01 - When Love Blooms, I Remember You
10. Orang ini sangat kurang beruntung dalam soal cinta, hari cinta kasih meninggalkan mimpi buruk, tetapi, entah mujizat apa cintanya mulai terbalas bersamaan ketika bunga sakura sedang mulai bermekaran.
"Yerin!" panggil seseorang yang sedang menyandarkan lengan pada pegangan kayu. Ia melambaikan tangan ketika sang pemilik nama melihat ke arahnya.
Gadis yang dipanggil Yerin tersebut segera berlari menghampiri sumber suara. Senyumnya merekah indah dan sebuah pelukan hangat diberikan saat sahabatnya, Chaewon, tengah merentangkan tangan demi menyambut kedatangan gadis itu. Keduanya baru bertemu lagi setelah dua tahun lalu Yerin memutuskan untuk pergi ke Seoul, meninggalkan kota kelahirannya.
"Maaf karena aku membuatmu datang ke sini padahal kau juga baru sampai dan butuh istirahat," sesal Chaewon sembari masih mengalungkan lengan pada leher Yerin.
Yerin menggeleng kemudian menengadahkan kepala sembari menyipitkan mata. Memandangi keadaan sekitar yang tidak pernah lelah membuat gadis itu terperangah. Langit biru yang begitu bersih, ditambah sinar matahari yang menyapa wajahnya hangat. Angin berdesir lembut membuat bunga-bunga berwarna merah muda di sekeliling beterbangan indah. Sungguh, tidak ada yang bisa mengalahkan keindahan jalan sepanjang enam kilometer yang membentang dari Pasar Hwagae sampai Kuil Ssanggyesa itu.
"Wah! Seharusnya aku tahu kalau sejak aku pergi, tempat ini selalu bisa menjadi alasanku untuk kembali." Yerin berdecak kagum. "Jadi, kau mau mengajakku pergi ke mana saja hari ini?"
"Kau mau ke mana? Hari ini aku luangkan waktu seharian untuk menjadi teman jalanmu," balas Chaewon sembari meletakkan keempat jarinya di depan dahi. "Oh, tapi biar aku membelikan minuman teh untukmu dulu. Kau tunggu di sini saja, tidak akan lama, kok!"
Gadis itu mengangguk kemudian menempelkan tubuh pada pembatas jalan yang berukuran cukup tinggi. Terlalu sayang untuk hanya berdiam diri di sana, Yerin memutuskan untuk berjalan ke area yang lebih rendah. Kedua kakinya dilangkahkan menuruni setiap anak tangga kayu yang sudah dipenuhi oleh banyak bunga sakura yang tertiup terbawa angin.
Ia telah sampai di bagian tengah. Tempat yang terbaikㅡmenurutnyaㅡuntuk menikmati bunga sakura bermekaran. Tidak terlalu banyak pengunjung di sana, tapi Yerin justru bersyukur karena kalau ia berada di Seoul, banyak orang akan berbondong-bondong datang menyambut musim semi ini. Yerin menopang kepala dengan salah satu tangan yang diletakkan di atas pegangan kayu. Menghirup udara sejuk itu sejenak kemudian memejamkan mata.
"Jo Yerin?"
Pemilik suara bariton tersebut berhasil mengusik ketenangannya. Gadis itu membuka pejaman mata kemudian menoleh. Mendapati seorang laki-laki yang ia taksir tingginya 180 cm ke atas sedang mengangkat alis dan menatap kedua matanya. Pandangan mereka beradu, tapi Yerin masih mematung. Penglihatannya tidak salah, seseorang yang sedang berdiri di hadapannya itu nyata.
"Sudah lama, ya," lanjut lelaki itu lagi. Kini, sebuah senyuman menghiasi wajahnya. Senyuman yang selalu ingin Yerin lihat sejak lama.
Pandangan mata Yerin tidak teralih sedikit pun. Ia hanya mengangkat salah satu tangannya, membiarkan jemari itu menyentuh wajah sang lawan bicara. Sementara itu, lelaki yang masih berdiri di hadapan ikut mengamati gerakan Yerin dari ekor matanya. Yerin hanya ingin memastikan sekali lagi kalau seseorang yang ada di depannya bukan buah dari halusinasi.
Lantas, lelaki itu menggenggam lengan Yerin dan menurunkannya sembari terkekeh. "Aku ini sungguhan, kau tidak perlu sampai kaget seperti itu."
"Maaf," ujar Yerin kemudian segera menyembunyikan kedua tangan di belakang tubuh. "Lee Jinhyuk? Bagaimana kau bisa berada di sini? Untuk apa kau di sini? Ah, maksudku, bagaimana bisaㅡ"
"Karena kau," jawab Jinhyuk cepat, berhasil memotong kalimat panjang yang dilontarkan oleh Yerin.
Menanggapi apa yang dikatakan oleh lelaki itu, Yerin membulatkan mata.
"Aku datang ke sini untuk bertemu denganmu. Ternyata dua tahun berlalu tidak mengubah kebiasaanmu untuk datang ke tempat ini saat musim semi."
Yerin lebih terkejut lagi karena Jinhyuk bisa mengetahui rutinitasnya. Ia memang tidak pernah melewati keindahan Simni Cherry Blossom Road ketika musim semi datang. Namun, Lee Jinhyuk? Laki-laki yang sempat mengisi ruang kosong di hatinyaㅡbukan, masih menempati ruang tersebut sampai saat iniㅡmengatakan hal itu untuknya?
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top