Chapter 4

Setelah Lea memergokiku sedang mengambil video Spencer di kelas Mrs. Hannagan, aku tidak menyangka Lea akan menurut dan tidak membuka mulutnya mengenai kejadian ini.

Aneh.

Ini tidak seperti biasanya, Lea bukanlah orang yang bisa menjaga rahasia dengan baik. Bahkan dia adalah pusat informasi Kampus, bisa dikatakan jika kau butuh informasi tentang seseorang maka kau bisa bertanya pada Lea.

Lea memiliki telinga di mana-mana dan dia juga dengan mudah memberitahu apa pun yang ia ketahui, tetapi aku harap Lea akan menjaga rahasiaku dengan baik.

Memejamkan mata sesaat dan berusaha untuk tetap memercayai Lea, aku merapikan buku-buku dan memasukannya ke dalam tas serta beberapa kali sempat melirik ke arah tempat duduk Spencer. Ada perasaan lega untuk saat ini karena peranku sebagai seseorang yang mengagumi Spencer secara diam-diam masih tergolong aman.

"Aku harap Lea tidak akan membongkar identitasku kepada siapa pun." Menyelempangkan tas dan mengalungkan kamera digital, aku pun segera pergi meninggalkan kelas mengikuti mahasiswa lainnya.

Mencuri dengar saat Spencer berbicara dengan Matt, aku jadi mengetahui bahwa setelah ini dia akan pergi ke perpustakaan untuk membantu penelitian Mr. Hubert.

Segera pergi menuju perpustakaan dan kembali melihat Spencer dari jauh adalah keputusan terbaik saat ini. Selain itu masih ada beberapa jam untuk kelas selanjutnya.

Di lorong kampus, kalian pasti akan mengataiku sebagai gadis yang sudah tidak waras karena akan melihat sebuah senyuman yang selalu mengembang setiap kali aku menatap layar kamera. Menonton video Spancer saat menjelaskan sesuatu selalu membuat kekaguman ini semakin meningkat.

"I love you, Spencer," bisikku kembali melihat hasil foto Spancer dan mengusapkan jari di layar kamera.

Wajahku memerah saat membisikan kalimat itu, well, kalian pasti mengerti bahwa rasanya sama seperti mengatakan kalimat tersebut tepat di hadapan Spencer. Padahal sebenarnya hanya melihat foto yang ada di kamera. Kasihan sekali.

Aku merasa seperti benar-benar gila.

Sejauh ini aku belum pernah mendapatkan foto yang terbilang sangat bagus. Maksudku, sebuah foto dimana Spencer sedang melihat ke arah lensa kamera.

Hahaha, itu tidak mungkin, Emma. Lihatlah dirimu saat dia berada di kelas bersamamu, kau bahkan tidak bisa konsentrasi.

Lagi-lagi akal sehat menghancurkan daya khayal dengan mengingatkan bagaimana sikapku saat satu kelas bersama Spencer. Memukul kepala, aku berusaha membuang pikiran-pikiran realita yang selalu mengganggu. Namun, tiba-tiba seseorang seperti sedang menepuk pundakku.

"Excuse me," ucapnya.

Oh, damn! Aku tahu dengan sangat jelas siapa pemilik suara ini. Refleks, segera kurekatkan kamera ke dada untuk menyembunyikan sesuatu yang terpampang jelas di kamera.

Ini halusinasi, kan?

Bergeming-tidak berani menoleh ke arah pemilik suara atau segera lari meninggalkannya-hanya bisa berdoa, bahwa ini adalah ilusi dan ketika menoleh tidak ada siapa pun di belakang yang baru saja menepuk pundakku.

"Apa kau mencariku?" Dia bersuara lagi, "gadis itu mengatakan bahwa kau mencariku."

Dia mengatakan gadis itu, tapi gadis yang mana? Oh, God, tidak bisakah Kau buat aku pingsan saat ini juga? Kuhirup napas dalam-dalam, dengan perlahan membalikkan badan dan menghadap si pemilik suara.

Kau benar, orang itu adalah Spencer, berdiri di hadapanku dengan tubuh yang tinggi dan tatapan yang mengarah padaku. Meneguk saliva, tenggorokan ini kembali terasa kering dan sensasi aneh terasa begitu jelas di antara kami berdua-lebih tepatnya hanya aku yang merasakannya.

"S ... sorry, umm ... i mean yes." Keningku mengernyit, memikirkan apa yang baru saja terucap, dengan cepat aku menggelengkan kepala berusaha untuk relax and focus. "No, umm ... i'm sorry, but i want to know ...."

Sial! Kalimatku terputus saat Lea berdiri tidak jauh dari punggung Spencer, ia memberikan semangat dengan mengepalkan tangan kanan sambil tersenyum lalu kembali pergi bersama teman-temannya meninggalkan kami.

Kutegaskan kami berdua-aku dan Spencer. Hidup sungguh penuh kejutan.

Spencer tersenyum, menatap ke arah kamera yang tidak sadar terlepas dari tanganku-menampakan foto dirinya. Sedangkan aku, dengan bodohnya tidak menyadari semua ini dan malah sibuk mengutuk Lea.

"Apa kau tahu bahwa tindakanmu ini adalah salah satu tindakan kriminal?"

Terbelalak, aku terkejut dan membuka mulut membentuk huruf O. Kau benar-benar dalam masalah, Emma karena Spencer mengetahuinya dan mungkin saja keributan di kelas bersama Lea adalah penyebabnya.

Yeah, kami-aku dan Lea sempat sedikit membuat keributan di kelas Mrs. Hannagan saat Lea berusaha mengambil kameraku yang tergeletak di meja untuk merekam Spancer.

Sepertinya kali ini keberuntungan tidak berpihak padaku, pertama Lea mengetahui bahwa aku diam-diam mengambil gambar Spencer dan kedua Spencer berbicara padaku seakan-akan telah melakukan tindakan kriminal. Mom, Dad, kuharap kalian akan tetap menganggap Emma sebagai anak kalian saat Spencer menjebloskanku atas tuduhan pelanggaran privacy.

Tidak berani melihat Spencer secara langsung, aku pun menundukkan wajah dan tersadar bahwa kamera masih dalam keadaan menyala-memperlihatkan fotonya dan menghadap ke arah si pemilik foto. Oh, come on bagaimana kebodohan ini bisa terjadi? Ini benar-benar seperti masuk ke dalam lubang hitam yang kau buat sendiri.

Sungguh bodoh dan tidak professional. Sekarang bersiaplah untuk mendapat panggilan dari polisi Kampus.

"Sorry ...." Suaraku terasa begitu sulit untuk keluar dari bibir yang saat ini terasa begitu kering.

"Berikan kameramu," perintah Spencer.

What! Spencer meminta kameraku? Sedangkan barang bukti ada di dalamnya dan tentu saja hal itu akan membawaku ke penjara dengan sangat mudah. Permintaan maaf atau menawarkan kompensasi adalah pilihan terbaik untuk saat ini, karena jika hal itu terjadi kemungkinan besar mom and dad akan menendangku dari rumah mereka.

"Forgive me, please." Ketakutan, aku pun menunduk semakin dalam. Namun, Spencer tetap mengambil kamera yang masih tergantung di leherku.

Wait, wait! Spencer bukan tipe pria agresif seperti pria yang disukai Lea, kan? Jika dia memaksa, maka jarak kami berdua akan semakin dekat dan deru napasnya mungkin akan terasa di kulitku. Tidak! Ini tidak boleh terjadi.

Dengan gerakan cepat, aku melangkah mundur. Meskipun, hanya selangkah.

Tidak ada gunanya, kau seharusnya lari Emma.

"Forgive me, please. I'll give my camera, but don't report my mistake." Ada nada memohon di setiap kalimat yang kuucapkan, berharap Spencer akan memaafkanku.

Ia menaikkan sebelah alisnya. Andai saja aku tidak tertangkap, ingin rasanya mengambil foto saat Spencer memperlihatkan ekspresi seperti ini. Tanganku bergerak mengambil kamera, tetapi kembali lagi akal sehat mengingatkan agar tidak melakukan kesalahan lagi.

"I'll forgive you, but let me check all my pictures you took. Is that ok?"

Setelah mengembuskan napas, akhirnya kulepaskan kamera dan memberikannya pada Spencer. Ia tersenyum dan kehangatan menyelimuti seluruh lorong kampus. Kalian akan mengatakan bahwa ini sangat berlebihan. Namun, itu lah kenyataannya, senyuman Spencer mencairkan jantungku yang sekarang tidak terkontrol.

Spencer memperbaiki letak kacamatanya. Keseriusan dan ekspresi sedikit terkejut tergambar jelas setiap kali ia menekan tombol di kamera digital untuk melihat semua gambarnya yang telah kuambil tanpa persetujuannya.

Sepertinya ini tidak baik, Emma. Bersiaplah untuk mengajukan kompensasi jika Spencer berniat untuk menuntutmu.

Tubuhku bergetar, antara takut dan gugup karena berhadapan dengan Spencer. Lagi-lagi, hawa panas menyebar di seluruh tubuh dan sebentar lagi aku akan berkeringat karena Spencer.

"Aku tidak suka kau mengambil fotoku dengan cara seperti ini. Kau tahu, kan? Ini merupakan pelanggaran mengenai privacy seseorang."

God, i need Your help, right now. Keringat membanjiriku sekarang dan Spencer tanpa tersenyum mengembalikan kamera tersebut. Aku hanya bisa menganggukkan kepala, menyetujui apa yang dikatakannya.

"Aku harus pergi dan aku sudah menghapus foto-fotoku di kamera ini. Besok, kita bertemu di perpustakaan karena tidak mungkin untuk membiarkan seorang terdakwa berkeliaran."

Tanpa menunggu jawaban, Spencer pergi meninggalkanku dengan tergesa-gesa menuju perpustakaan. Sepertinya ia sangat sibuk hari ini, sigh, baiklah setidaknya aku masih bisa bernapas lega karena Spencer memaafkanku dan meminta untuk bertemu dengannya bosek di perpustakaan.

Wait! What?! Besok bertemu dengannya di perpustakaan. I ... ini kencan? Tidak, Spencer telah menghapus foto dirinya sendiri di kamera jadi kemungkinan besok ia akan memarahiku atau akan memerasku untuk menebus kesalahan.

Spencer tidak akan seperti itu. Dia adalah malaikat yang berhati mulia.

Aku harap begitu. Spencer, aku hanya ingin bilang bahwa gadis ini tanpa sadar telah mengagumi dan jatuh cinta padamu. Ini memang terlalu cepat, tetapi hanya si pemilik hati yang bisa memahami hatinya sendiri.

Cekrek.




Waktu nulis bilang i love u, Spencer kok rasanya malu ya? Macam aku bener2 aku bilang di hadapan Spencer, padahal Spencer mah kaga ada. 😍😍😍😍😘😘😘😘

Semoga menghibur. 😘😘😘😘

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top