23.Drama Kisah Nyata

Sebuah pesan singkat masuk ke ponsel Maya.

From: Belva

"May, Java. Lagi jalan sama Aisyah. Sorry May gue gak bisa fotokan! Lo yang sabar ya"

Membaca pesan singkat Belva teman sekelas Maya yang dikirim sore kemarin mendadak Maya merasa dadanya amat sesak. Lagi-lagi ia harus merasakan pil pahit karena pujaan hatinya yang bernama Java kencan dengan gadis lain yaitu Aisyah. Mendengar nama Aisyah nyali Maya langsung ciut, tak mungkin rasanya jika harus berhadapan dengan Most Wanted Girl se-kaliber Aisyah.

Selain cantik dia juga pintar dan berprestasi, semua cowok sudah pasti akan antri. Baru-baru ini Angkasa teman sebangkunya yang juga ketua OSIS itu di kabarkan sedang melakukan pendekatan dengan Aisyah. Bagaimana dengan Java? Itu bisa saja terjadi, mengingat Java dan Aisyah sejak pertama masuk sekolah juga sudah berteman baik. Sahabat jadi cinta? Itu bisa saja terjadi.

Patah hati bisa saja terjadi kapanpun dan di mana pun. Maya harus sadar itu, apalagi jika Aisyah memang benar menyukai Java selesai sudah harapannya. Ia tak bisa berharap apa-apa lagi, karena tidak ada satupun cowok yang menolak Aisyah, dan bisa jadi termasuk Java.

Sejak les matematika selesai intensitas Maya bertemu dengan Java sudah mulai berkurang. Pertemuan hanya ketika Maya mengantar bekal dan hanya dikomentari Java "terimakasih Kak" lalu Java kembali membahas soal-soal olimpiade.

****

Keesokan harinya Maya benar-benar akan menyerang Java. Ia sudah mempersiapkan kata-katanya. Ia juga tak biasanya berangkat ke sekolah pagi-pagi sekali. Ia berangkat pagi hanya kerena ingin meminta keadilan dari Java, karena Java berangkat sekolah selalu pagi.

Pagi itu di kelas Maya belum ada satupun siswa yang datang. Maya meletakkan tasnya ke atas meja dan duduk di kursi. Tiba-tiba Panjul datang dan meletakkan tasnya di mejanya juga.

"Ngapain lo! Pagi-pagi udah melow! Pagi tu semangat," sapa Panjul.

"Jul, temenin gue dong, bentar aja," ajak Maya.

"Kemana?" tanya panjul.

"Ke toilet," jawab Maya.

"Hii enggak ah," tolak Panjul dengan wajah terjijik-jijik.

"Ayo ah, bukan ke tolilet kok ke kelas XC," ajak Maya.

"Ngapain ke sana? Ogah ah anaknya jahat-jahat," tolak Panjul.

"Ayo ah Jul, bekal gue buat lo deh!" sogok Maya.

Panjul mengingat-ingat kalau ia pernah mencoba bekal Maya memang enak. Rugi rasanya kalau ia melewatkan kotak bekal milik Maya yang terkenal enak itu.

"Oke," jawab Panjul santai.

****

Setelah sampai di kelas XC benar saja Maya mendapati Java dan Aisyah sedang bercakap-cakap sambil sesekali bercanda. Mereka berdua terlihat akrab hal itu membuat Maya makin terbakar api cemburu. Tanpa berpikir panjang Maya pun mendatangi meja Java.

BRAAAAKKKKKK.....

Maya memukul meja. Serempak mereka yang ada di kelas termasuk Aisyah juga terkejut.

"Kamu gak adil Zeyeng," serangnya tiba-tiba.

"Wuih.... istri pertama ngamuk!" komentar Idet yang baru datang.

Java yang dilabrak hanya santai-santai saja, sepertinya ia siap dengan apapun yang terjadi.

"May, udah ah, jangan bikin Malu," bisik Panjul.

"Aku nggak nyangka Zeyeng kamu jalan sama Aisyah!" protesnya lagi.

"Itu enggak benar Kak, itu Cuma gossip kak! Kami jalan rame-rame kok!" kilah Java.

"Kamu bohong Zeyeng, berita kamu jalan sama Aisyah udah nyebar!" Maya masih bersikeras protes.

"Emanggnya kakak tau dari mana sih? Kakak itu gak boleh mendengar berita yang belom pasti kebenarannya," kata Java.

"Di sekolah kita ini apa sih yang gak bakalan ketahuan? Kaos kaki bolong Panjul aja satu sekolah tahu!" Maya berkata dan membawa-bawa nama Panjul.

"Kok, kaos kaki bolong gue dibawa-bawa," kata Panjul dengan wajah melongo.

"Enggak, kak itu enggak benar. Kami enggak berdua kok! Ada Tio sama Idet, ya kan Tio?" kata Aisyah mengarah ke Tio.

"Enggak kak, enggak kak. Marahin aja Java kak dia Playboy," Tio mengompori Maya.

"TIIOOO," pekik Aisyah.

"Betul kak, kami emang ada di sana Kak, tapi bentar doang, ayo kak marahin Java Kak," sambung Idet.

"Jangan percaya Kak, beneran kami rame-rame kok! Ada Tio sama Idet Kak!" terang Aisyah.

"Tega kamu zeyeng! Kamu tega!" protes Maya.

"Kan kita juga sudah pernah Jalan kak! Waktu ke pantai itu," kilah Java.

"HAH KE PANTAI?" kata Tio dan Idet bersamaan mereka berdua susah menahan tawa akhirnya mereka jongkok pura-pura mecari kunci motor di lantai.

"Tio, kunci motor gue ilang," kata Idet tiba-tiba.

"Sini gue bantu nyari," kata Tio yang ikut-ikutan jongkok.

"Itu bukan jalan, itu bolos kamu sendiri yang bilang! Pokokya aku gak terima Zeyeng! Aku mau jalan berdua sama kamu!" protes Maya.

"Maaf Kak, maaf banget Kak! Java sibuk," tolak Java.

"Enggak bisa gitu Zeyeng, kamu harus jalan sama aku! Aku juga berhak bahagia Zeyeng!" kata Maya dengan air mata yang tertahan.

"Jav, lo apaan sih! Luangkan waktu lo buat Kak Maya napa?" bela Aisyah.

"Iya, tapi tapi Kak, urusan kita udah selesai. Java kan sudah mejalankan kewajiban Java dengan les matematika kemarin!" kilah Java.

"Enggak zeyeng, urusan kita belom selesai! Selagi kamu belum jadi pacarku urusan kita belum selesai," kata Maya dengan suara parau menahan tangis.

"Yah... yah jangan nangis dong," panik Java.

"Hayo loh TANGGUNG JAWAB!" kata Panjul.

"Kalau kita enggak jalan, aku mau berdiri di sini sampai guru di kelasmu datang!" ancam Maya.

"Wah gawat nih! Maya malu-maluin banget sih!" batin Java.

Seluruh penghuni kelas memperhatikan Java. Satu diantara mereka tak ada yang berani tertawa. Perasaan mereka antara lucu dan sedih. Lucu karena seorang Java bisa dilabrak seperti telah selingkuh berkali-kali. Dan sebagian mereka sedih melihat Maya yang menuntut keadilan dari Java.

"Ok deh kalau gitu, sabtu kita nonton!" Java memberikan pernyataan.

"Nonton Zeyeng? Aku mau banget," kata Maya tiba-tiba.

"Eit! Dengan syarat tetunya!" Java tidak kapok-kapoknya memberi syarat.

"Kamu, ngasih syarat terus Zeyeng, nanti kamu susah sendiri dengan syarat yang kamu kasih itu," kata Maya lirih.

Maya mengingat syarat Java di pantai di mana ia tidak mau jadi pacar Maya, tapi Java menggantinya dengan les matematika. Syarat itu sebenarnya membuat Java sendiri yang susah mengajari Maya les matematika.

"Gak usah pakai syarat-syaratan napa? Ikhlas gitu!" protes Panjul.

"Setelah kita nonton bareng Kakak harus janji, gak akan gangguin Java lagi! Java mau konsentrasi olimpiade dan ujian semester," terang Java.

"Ta tapi Zeyeng," jawab Maya ragu-ragu.

"Gimana? Tawaran Java?" potong Java.

"Ya udah deh, yang penting aku bisa jalan sama kamu!" kata Maya terpaksa.

"Oke," jawab Java santai.

"Jemput aku ya Zeyeng," pinta Maya.

"Enggak bisa kak, pulangnya aja Java antarin. Langsung aja kita ketemu di Studio 22," kata Java.

"Oke deh Zeyeng," jawab Maya malas, mengingat ini kencan untuk terakhir kalinya.

"Oh ya Kak, kalau bisa ajak siapa gitu!" kata Java tiba-tiba.

"Oke aku akan ajak orang," jawab Maya.

"Siapa?" tanya Java.

"Penghulu," jawab Maya santai.

"Penghulu? Nikahan dong!" kata Java.

"Habisnya Zeyeng nanya sih, bawa-bawa orang segala, ya sekalian aja aku bawa penghulu, biar SAH!" terang Maya.

"Ya udah deh sampai ketemu di sana," Java menutup pembicaraan.

"Yuk Jul, kita kembali ke kelas," ajak Maya.

"Jangan sampe lo nyesel di kemudian hari, lo enggak kenal Maya! Dia itu baik banget!" bisik Panjul.

"Terserah," jawab Java.

Setelah Maya dan Panjul benar-benar pergi, Tio dan Idet keluar dari persembunyiannya di kolong Meja. Sedari tadi ia bersembunyi karena kesulitan menahan tawa.

"Ngapain kalian di kolong meja?" tanya Java sinis.

"Kalian kayak curut!" komentar Aisyah setelah sekian lama mulutnya terkunci karena perdebatan antara Java dan Maya.

"Ck ck ck ck, lo beneran kayak dilabrak istri petama Jav," komentar Tio setelah keluar dari persembunyiannya di kolong meja.

"Lo kayak ketangkep selingkuh Jav, padahal lo sendiri gak punya pacar!" kata Idet yang juga keluar dari kolong meja.

"Ini gara-gara kalian! Malah njerumusin Java!" tuduh Aisyah.

"Loh kok kita sih! Kalian kan emang berduaan. Kita datang bentar doang belom sempat minum udah lo ajak pulang Jav!" protes Idet.

"Benar-benar drama kisah nyata Det," komentar Tio.

"Betul Bro, aura sedihnya mirip-mirip sinetron Suara Sedih Istri," sambung Idet.

"Lo berdua! Gak boleh nyalin PR gue lagi!" ancam Java sambil menunjuk-nunjuk muka Idet dan Tio.

"Halah! Ngancam terus," kata Idet.

"Kayaknya kita musti tobat Det, kita musti rajin belajar dan buat PR, supaya kita nggak diancam-ancam dan di jajah Java kayak gini,"terang Tio.

"Betul Tio," sambung Idet.

Hai guys... akhirnya aq update ya... mohon maaf ni kurang lucu, soalnya aq masih stuck.

Makasih buat yang udah mampir ya... aq pasti akan auto back buat yg comen, makasih...

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top