Chapter 7 - Kampung Halaman

"Apa 'bajaj' bayarnya pakai kartu kredit?"

Sfx : Krik krik krik krik

"Hah?!" kau hanya bisa menatap cengo pemuda tampan bersurai crimson yang berada dihadapanmu.

Oke, ini terlalu berlebihan.

Kau tau kalau Akashi Seijuro ini holang kaya banget.

Tapi gak gini juga kali!

Ini malah memberi kesan bodoh pada dirinya sendiri.

"K-kau baka atau aho sih?! Tentu saja bukan pakai kartu kredit!" ucapmu emosi "Argh!! aku sama sekali tidak mengerti dengan jalan pikiran holang kaya!" kau hanya bisa memegang kepalamu pusing.

"O-oh. Jadi tidak pakai kartu kredit." sahut Akashi dengan wajah sok cool.

Sebenarnya ia ingin sekali melarikan diri ke meikarta karena sudah mempermalukan dirinya sendiri.

Mau dibawa kemana nanti keabsolutan yang selalu ia bangga-banggakan?

"HAHAHAHA, GBLK BANGET! HAHAHA!!" Oreshi ketawa ngakak akan kebodohan Bokushi.

"URUSAI! AHORESHI! KU HAJAR KAU!" ucap Bokushi kesal sekaligus malu.

"Hey!"

Sebuah tepukan pelan menyadarkan lamunannya. Dengan wajah tidak elit karena habis diejek Oreshi, Akashi menatap dirimu.

"Apa?!" ucap Akashi ngegas.

"Gak usah ngegas dong! Ayo kita naik sekarang, kau ini daritadi melamun terus sih."

"Kita jadi naik kendaraan bernama 'bajaj' itu?" tanya Akashi kayak orang norak.

"Iya Akashi Seijuro." sahutmu tersenyum dengan sabar.

"Tapi aku belum menukar uangku dengan rupiah. Dan isi dompetku kartu kredit semua." Akashi menunjukkan dompet tebalnya yang berisi kartu kredit semua.

Tanganmu sudah gregetan mau gampar wajah tampan Akashi "Gampar gak ya? gampar gak ya? gampar gak ya?"

"Janganlah. Nanti wajah tampanku tersakiti." Akashi melindungi wajah tampannya dengan tangan besar.

"Sumpah! Narsis banget woy!"

Kau pun mencoba untuk tenang. Mengambil nafas, lalu membuangnya. Bersama dengan Akashi Bokushi bawaan naik darah mulu.

"Ya sudah. Kalau begitu pakai duitku saja bayarnya. Tapi nanti kau harus menggantinya."

"Seorang Akashi Seijuro mana mungkin berhutang kepada rakyat jel--"

"BAWEL! GAK USAH BANYAK NGOMONG, DASAR HOLANG KAYA!" Kau menyeret Akashi dengan kesal.

.

"GESER DIKIT DONG! SEMPIT TAU!"

"APANYA YANG SEMPIT?! KAUNYA SAJA YANG BADANNYA KEGEDEEAN!"

"AKU INI LAKI-LAKI! WAJAR SAJA KALAU BADANKU BESAR!"

"KALAU KAU LAKI-LAKI, NGALAH DONG SAMA PEREMPUAN!"

"AKU INI ABSOLUTE! UNTUK APA AKU MENGALAH SAMA PEREMPUAN. GESER GAK!"

"ARGH!"

Terjadi aksi dorong-mendorong antara dirimu dan Akashi. Tidak ada satu pun yang ingin mengalah. Sampe si abang tukang bajaj aja geleng pala akan aksi kekanak-kanakan kalian berdua. Berasa kayak dapet penumpang anak TK berbadan besar.

Bahkan Oreshi yang memperhatikan Bokushi dari awal sampai akhir ikutan geleng pala juga kayak si abang tukang bajaj.

Beruntunglah kalian berdua menggunakan bahasa Jepang. Jadi si abang tukang bajaj gak ngerti apa yang kalian bicarakan.

"Neng, abis ini kemana lagi?" tanya si abang tukang bajaj.

"Oh, lurus dikit abis itu belok kanan-- itte! kenapa kau mencubit pipiku?!" kau meringis kesakitan saat Akashi mencubit pipi chubbymu.

"Geser atau kucubit kau!" ancam Akashi seperti anak kecil.

"Gak mau!"

"Dasar anak muda jaman now." si abang tukang bajaj geleng pala lagi.

Setelah melalui perjalanan lumayan lama, akhirnya kalian berdua sudah sampai tempat tujuan.

Kau dan Akashi keluar dari bajaj. Mengambil koper masing-masing yang tadi diikat di atas bajaj.

Saat tanganmu ingin memberikan uang kepada si abang tukang bajaj, Akashi segera menghentikanmu dan memberikan si abang tukang bajaj kartu kredit berwarna emas.

Akashi melakukan itu karena tidak mau berhutang kepadamu. Harga dirinya terlalu tinggi, sampai-sampai ia gengsi ngutang sama bawahan sendiri.

Si abang tukang bajaj bukannya seneng dapet kartu kredit emas sambil jingkrak-jingkrak, wajah malah masam dan bibir dimajukan.

"Ihh, mas gimana sih. Saya butuh duit kertas, bukan kartu kredit. Mas gak peka deh." si abang tukang bajaj cemberut.

"Lah, si abang aneh banget sih. Ini kartu kredit emas lho. EMAS." Akashi menunjuk-nunjuk kartu kreditnya.

"Mas, saya punya istri sama 5 anak. Beli makanan tuh pake duit kertas, bukan kartu kredit. Saya butuhnya duit kertas."

Akashi cuman bisa mengeluarkan ekspresi 'you don't say' sama si abang tukang bajaj ini.

Padahal pake kartu kredit juga bisa beli makanan. Banyak lagi.

Ya... walaupun harus ke Jepang dulu karena kartu kreditnya hanya berlaku di Jepang.

Yare-yare.

"Sudah, biar aku saja yang bayar." ucapmu mencairkan situasi sambil memberikan duit ke si abang tukang bajaj.

"Nah gitu dong," si abang tukang bajaj seneng "Neng, lain kali kasih tau pacarnya. Kesian pacarnya jadi keliatan kayak orang bodoh."

"DIA BUKAN PACAR SAYA!"

"Siapa yang kau bilang bodoh?" tatap Akashi tajam setajam silet.

"Hii... Serem. Udah ah, cari penumpang lain aja." si abang tukang bajaj bergidik ketakutan dan melarikan diri mencari penumpang.

Suasana jadi hening setelah si abang tukang bajaj sudah tidak ada. Kata-kata si abang tukang bajaj bikin wajahmu jadi merah.

Akashi yang orangnya peka banget menyadari apa yang kau pikirkan.

"Buang pikiranmu jauh-jauh. Kita gak mungkin pacaran. Gak level banget aku sama kamu." ucap Akashi menusuk sekali di kokoro.

Jleb

Sakit, vroo. Berasa kayak ditolak secara tidak langsung, padahal nembak juga belom.

"Iya, aku sadar dengan posisiku kok :')"

"Bagus. Memang seharusnya kau seperti itu," Akashi melipat kedua tangannya dengan wajah sombong.

"Ha'i, Akashi-sama."

"Sadarilah posisimu."

"Aku sudah bilang tadi, Akashi-sama :')"

"Oiy," panggil Oreshi.

"Apaan?"

"Katanya mau bahagiain [Name]. Ternyata hanya wacana saja." Oreshi lagi-lagi cuman bisa geleng pala.

"Hah? dia tidak bahagia sama sekali?" Bokushi memasang wajah bingung.

"Jelaslah, baka! Lihat raut wajahnya! kata-katamu tajam sekali."

"Masa sih? padahal yang ku maksud sebaliknya." Bokushi membuang muka. Oreshi dapat melihat wajah Bokushi sedikit merah.

Tanpa sadar, Oreshi malah menggoda Bokushi "Cie~ Tsundere~"

"U-urusai!" Bokushi ingin mengutuk dirinya sendiri. Sejak kapan dia yang terkenal absolute menjadi gugup seperti saat ini?

"Kau terlalu lama bersama dengan Midorima."

"Diam kau!"

"[Name], dimana rumahmu?" tanya Akashi membuang wajahnya dan tidak menatapmu setelah tadi digoda oleh Oreshi.

"Dikit lagi, kok. Ayo kita ke rumahku sekarang." Ajakmu sambil memegang tangan Akashi.

Akashi yang saat ini sedang sensitif dengan cepat melempaskan tanganmu "JANGAN PEGANG TANGANKU!" ujarnya dengan wajah merah seperti rambutnya.

"O-oh, ba-baiklah."

'Perasaan tadi biasa aja deh.' batinmu bingung.

"Tunggu apa lagi? Ayo kita ke rumahmu sekarang." ujar Akashi berjalan duluan.

"Eh? Ah, iya."

'Kenapa jadi dia yang mengarahkanku? memangnya dia tau rumahku dimana?' batinmu sedikit sweatdrop.

"[Name]." panggil Akashi tiba-tiba.

"Ya?"

"Rumahmu pasti yang itu." jari ganteng(?) Akashi menunjuk sebuah rumah. Ia sangat percaya diri. Terlihat jelas sekali dari senyumannya dan ia yakin tebakannya benar.

"Salah~ Itu rumah tetanggaku. Rumahku yang disebelahnya." sahutmu sambil tersenyum.

"Apa?"

"Iya, kau salah. Salah." ucapmu memberikan penekanan.

Akashi terdiam triliun bahasa. Tidak menyangka tebakannya menjadi salah.

'Aku? Akashi Seijuro yang terkenal Absolute, salah? SALAH?!'

"Aku memang sudah tau rumahmu disitu. Tadi aku sengaja salahin." sahut Akashi dengan wajah jaim.

"Sesenang kau sajalah."

Akhirnya, kalian berdua berjalan bersama ke rumahmu.

Kau mengetuk pintu. Belum saja kau membuka suara, pintu terbuka dengan cepat dan seseorang langsung memelukmu.

"[NAME]!"

"E-emak?!"

Suzuku~

Hai minna~ ada yang masih ingat dengan fanfic ini? kayaknya udah pada lupa semua :'v

Ya iyalah, ini update lama bat. Udah dari kapan tau dah. Rasanya mau lempar meja aja :'v

Karena yang bikin cerita udah lama gak update dan rasanya gregetan mau di gebukin aja, Ayy akan memberikan pemanis kepada kalian semua ;)

Hati-hati diabetes

Yang gak kuat, silahkan lambaikan tangan ke kamera 👋

Sekian, terimakasih.

REVISI : 9 April 2018

Gomen gambarnya ilang setelah di revisi hiksu :')

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top