Chapter 3
Dua puluh menit di kelas Mrs. Hannagan dan hingga saat ini aku masih tidak bisa berkonsentrasi sepenuhnya. Lea yang duduk di belakangku, terus-menerus berbisik mengenai seorang pria yang sekarang sedang berada di kelas kami.
"Aku dengar dia menukar jadwalnya karena bertabrakan dengan jadwal Mr. Hubert," bisik Lea, sambil melirik ke arah Spencer yang duduk di barisan kursiku.
Aku tidak menjawab-hanya terdiam, berharap Spencer tidak mengenaliku sebagai seseorang di balik kamera yang mengambil fotonya secara diam-diam.
"Dia adalah asisten Mr. Hubert." Lea masih berbisik sambil tertawa kecil.
Wajahku semakin memerah.
"Just shut up, Lea," bisikku, berusaha merendahkan suara agar tidak ada siapapun yang bisa mendengarnya. "Bisikanmu hanya mengganggu konsentrasiku."
Sungguh bukan karena bisikan Lea yang menggangguku, tetapi kehadiran Spencer di kelas kami dan kejadian kecil saat di perpustakaan benar-benar membuatku kehilangan fokus.
Aku yakin kami tidak memiliki kelas yang sama. Meskipun kenyataannya, hari ini kami sekelas.
Tidak mengutuk, tetapi tidak juga bersyukur. Entahlah, saat ini pikiranku sedang dalam keadaan kacau akibat perasaan yang bergemuruh mengenai Spencer. Aku bahkan tidak mampu mengendalikan emosi yang mungkin bisa kalian katakan sebagai kasmaran.
Seperti drama cinta para remaja saja.
"Shall I compare thee to a summer's day?" Lea kembali berbisik mengikuti puisi yang sedang dibaca Mrs. Hannagan.
Mengendikkan bahu-berusaha tak acuh dengan bisikan Lea yang terus-menerus membuatku malu. Setidaknya aku harus bisa bertahan hingga kelas ini berakhir.
Thou art more lovely and more temperate, batinku melanjutkan kalimat puisi tersebut.
Sambil menundukkan wajah, kucoba untuk melirik ke arah Spencer. Ya Tuhan, manusia memang memiliki sifat serakah, sekarang aku ingin melihatnya tanpa menggunakan kacamata dan mengabadikan momen tersebut di dalam sebuah foto.
Apakah kau melupakan sesuatu, Emma? Spencer telah menyadari bahwa seseorang telah memotret dirinya secara diam-diam.
Mengembuskan napas berat, aku menopang dagu dengan tangan kiri. Kembali teringat tentang apa yang kutemukan di foto terakhir Spencer dan di waktu yang bersamaan, harapan agar dia tidak menyadarinya selalu muncul.
Di foto terakhir setelah beberapa kali memperbesar resolusinya, aku menyadari bahwa kemungkinan besar Spencer telah melirik ke arah kamera-sedikit mengernyitkan kening-terkejut atau bingung, entahlah.
Dan hingga saat ini aku masih berusaha menyangkalnya.
"Miss Strumheller, bisa kau jelaskan mengenai makna dari puisi Shall I Compare Thee?"
"It's show time, Chaton," bisikan Lea membuatku tersadar kembali.
Melipat dahi, tidak mengerti dengan apa yang dimaksud Lea. Namun, Mrs. Hannagan menatapku dengan tajam. Kau tahu? Jika Mrs. Hannagan menatapmu, maka sesuatu yang buruk mungkin bisa saja terjadi.
"S-sorry, what?" gumamku, meminta penjelasan dari bisikan Lea.
"Miss Strumheller, apa Anda memerhatikan kelas saya?" Miss Hannagan memberikan penekanan pada setiap perkataannya. Aku menggigit bibir dan melirik ke arah Spencer.
Damn, hari ini benar-benar kacau dan aku tidak sepenuhnya mendengar apa yang dikatakan Mrs. Hannagan.
"Yes, sure." Ragu-ragu aku berdiri menoleh ke arah Lea.
Syukurlah, keberadaan Lea terkadang bisa membantu. Ia menggerakkan bibirnya-berbisik, menyuruhku untuk melakukan apa yang diinginkan Mrs. Hannagan.
Memperbaiki kacamata, pikiranku tak henti-hentinya memaki karena telah kehilangan fokus dan hal ini telah membuatku terlihat bodoh di mata Spencer.
"So... dalam puisi Shall I Compare Thee, William ingin menjelaskan bahwa keindahan bersifat fana dan bisa menjadi pudar seiring berjalannya waktu." Aku meneguk saliva sekadar untuk menyegarkan tenggorokan yang tiba-tiba terasa kering.
Tanpa disengaja tatapanku melihat sepasang mata cokelat yang tertuju pada gadis culun yang saat ini sedang dalam kebingungan.
Kalian bisa menebak dan itu benar sekali. Spencer melihat ke arahku, sebuah tindakan yang telah membuat suasana menjadi kikuk. Hawa panas menjulur keseluruh tubuh dan keringat membasahi keningku tanpa diperintah.
Seketika aku berkeringat karena tatapan Spencer.
Good job, Emma. You look like an Idiot.
"Miss Strumheller, are you ok?" Mrs. Hannagan terlihat khawatir menatapku.
"Sorry," ujarku. Menggelengkan kepala dengan gerakan kecil dan berusaha untuk kembali fokus.
Suara tawa Lea terdengar, walaupun sebenarnya ia berusaha menahannya. Sebentar lagi, Lea pasti akan menggodaku sepanjang hari karena mengetahui bahwa aku benar-benar salah tingkah.
Memalukan! Aku merasa seperti seorang pecundang kali ini dan Spencer sedang menyaksikan diriku.
"Yeah, Mrs. Hannagan, hal yang terpenting adalah William Shakespeare ingin memberitahu bahwa keindahan seorang wanita tidak dapat dibandingkan dengan apapun. Thank you."
Keputusan yang bijak saat kau tidak mampu berkata-kata adalah mengakhirinya dengan kalimat general and thank you.
Makian kembali terbesit saat aku duduk di kursi dengan perasaan frustrasi. Lea, mencolek bahuku sambil menahan tawa.
"You are so cute, Chaton," bisiknya, menepuk-nepuk bahuku, "ia tersenyum ke arahmu, setelah kau berhasil menjelaskan makna puisi William Shakespeare."
Memutar mata, aku paham sekali bahwa Lea sedang mengejekku dan jalan terbaik untuk mengatasi kondisi tersebut adalah mengabaikannya.
Cukup hanya hari ini saja untuk terlihat bodoh di hadapan sosok pria paling sempurna-Spencer. Next time, akan lebih baik jika memilih posisi yang tersembunyi dari sorotan mata siapapun di kelas ini. Sebuah keputusan yang bijak bukan?
Yeah, bersembunyi dan tidak menjadi sorotan adalah jalan terbaik untuk melindungi kalian dari tatapan mengejek orang-orang yang memandangmu dengan sebelah mata. Setidaknya itulah yang selalu kulakukan selama ini.
"Berhenti menggodaku, Lea. Kau tahu aku sudah terlihat seperti seorang idiot." Aku bersandar malas di kursi.
Namun, suara itu-suara Spencer kembali membuatku bersemangat dan memusatkan titik fokus hanya untuknya. Refleks, tangan ini turut mengambil kamera kemudian merekam video Spencer yang sedang menjelaskan makna puisi yang gagal aku jelaskan sebelumnya.
Sejenak aku melupakan Lea yang diam-diam sedang memerhatikan tindakanku yang sudah seperti seorang penguntit, begitu pula dengan Spencer yang telah menyadari adanya kamera tersembunyi saat di perpustakaan.
Aku benar-benar telah melupakannya.
Spancer kembali bersinar, gerakan tangannya, rasa percaya diri yang begitu kuat serta intonasi suara yang terdengar begitu indah membuatku tidak berkedip walau sedetik pun.
Mempesona.
Spencer menjelaskan makna puisi Shall I Compare Thee dengan sangat baik. Maksudku, dia melengkapi apa yang sebelumnya aku jelaskan pada Mrs. Hannagan.
Seorang pria yang ingin membandingkan keindahan dengan musim panas. Namun, musim panas tidak akan bertahan lama. Saat musim panas menghilang ia merasa gundah sehingga dia berpikir bahwa keindahan tidaklah abadi.
Kenyataannya, terkadang keindahan yang kita bayangkan bisa melebihi dari kata sempurna. Namun, kembali lagi tidak ada keindahan yang abadi. Kecuali suatu keindahan dari seorang wanita, di mana selama ia masih hidup maka keindahannya akan bersifat abadi.
Setidaknya itulah makna dari Shall I Compare Thee yang kupahami dari penjelasan Spencer dan buku yang aku baca.
Spencer kembali duduk di kursi setelah mengucapkan terima kasih dan sungguh, jawabannya telah membuat anak-anak di kelas Mrs. Hannagan terdiam.
Namun, tidak dengan jantungku. Debaran ini begitu menyakitkan dan pikiran untuk melihat kenyataan juga terasa begitu pahit mengingat bahwa ternyata kasta kami sangat jauh berbeda.
Jika kau mengetahui apa yang aku lakukan kuharap kau akan tetap diam dan biarkan aku mengamatimu cukup dari jarak jauh.
Spencer menoleh ke arahku dan tersenyum. Bodohnya, aku malah mengelak dengan segera membuang pandanganku.
Yeah, kalian benar. Apa yang kulakukan sungguh membuatku seperti seseorang yang tertangkap basah sedang menatap orang tersebut dalam waktu yang lama.
"Chaton, seriously?" bisik Lea.
"No, please."
Seketika ketegangan kembali menjalar ke seluruh tubuhku, saat secara sembunyi-sembunyi menoleh ke belakang tempat Lea berada.
Terima kasih buat yang mau mengikuti cerita ini. Jujur saja, aku yang nulis merasa makin cinta sama sosok Spencer. 😍😍😍😍😍
Belum di cek lagi karena batre mau abis.
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top