21.Honey

Hujan lebat malam ini sukses membuat suasana hati Angkasa mengharu-biru. Bagaimana tidak? Hujan malam ini justru membuat ia merasa kesepian dan teringat seseorang wanita yang pernah hadir dalam hidupnya saat ia kecil. Ia teringat bagaimana wanita itu mengurusnya, menyuapinya, memandikannya, mengajaknya bermain dan yang paling tidak ia lupakan yaitu bagaimana wanita itu mengajaknya menghitung bintang di langit.

Wanita itu tentu bukan Mama Angkasa yang bernama Lisa. Lisa, mama kandung Angkasa seluruh hidupnya didedikasikan untuk bisnis, bisnis dan bisnis. Sampai saat ini ia lebih banyak menghabiskan waktunya untuk mengurus bisnisnya, arisan sosialita, ke salon dan traveling keliling dunia. Saat mamanya memutuskan menikah lagi dengan milyarder Amerika, Mama justru jarang ke Indonesia. Ia ke Indonesia hanya untuk melihat bisnisnya, arisan sosialita dan melepas rindu dengan Angkasa.

Mama bukannya tidak sayang dengan Angkasa. Bagi Mama, yang dilakukan Mama adalah untuk masa depan Angkasa semata. Sementara bagi Angkasa ia sangat ingin, Mama seperti ibu-ibu lainnya. Ia ingin diperhatikan ia ingin diajak bercerita, tapi Mama belum bisa melakukan apa yang diinginkan Angkasa.

Bagi Mama, materi yang Mama berikan pada Angkasa adalah wujud sayang Mama pada Angkasa. Baru-baru ini Mama membelikan mobil sport hitam keluaran lamborghini, dan motor gede keluaran Harley Davidson. Tapi semuanya nggak ngaruh bagi Angkasa toh dia masih saja kesepian.

Di saat kesepian ini ia kembali mengingat sosok wanita muda yang pernah hadir di masa kecilnya. Ia sangat ingin mencari wanita yang bersifat keibuan itu. Wanita itu telah mengenalkan kasih sayang ibu pada Angkasa. Walau hanya ketika Angkasa masih kanak-kanak, Angkasa masih mengingat semua. Dan itu juga menjadikan Angkasa sebagai pria yang kuat, mandiri, tangguh dan pekerja keras.

Mama tidak akan pernah tahu apa yang dilakukan Angkasa di sini. Bahkan kejadian di Bar kemarin saja mungkin Mama tidak tahu. Mama tidak akan tahu kalau anaknya sudah memporak-porandakan Anker Bar, dan pastinya mama juga pasti tidak akan peduli dengan mantan suaminya yang duduk-duduk dengan para gadis di Bar.

"Den, Nyonya baru saja sampai Den," kata Mbok Atun yang tiba-tiba memasuki kamar Angkasa membawa segelas susu.

"Bilang aja, saya udah tidur Mbok," jawab Angkasa cuek sambil tetap memandang ke luar jendela.

"Mbok ya ditemiui dulu nyonya Den, kasian Nyonya jauh-jauh," protes Mbok Atun.

"Iya Mbok, besok saya temui Mama, tenang aja," kata Angkasa menenangkan Mbok Atun yang memang sejak Angkasa masih Bayi sudah bekerja di rumahnya. Mbok Atun sudah dianggap Angkasa sebagai neneknya sendiri.

"Bener ya Den?"

"Bener Mbok, suer!" jawab Angkasa.

Kalau Si Mbok sudah bicara, Angkasa pasti selalu menurutinya, karena Si Mboklah yang selalu ada untuk Angkasa setiap hari dan setiap saat.

***

Pagi itu Angkasa mendapati Mama yang tengah perawatan wajah di pinggir kolam renang. Tapi Angkasa tetap cuek saja dan mengendap-endap keluar rumah. Angkasa merasa Mama tidak akan melihat dirinya karena mata Mama ditutupi oleh irisan mentimun.

"Honey! Sini," Mama memanggil Angkasa yang berjalan di tepi kolam renang. Walau matanya tertutup sepertinya ia tau keberadaan Angkasa anaknya. Mama sedang melakukan perawatan wajah di kursi santai seperti bule yang menjemur dirinya di pantai. Mama di temani dua orang asisten yang sedang mengurut lengannya.

"Iya Ma," jawab Angkasa malas dan mendekati Mama.

"How, are you Honey?"

"Baik Ma, Mama sendiri apa kabar? Dalam rangka apa pulang ke Indonesia? Tumben"

"Oh, Honey. I came to see you My Boy. What about your school?" tanya Mama dengan gaya ke barat-baratan.

"Gitu-gitu aja sih Ma, Pak Rafles belom nambah bangunan," jawab Angkasa malas.

"No, Honey. Mama tak nanya your bangunan sekolah. Mama chuma nanya bagaimana hasil belajharmu di sekolah," kata Mama mengibaskan tangannya.

"Ya, gitu-gitu aja."

"Kamu mau kemana Honey?"

"Ke rumah Rehan," jawab Angkasa santai.

"Honey, Mama di rhumah tapi you malah kerumah Rayhan."

"Males Ma, sepi."

"What!" kata Mama sembari membuka mentimun di matanya.

Angkasa masih mematung.

"Ada atau tidak ada Mama, rumah ini tetap sepi," jawab Angkasa.

"Easy Honey easy, kita buat party di rumah ini. You bisa mengundang para gadis dan teman-teman you," tawar Mama bersemangat.

"Ma, aku mau nikah ma," kata Angkasa tiba-tiba. Ia hanya asal bicara sekedar mengagetkan mamanya.

"Oooo emji...what do you say? You wanna marry? You still young baby," Mama tiba-tiba terbelalak mendengar kata-kata angkasa barusan. Menikah, padahal Angkasa masih kelas XI SMA.

"Ma, bisa nggak sih ngomong pakai bahasa Indonesia yang baik dan benar? Sesuai PUEBI."

"What? Came on baby, you harus fasih English oke! You mau urus ini semua bisnis. Kerajaan bisnis kita!"

"Bisnis teros, bisnis teros. Hidup bukan Cuma buat bisnis Ma, hidup juga butuh cinta" protes Angkasa.

"Cinta? Ok back to pernikahan tadi. You tidak boleh manikah. You harus fokus belajar dulu baru menikah. Ok."

"Aku kesepian Ma."

"Menikah bukan untuk meramaikan hatimu, ayo ikut Mama ke Amrik, sekolah di Amrik," tegas Mama.

Angkasa tak menjawab, ia hanya terdiam. Hal yang paling tidak ia sukai adalah tinggal di Amerika. Angkasa cinta indonesia, ia tak ingin meninggalkan Indonesia. Angkasa juga sudah mengiklaskan dirinya untuk mengurus bisnis mamanya kelak ketika ia dewasa nanti. Biar lah ia kesepian seperti ini.

"Ma, pamit dulu," tanpa menjawab tawaran Mama Angkasa mengambil tangan mamanya dan mencium tangan Mamanya.

"Honey, tunggu."

Menghetikan langkahnya tanpa menoleh.

"Ikhut mama arisan, yuk? Spend weekend at Bogor?"

"Enggak Ma, males" jawab Angkasa berlalu.

"Gue ngomong sama mama, kayak ngomong sama Cinta Waora," kata Angkasa dalam hati

Mama memandang punggung Angkasa dari ke jauhan. Ia merasa sangat meyesal. Bukan ia tak bisa membahagiakan anaknya, yang ia tahu bahagia itu ketika kita memiliki segalanya. Pikiran Lisa kembali ke delapan belas tahun yang lalu, saat ia memutuskan berpisah dari Sanjaya yang tidak ia cintai sama sekali. Walau ia tak mencintai Sanjaya, bukan berarti ia tak mencintai Angkasa. Angkasa adalah segala-galanya bagi wanita cantik berusia awal empat puluhan itu.

Ia sama sekali tak menyangka Angkasa bisa sejauh itu dari dirinya. Jika ditanya apa makanan kesukaan Angkasa, dirinya tentu tak bisa menjawab. Jangankan makanan kesukaan, memasak saja belum pernah. Wanita cantik dan kaya ini belum pernah ke dapur, ia hanya ke dapur untuk membuat minuman hangat saja.

"Putra, I'm so sorry Honey. Aku belom bisa menjadi ibu yang terbaik bagi kamu, but you harus tahu, I Love you so much my boy," katanya dengan air mata berlinang di pipi yang tertutp masker. Sejujurnya ia juga tak ingin jauh dari putranya.

Dan salah satu asisten Mama memberikan tissu untuk Mama. Mamapun lantas mengambilnya dan mengusap air matanya. Ia melanjutkan perawatan tubuh dan wajahnya kembali.

cast Angkasa ku ganti ya guys... kalau di novel originalnya masih tetap. Di part 1 nyusul gantinya. Mamanya kuga nyusul ya guys... malaman akan aq posting. Soalnya masih bingung nyari cast mama Angkasa.


oke guys makasih banget sudah mengikuti. Part ini tidak ada kata Zeyeng dan tidak lucu. Part ini menggambarkan keadaan Angkasa dan mamanya ok.

Berhubung author mulai stuck mohon maafkan dulu part ini. Lain kali akan aku rombak habis-habisan. See you...

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top