12.Tua-tua Clubbing
Setelah memastikan Angkasa sudah masuk Bar, Java pun berniat masuk juga. Ia sangat ingin mencari ayahnya sekaligus menstalking Angkasa ketua OSIS yang main ke Bar. Ia berjalaan seolah sering datang ke tempat ini padahal ia baru sekali datang kemari. Java medekati pintu yang dijaga securiti atau lebih tepatnya bodyguard.
"Oi, anak kecil mau ngapain?" sapa bodyguard pria berperawakan besar, tinggi, kepala plontos, hitam dan hidup.
"Mau nyari Bapak saya om."
"Am om, emangnya gue kawin sama tante lo! Pokoknya anak kecil gak boleh masuk," jawab pria itu.
"Boleh lah om," rengek Java.
"TIDAK BISA, ANAK KECIL!!" pria itu meninggikan suaranya.
"Saya bukan anak kecil Om, kalau nggak percaya lihat nih, kaki saya bebulu," pamer Java sambil menaikkan celananya.
" Udah sana pulang," geram pria itu.
"Giliran Angkasa aja boleh masuk. Giliran saya ditolak," gerutu Java.
"Oh... anak tadi maksut lo!"
"Iya, Om," jawab Java yakin.
"Ohh, kalau dia pakai ini," kata pria itu sambil menunjukkan jari telunjuk dan jempolnya yang digabungkan.
"Iya ini," jawab Java sambil memberikan finger heart.
"Ya elah ini anak geblek amat. Gue gak butuh cinta gue butuh duit," jelas pria itu.
"Oh, bentar Om," jawab Java sambil mengeluarkan dompetnya dan mengambil isinya.
"Ini Om," Java memberikan selembar uang berwarna biru.
"HAHHHHH!!!! GOCAP? LO MAU NYOGOK GUE PAKAI GOCAP? GAK BISA!!!" semprot pria itu.
"Trus gimana Om? Pakai debit boleh om? Atau kartu kredit gitu Om?" tawar Java.
"Lo kira gue mesin ATM!!! Kesss gue mau kesss!!!" desak pria itu.
"Ya udah om, kalau gitu saya ke ATM dulu."
Setelah beberapa menit Java kembali dengan beberapa lembar uang berwarna merah. Dan menyerahkan kepada pria itu.
"Ini om," Java memberikan uang itu.
Pria itu pun memberikan jalan masuk dan voucher gratis minuman.
Java pun masuk dan mengupat-ngupat dan misuh-misuh karena uangnya dirampas Om plontos.
"Dasar om-om jahat. Udah gendut, plontos, item, idup lagi."
"Lo bilang apa?" pria itu seperti dapat bisikan gaib karena di maki-maki Java walau pelan.
"Enggak om, nggak ada apa-apa. Saya malah seneng masuk om, makasih ya om," jawab Java lsambil berjalan menjauh.
"Banjir!!! Mahal banget masuk sini. Nyesel gue kalau gue beli buku persiapan Ujian Nasional gue bakalan dapat lima paket nih!!" umpat Java karena menyesal
Begitu memasuki bar, Java langsung merasa pusing. Ia tak biasa mendengar musik disco, ia menyukai musik pop dan R & B.
"Pusing banget kepala gue. Mana rame lagi. Angkasa mana sih! Cepet banget ilangnya."
Java berjalan diantara orang-orang yang berdansa dengan alunan musik yang dibawakan seorang DJ. Cewek-ewek yang datang cantik-cantik, banyak yang menyapa Java dengan cara melambaikan tangan.
Ada yang memegang bahunya sambil berbisik "Dancing baby?"
"No, thanks sisters," jawab Java sambil menggeser tangan si cewek cantik
"Ya ampunnnn pada mencak-mencak gak karuan!!" omel Java, " Ini tempat duduk mana seh!!"
Java makin panik, niat melabrak Ayah, justru ia terjebak di tempat seperti ini. Selain berisik tempat ini juga sempit. Mau mencari tampat untuk duduk saja susah. Semua orang berjoget mengikuti musik yang dibawakan Dj. Java berjalan diantara orang-orang itu sambil melihat wajah satu-persatu laki-laki yang berdansa, siapa tahu ia menemukan Ayahnya. Dan jika benar-benar ayahnya ia berencana memaksa ayahnya pulang.
Tiba-tiba seorang wanita yang usianya sekitar 40 tahunan lebih atau sebutannya emak-emak mendekati dirinya. Si emak berambut pendek itu tiba-tiba memeluknya tanpa ampun.
"Anjay, gue di peluk emak-emak," kaget Java.
"Oppa-oppa," si emak meracau.
"Maaf Tante, saya bukan kakek-kakek," Jawab Java sambil berusaha melepas pelukan si emak.
"Cenyolll, Cenyol!!!!" kata si emak makin ngelantur.
"Maaf tante saya nggak jualan es cendol,"jawab Java.
Si emak pun berdiri tegak dan berbisik. "Chanyeoll!!! Chanyeolll!!! EXO!!"
"Mabuk ni emak!!!! Siapa suruh tua-tua clubbing," jawab Java sambil melepas tangan si emak.
Naas si emak malah rubuh dan ambruk di tengah orang-orang yang sedang berdansa. Java bukannya membantu, ia malah bersembunyi di tengah cewek-cewek yang sedang berdansa. Sambil sesekali mengintip nasib si emak. Dan syukurnya si emak di bantu para bodyguard bar ini.
"Sial!!! Pelukan pertama gue sama emak-emak, tau gini kemaren gue biarin Maya meluk gue, ahhh sudah lah," umpat Java.
Java pun merasa lega dan melanjutkan pencarian tempat duduk. Dan ia berhasil duduk di bar counter dan tak sengaja ia duduk satu meja bar counter dengan Angkasa. Angkasa tampak memencet-mencet ponselnya sambil merokok.
"Ketua OSIS ngerokok!!!" Java Terkejut.
Selama ini cowok ganteng yang menjabat sebagai siswa nomor satu itu berkoar-koar untuk hidup sehat dan jauhi rokok. Tapi kenyataannya dia sendiri merokok bahkan yang membuat mata Java terbelalak ia juga minum-minuman beralkohol dengan jumlah sedikit yang terlihat dari ukuran gelasnya.
"Bad boy!" gumam Java.
"Ehem, mau pesen apa Bang?" tanya bartender laki-laki dengan ramah.
"Pesan susu coklat Bang," jawab Java asal sambil masih memperhatikan Angkasa.
"Susu coklat?" ulang bartender.
"Iya bang."
"Kalau itu tidak ada Dek, silahkan Adek tunggu pembagian susu coklat di posyandu," jawab bartender sambil tersenyum manis.
"Ya udah kalau gitu, lemon tea." Jawab Java mantap.
"Maaf Dek jangan bercanda," jawab bartender kembali.
"Mesen lemon tea dibilang bercanda. Ya udah kalau gitu, terserah aja yang penting jangan ber-alkohol," jawab Java.
Beberapa menit kemudian bartender kembali dan memberikan minuman bersoda berwarna coklat.
"Apaan ni!!! Gue bayar mahal-mahal Cuma dapat ini! mending gue duduk di minimarket sambil wifian, gak sebanyak ini juga gue mengeluarkan uang, banjir!!!" umpat Java.
Sejak awal masuk ke tempat ini Java sudah mengumpat-ngumpat. Sudahlah uangnya habis, diusir bodyguard, dipeluk emak-emak, hingga di tertawakan supaya menunggu jatah susu coklat di posyandu. Rasanya cukup ini terakhir kalinya berada di sini, ia tidak akan kembali selama-lamanya. Apapun alasannya, lebih baik dia duduk di gang senggol sambil bercanda dengan Idet dan Tio.
Berbicara tentang Idet dan Tio, ia baru menyadari mengapa ia tak membawa duo ubur-ubur itu. Jika Idet dan Tio ikut, mungkin nasibnya tidak sesial tadi. Nasib sial melepas pelukan pertama kepada emak-emak yang sedang mabuk. Kalau sudah begini rasanya ia merindukan duo ubur-ubur itu, Idet dan Tio.
Kini perhatian Java berpindah kepada Angkasa yang saat ini sudah tidak bermain ponsel lagi. Angkasa justru memandang ke satu arah yaitu ke lelaki yang sedang duduk di sofa bersama beberapa wanita cantik berpakaian sedikit terbuka. Lelaki yang sedang diperhatikan Angkasa tak lain adalah AYAH!!! Jantung Java berdebar-debar. Ada masalah apa antara Angkasa dan Ayah? Mengapa wajah Angkasa terlihat kesal? Dan mengapa Ayahnya itu tidak ingat Bundanya di rumah? Malah enak-enakan di sini. Ayah enak-enakan di sini sementara Bunda menonton drama kisah nyata yang kisah hidup Bunda sendiri sama dengan drama favoritnya itu.
Angkasa berdiri dan berjalan menuju sofa tempat ayahnya duduk dengan beberapa wanita berpakaian agak minim. Angkasa berdiri tepat di depan meja ayahnya sambil bertolak pinggang. Musik DJ yang masih bertalu-talu tak membuat Ayah menyadari kalau Angkasa sudah di depannya.
"Angkasa, kenapa kamu di sini? Anak di bawah umur enggak boleh di sini!" kata Ayah.
"Loh, siapa ini Mas? Ganteng banget pasti pas kamu muda mirip dia!" kata salah satu wanita berpakaian minim itu.
"Ini Angkasa anakku paling besar," kata Ayah.
ANAK PALING BESAR!!! Lha gue anak siapa? Bathin Java yang sedang bersembunyi di dekat bar Counter. Bukannya gue yang anak paling besar?" Astaghfirullah rahasia besar apa yang belum gue tahu!!!
Hai guys... gak terasa udah sebulan aja nulis dan udah mencapai part 12. Haduh... mohon maaf kalau masih belom juga to the point... yang penting lucunya dapat dan semuanya masih bisa tertawa sambil di rumah aja...
Oh ya guys... author sendiri belom pernah masuk bar. Kalau ada yg salah-salah mohon di comentari aja... see you next partt... bye bye...
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top