua."

"Oke Jav," jawab Aisyah.

***

Setelah mengantar Aisyah ke rumahnya Java melajukan mobil fortunernya dengan kecepatan tinggi menuju rumah Maya. Selama perjalanan Java terus-terusan menyalahkan dirinya. Java juga menyesali mengapa ponselnya bisa mati bunyi dan getarnya. Selama di perjalanan itu Java tak henti-hentinya menepon Maya, tapi ponsel Maya tidak Aktiv.

Detak jantungnya semakin kuat menandakan ketakutan luar biasa akibat lupa janji. Belum lagi tadi hujan turun dengan lebatnya entah apa yang terjadi dengan Maya. Setelah sampai di komplek perumahan tempat tinggal Maya, Java melambatkan laju mobilnya sambil melihat kiri dan kanan siapa tahu ia melihat Maya yang sedang berjalan kaki.

Tak berapa lama mengelilingi komplek akhirnya Java sampai di rumah Maya. Rumah bergaya minimalis modern itu terlihat sepi Pintu pagar rumah Maya juga tertutup. Sejenak Java termenung dan teringat ketika hujan lebat mengantar Maya pulang selesai les matematika. Ia teringat bagaimana mereka saling berpandangan di dalam mobil. Ketika itu hujan lebat dan Java mengantar Maya hingga pintu rumahnya. Sekarang setelah hujan reda, ia justru kehilangan Maya yang keberadaanya tak tau entah di mana.

Dengan mengumpulkan keberanian Java membuka mobilnya dan berjalan menuju rumah Maya. Ia siap jika Maya marah-marah dan melabraknya atau menangis bombay di depannya. Ia juga siap jika Maya menuntutnya menonton lagi atau makan berdua lagi, yang terpenting baginya keadaan Maya baik-baik saja.

Java mengetuk pintu beberapa kali dan akhirnya pintu dibuka oleh seorang ibu-ibu berjilbab. Java tersenyum dan menyapa ibu-ibu itu yang ia perkirakan adalah ibunya Maya.

"Assalamualaikum Tante," sapa Java ramah.

"Walaikumsalam," jawab tante itu celingukan seperti mencari sosok lain selain Java.

"Kak Maya ada tante?" tanya Java dengan perasaan cemas.

"Loh, Maya belum pulang," jawab Ibu itu.

"Mmmm sejak jam berapa Kak Maya pergi tante?" tanya Java kembali.

"Sejak jam empat tadi," kata Ibu Maya.

"Ohh, iya tante kalau boleh tahu Kak Maya perginya dengan siapa Tante?" selidik Java.

"Dengan temannya, namanya Java apa Jawa gitu," jawab ibunya Maya.

"Hah mampus gue, kalau sampai kenapa-kenapa sama Maya gue bakalan di tuduh nih! Kak Maya pamitnya pergi bareng gue lagi. Haduh! Kemana sih ni anak!" batin Java.

"Ayo masuk dulu nak," ajak Ibu Maya.

"Maaf tante, saya enggak bisa lama-lama, saya Cuma ada perlu sama Kak Maya," jawab Java berbohong padahal Java datang hanya untuk mengecek apakah kak Maya baik-baik saja. Kenyataanya Maya tidak ada di rumah padahal pamitnya pergi bersamanya. Dan semenjak sore tadi dia juga tidak bersama Maya. Dari sini sudah jelas yang salah adalah dirinya.

"Kemana lagi gue musti nyari Maya nih!" batinnya.

Jika dikatakan dekat ya Java cukup dekat dan sering berinteraksi dengan Maya. Tapi Untuk hal-hal kecil seperti siapa teman Maya, di mana Maya sering hangging out Java tidak tahu sama sekali.

"Nak, kenapa melamun? Coba Mayanya kita telpon dulu!" suara ibu Maya membuyarkan lamunannya.

"Iya tante maaf dari tadi saya sudah menelpon Kak Maya tapi ponselnya tidak aktiv," jawab Java.

"Kemana anak itu ya?" Ibu Maya ikut panik.

"Tante, saya coba mencari Kak Maya dan nelpon temannya. Jadi saya pamit dulu Tante," kata java sambil mencium tangan ibu Maya yang sehari-hari dipanggil Mami oleh Maya.

"Ya sudah hati-hati ya Nak," Jawab ibu Maya.

"Iya tante," jawab Java tergesa-gesa.

Setelah itu Java memasuki mobilnya dan berusaha mencari nomor ponsel Panjul dan Poppy melalui teman-teman Java. Yang Java tahu teman Maya adalah Panjul dan Poppy lalu satu lagi adalah Kak Angkasa, Kakak Java sendiri. Jika menyebut Angkasa Java merasa sedikit takut, ia belum berani menemui Angkasa terlebih situasi saat ini. Apalagi Java sadar jika Angkasa juga menaruh hati pada Aisyah.

Panjul sudah di telpon Poppy juga sudah di telpon namun mereka tidak bersama Maya. Java juga sudah memberanikan diri untuk menelpon Angkasa namun ponsel Angkasa juga tidak aktif. Java semakin panik, ia pun membanting tangannya di stir mobilnya.

"Arghhh!!! Kenapa jadi begini!" kata Java sembari mengusap wajahnya.

"Kamu di mana sih May? Rasanya kok kehilangan sekali."

Setelah itu Java menstater mobilnya dan melajukan mobilnya tanpa tahu harus kemana lagi mencari Maya.

Hai gaesss aku muncul lagi, ini adalah part-part trakhirnya. Ya belom terakhir banget sih. Aku juga lagi seneng post fotonya Chanyeol gaes... jadi sampai 2 begini fotonya gpp ya...

Oke... terimakasih buat teman-teman yang setia mengikuti sudah comen-comen dan ngasih vote. Makasih buat yang cuma ngasih vote aja, makasih buat yang cuma baca-baca lalu kabur, makasih juga buat yang cuma scrol-scrol aja, hayo siapa tu?

Oke sampai disini dulu part 26 when maya meet java. Nantikan part sela jutnya hari sabtu, sampai ketemu lagi see you...

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top