22.Java Dan Aisyah
Seminggu setelah les matematika usai, Java sepertinya "menjarak" dari Maya. Java lebih menyibukkan diri di kelas untuk persiapan olimpiade Sains yang akan diadakan di sekolahnya. Hari-hari ia habiskan untuk membahas soal di kelas dengan Aisyah tentunya. Aisyah adalah partner Java dalam pelaksanaan olimpiade Sains.
Sebagai cowok normal jika melihat cewek cantik, Java mencari-cari kesempatan dengan Aisyah. Java mencari-cari kesempatan dengan pura-pura tidak tahu jawaban soal matematika padahal Java tahu, mengajak ke kantin bersama dan parahnya Java sudah berani sekali mengantar Aisyah pulang sekolah, bahkan Java berencana menjemputnya untuk sekedar membahas soal-soal di cafe.
Biasanya siswa teladan lainnya membahas soal dilakukan di perpustakaan, laboratorium fisika, di kelas atau di tempat lainnya yang suasananya lebih serius. Berbeda dengan Java kali ini ia berencana membahas soal persiapan olimpiade sains di cafe sambil makan-makan dan tentunya berdua. Ya, antara Java dan Aisyah saja. Java benar-benar tak menyadari apa yang ia rencanakan ini sudah pasti akan membuat patah hati dua orang sekaligus, Maya dan Angkasa.
"Eh, Sya... Ng, kamu ada kegiatan gak malam-minggu?" tanya Java di sela-sela membahas soal kimia di perpustakaan.
"Kayaknya nggak ada deh Jav, emangnya kenapa?" tanya Aisyah kembali.
Mendengar Jawaban Aisyah lantas ia tersenyum penuh kemenangan. Akhirnya untuk pertama kalinya ia jalan dengan cewek. Jalan kepantai dengan Maya beberapa waktu yang lalu sengajak tak ia hitung, menurutnya itu hanya ketidaksengajaan saja dan ia berjanji tidak akan mengulanginya lagi. Ia masih menganggap kalau jalan dengan Aisyah adalah pertama kalinya.
"Kita ke cafe yuk?" ajak Java dengan wajah antusias.
"Lo, ngajak gue nge-date?" tanya Aisyah ragu-ragu.
Java merasa ada hawa-hawa penolakan. Ia membaca wajah Aisyah yang ragu-ragu dengan suara yang kedengarannya sepele.
"Enggak kok, kita kan sambil sekalian belajar," jawa Java cepat.
"Berdua?" wajah Aisyah makin terlihat ragu.
"Enggak kok, sekalian sama Tio dan Idet," jawab Java cepat sambil menyebutkan nama Duo Ubur-ubur itu, karena yang teringat oleh Java hanya mereka berdua.
"Ajak Delia juga sekalian lah, biar ada ceweknya," jawab Aisyah.
"Ya udah, ntar gue ajak Delia," tambah Java.
"Tapi bohong," batin Java.
"Ohhh bagus lah kalau rame-rame gitu. Lo tau kan gimana sekolah ini? gak aman banget. Gossip-gossip selalu bermunculan. Sedangkan lobang kaos kaki aja ketahuan apalagi jalan berdua," kata Aisyah.
"Terserah lo deh Sya, yang jelas gue gak bakalan ngajak Delia atau Duo Ubur-ubur itu. Bodo amat sama yang namanya gossip, bagus banget malah gue digossipin sama lo," batin Java.
"Eh Jav, kalau Kak Maya tahu gimana dong? gue bakalan di labrak! Malu gue, apalagi kalau Kak Poppy ikut-ikutan melabrak, nggak kebayang gue," kata Aisyah sambil menerawang.
"Bagus malah kalau dia tahu gue nge-date sama lo, hahaha habis lah kesempatannya untuk gangguin gue, the end tamat," batin Java diiringi senyum jahat.
"Tapi lo mau kan?" Java mencoba mengalihkan pembicaraan.
"Iya, rame-rame sih gak apa-apa Jav," jawab Aisyah.
"Oke, malem minggu jam empat sore gue jemput ke rumah lo!" kata Java menutup pembicaraan.
Setelah itu mereka kembali ke kelas, karena acara membahas soalnya sudah selesai, Java dan Aisyah sudah mengerjakan soal Matematika dan fisika sebanyak 250 butir soal yang tingkat kesulitannya cukup tinggi.
***
Java benar-benar serius dengan niatnya, ia benar-benar tidak memberitahu Idet maupun Tio, Delia juga tak ia beritahu. Ia tak ingin acara malam minggu di cafe-nya diganggu Idet ataupun Tio.
Penampilan Java hari ini sangat berbeda dari biasanya. Java terlihat cukup tampan tanpa menggunakan kacamata. Kacamata ia ganti dengan kontak lens yang minusnya sama dengan kacamatanya. Ini pertama kalinya Java bertemu dengan Aisyah tanpa berseragam sekolah.
Di sisi lain ada cewek yang mencari-cari kesempatan untuk berduaan dengan Java, tapi di sini Javalah yang mencari-cari kesempatan untuk berduaan dengan Aisyah. Kadang-kadang Java curi-curi pandang. Dalam acara "belajar" di cafe ini Java seolah meyakinkan dirinya kalau Aisyah itu Is the best dan pantas ia sukai. Ia bahkan tak mempedeulikan kalau ia dan Aisyah sebelumnya adalah sahabat.
Bagi sebagian besar cowok sahabat itu bisa saja berubah menjadi cinta. Apalagi kalau sahabatnya sangat cantik dan pintar seperti Aisyah, tidak akan akan ada yang menolak. Semua pasti antri jadi pacarnya, termasuk Java yang sudah ambil nomor antrian. Java sangat yakin kalau dirinya berada di antrian paling atas karena dirinya pintar dan secara fisik dirinya juga tampan tentunya kalau tanpa memakai kacamata minus empatnya itu.
"Berisik banget di sini Jav, enakan bahas soalnya di rumah gue aja tadi," kata Aisyah dengan mata yang masih terpaku soal-soal matematika.
"Di sini aja lebih seru," kata Java pura-pura fokus. Sesekali ia curi-curi pandang.
"Jav?"
"Iya, Aisyah."
"Katanya ada Tio sama Idet, udah dua jam kita di sini gue gak nampak batang hidung Duo Ubur-ubur itu," kata Aisyah sambil celingukan sekitar cafe.
"Gak tau gue, mungkin dia ada urusan," jawab Java berbohong.
"Atau lo bohong Jav, lo gak ngasih tau mereka ya?"
Java hanya menelan salivanya. Dadanya berdebar-debar, tapi debaran ini adalah debaran penjahat yang takut tertangkap Polisi. Fix ia telah berbohong pada Aisya. Ia pun celingukan sekeliling cafe untuk menghilangkan kecurigaan Aisyah.
"Syah?" tanya Java.
"Apa Jav."
"Lo, gak nanya-nanya gitu ke gue?" tanya Java hati-hati.
"Enggak ada kayaknya, soal fisika tadi juga udah berhasil kita pecahkan," jawab Aisyah santai.
"Nanya apa kek, selain pelajaran gitu," kata Java hat-hati.
Akhirnya mereka pun mengobrol seadanya. Aisyah lebih sering ngobrol perihal sekolah, teman-temannya. Dan yang membuat Java tak habis pikir, Aisyah justru sangat sering membicarakan Angkasa. Kata Aisyah Angkasa itu baik sekali.
"Baik di mananya? Jutek gitu, baikan juga gue," batin Java.
Lalu Aisyah juga menceritakan kalau Java sangat mirip Angkasa. Lalu Angkasa itu bagus banget jadi ketua OSIS, lalu Angkasa itu program-program OSIS-nya sangat bagus. Program Angkasa itu banyak sekali bakti sosialnya, Angkasa juga menunjuk Aisyah jadi ketua event amal sekolah. Lalu bla...bla...bla... Jujur pembicaraan Aisyah sangat tidak seru bagi Java.
"Ngobrol bareng Aisyah, kaku banget, gak ada seru-serunya, tapi gak apa-apa lah terserah lo aja Lady yang penting gue bisa jalan sama lo," batin Java.
Aisyah masih ngoceh ngalor-ngidul. Java fix jadi pendengar yang baik saja hari ini. Baru mau komentar sudah di potong Aisyah. Java hanya kebagian tugas mengangguk-angguk saja. Kencan harapannya menjadi garing, tak ada senyuman, tak ada lelucon, tak ada kejutan yang membuat jantungan, tak ada rasa heran dan tak ada tepuk jidat, tak ada heran,tak ada urut kepala, tak ada gigi rapat, tak ada geleng-geleng kepala dan yang pasti tak ada kata-kata Zeyeng.
"Hah, kok jadi kepikiran Zeyeng? Enggak mungkin. Tenang Jav, calm down, ini kencan pertama wajar garing. Untuk selanjutnya pasti seru," Java menghibur dirinya dalam hati.
"Sumpah, gue ngrasa sepi ada yang kurang, apaan ya?" Java masih membatin diantara obrolan Aisyah.
"What Up Bro!" sapa idet yang tiba-tiba Idet datang dengan Tio.
"Ck ck ck ck, bentar lagi patah hati Mak Lampir," komentar Tio yang mengambil posisi duduk di sebelah Aisyah.
"Tega amat lo Jav," kata idet yang mengambil posisi duduk di samping Java.
"Akhirnya kalian dateng, Ayok gabung sini Det, Tio." ajak Aisyah.
"Delia mana ya?" tanya Java memastikan, sebenarnya sama sekali ia tak menghubungi Delia.
"Lagi OTW katanya," jawab Aisyah.
"Delia ikut juga Syah?" Tanya Idet.
"Iya, dari tadi gue chat katanya masih OTW, mungkin kejebak macet," terang Aisyah.
"Nah gitu dong, ajakin kami malam mingguan," kata Idet bersemangat.
"Dari kemaren-kemari kali kalau ngabari, mendadak gini!" komentar Tio.
"Iya kan udah ni, tapi sorry ya guys gue agak lama ngabari. Tadi gue serius bahas soal sama Java," kata Aisyah.
"What! Ternyata Aisyah yang bawa mereka kesini!" batin Java sambil mengusap wajahnya.
"Jav, kok gak ngabari mereka sih! Kata lo udah ngabari mereka," protes Aisyah.
"Kapan!! Woee lo sengaja kan!" kata Idet.
"Biar berdua sama Aisyah Det! Kita dulupain," kata Tio dengan nada sinis.
"Ehem, kayaknya seru nih kalau kita kasih tau kak Maya, hari senen bakalan ada Drama Kisah Nyata seru nih," cerca Tio.
"Penuh Air Mata," sambung Idet.
Java hanya menanggapi dengan hembusan Nafas. Ia sudah siap apapun yang terjadi. Suasana yang tadinya sepi dan garing perlahan berubah menjadi tawa riang. Karena sejatinya Tio dan Idet tak jauh beda dengan pelawak. Dan sudah di pastikan rencana nge-date Java gagal total.
Hai... gaesss.... ketemu lagi ni di part 22 kayaknya (lupa part maap). Part ini mengisahkan keegoisan cowok ya gaes. Banyak cowok-cowok yang gitu, lebih seneng sama yang fisiknya bagus ketimbang yang mati-matian cinta sama dia. Tapi tenang aja, semua akan indah pada waktunya.
Maap banget kalau kalian udah kubuat kesal di part ini. Tapi apa yang aq tulis itu seperti kisah2 remaja pada umumnya.
Makasih buat semua yang iklas membaca sambil vote tentunya... jangan lupa comen, karena seperti biasa aq bakalan auto back komen atau vote.
Oke sekian dulu part 22 when maya meet java. See you next part
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top