Chapter 6 - Minta cuti
Rasa rindu muncul dalam hatimu, sudah 3 bulan kau tidak bertemu dengan kedua orangtuamu. Cuman bisa ngirim uang, sama vidio call bareng ortu.
Kangen? So pasti.
Karena itulah kau ingin minta cuti, tetapi hati galau. Takut gak diboleh sama atas. Mengingat Akashi bermanik heterochromia yang sudah seperti raja iblis. Berbeda dengan Akashi bermanik ruby yang baik hati dan tidak sombong + selalu tersenyum ala ikemen.
Melihat wajahmu yang sedang galau, pemuda bersurai kuning kepo. Dirimu sudah seperti anak SMA yang galau karna cinta, padahal sebenarnya bukan.
Disapalah dirimu oleh Kise Ryota "[name]cchi kenapa –ssu?"
Kau membuang nafas. Tidak menjawab sama sekali.
"Jangan-jangan [name]cchi lagi mikirin cinta ya? [name]cchi kan solo player –ssu," selidik Kise menyipitkan mata.
"Gak lah. Aku lagi mikirin ortu," bantahmu menjelaskan yang sebenarnya. Ditambah Kise pake ledek dirimu 'solo player' lagi. Kenyataan sih.
"Oh. Ortu [name]cchi kenapa –ssu?"
"Gak kenapa-napa. Kangen doang, udah lama gak liat,"
"Terus kenapa galau gitu –ssu?" tanya Kise yang sudah seperti seorang wartawan.
"Lagi mikir, kira-kira Sei-kun memberikan aku cuti atau tidak," lalu kau menatap Kise "Menurutmu gimana?"
Kise memejamkan mata, diam sebentar. Lalu tersenyum ala ikemen.
"Aku tidak punya ide –ssu."
"Auah gelap," sweatdrop. Kise memang tidak bisa diharapkan.
"Tapi sekarang terang –ssu," ucap Kise polos.
"Bodo ah, bodo," kau meninggalkan Kise dengan perasaan kesal.
Tak lama kemudian, seorang karyawan mengatakan dirimu kalau kau dipanggil oleh Akashi.
'Mau apa si mata beda warna itu?' yang kau maksud Akashi Bokushi.
"Bilang aja [name]cchi. Mumpung dipanggil –ssu," saran Kise tumben bener.
"Iya, iya. Aku tahu," kau pun berjalan menuju ruangan Akashi.
Sepanjang perjalanan, kau memikirkan tentang cutimu 'Kangen ortu, mau ketemu.'
Sesampai ditempat tujuan, kau memasuki ruangan tersebut. Tidak mengerti kenapa tiba-tiba Akashi memanggilmu. Atau jangan-jangan dia ingin mengerjaimu lagi?
"[name]. Apa ada sesuatu yang menganggu pikiranmu?" tanya Akashi dengan raut wajah datar, namun membuatmu kaget mendengarnya.
"Hah? Tunggu, apa yang anda katakan?" apa kau tidak salah dengar? Sejak kapan pemuda bermanik heterochromia memberikan kesan peduli kepada dirimu?
"Aku tidak ingin mengulangi perkataanku. Jawab sekarang."
Kau berpikir sebentar. Apa benar kau tidak salah dengar? Ya, tidak ada salahnya juga sih percaya sama Akashi yang satunya lagi. Walaupun menurutmu ngeselin, tetapi Akashi tetaplah Akashi "Akashi-sama. Bolehkah saya minta cuti?"
Hening.
Akashi diam. Midorima pun juga tidak mengeluarkan suara sama sekali sejak kau datang. Takut salah ngomong. Soalnya kalau bareng Akashi, selalu salah apa yang dikatakannya.
Akashi bukannya tidak ingin menjawab pertanyaanmu, melainkan sedang berdebat dengan Oreshi.
"Woy, Oreshi. Izinin gak?!" tanya Bokushi gak nyelo.
"Kenapa kau menjadi orang bingung seperti itu? Izinin aja lah," Oreshi melipat kedua tanganya dengan santai.
Merasa Akashi terlalu lama menjawab pertanyaanmu, kau membungkuk dihadapan Akashi "Saya mohon."
Akashi semakin diam. Kembali bertanya kepada Oreshi "Gimana nih?!"
"Berikan saja dia cuti. [name] pasti merindukan kedua orangtuanya."
Sudah mendapatkan saran baik dari Oreshi. Akashi membuka suaranya "Baiklah. Aku mengizinkanmu,"
Kau kembali berdiri tegak, wajah menjadi berseri-seri.
"Tapi."
"Tapi?"
"Aku juga ikut kau ke Indonesia."
Kau diam sebentar, lalu cengo dengan tidak elitnya. Midorima juga sama, bagaiman dengan nasibnya kedepan?
"Akashi-sama, bukankah anda masih memiliki pekerjaan dan rapat-rapat penting –nanodayo?"
"Tentu saja kau yang menggantikanku Shintaro," jawab Akashi enteng. Tidak bertanggung jawab sekali.
'Kejam sekali –nanodayo!!'
"Akashi-sam—"
"Panggil Seijuro saja," potong Akashi cepat.
"Emm... Sei-kun. Kau yakin ingin ke Indonesia bersamaku? Rumahku itu kecil banget! Masih besar kamar mandimu daripada rumahku." jelasmu akan keadaan rumahmu. Keluargamu tidak kaya, tidak miskin. Bisa dibilang biasa saja. Tetapi dibanding dengan Akashi, tentu saja bagaikan langit dan bumi.
"Tidak masalah. Ini keputusan mutlak," lagipula Akashi sudah bosan. Sesekali ke Indonesia untuk menghilangkan rasa penat. Ia belum pernah ke Indonesia, meskipun sudah menguasai bahasanya.
"Baiklah... Tapi jangan salahkan aku kalau kau merasa tidak nyaman," ucapmu sedikit ragu.
"Kau tidak perlu khawatir, [name]," ucap Akashi tenang.
"Kau yakin ingin ke Indonesia bersama [name]?" bahkan Oreshi juga ragu dengan dirinya yang lain.
"Ya. Dan itu mutlak." Jawab Bokushi mantap.
"Aku tidak yakin. Kau kan orangnya pemilih."
"Urusai! Pokoknya pas aku bareng gadis itu, kau jangan merebut posisiku seenaknya saja!"
"Oh. Tentu saja tidak~ Kau lupa dengan perjanjian kita? Kau hanya boleh dikantor saja. Mengingat banyak wanita yang terus menggodaku. Kau ahlinya membuat mereka takut." ucap Oreshi mengingatkan perjanjian mereka berdua. Itulah alasan mengapa mereka berdua sering bertukar tempat.
"Tidak adil sekali kau. Sekali-kali aku bersama dengan [name]."
"Mulai tertarik, heh?" goda Oreshi.
"Y-ya. Sedikit doang tapi!" Bokushi tidak bisa munafik lagi sekarang.
Sedangkan kau melihat perubah raut wajah Akashi kadang marah sendiri, kadang kesal sendiri, jadi bingung.
'Lah, dia kenapa?'
Kalau Midorima masih tidak terima dirinya diberikan tugas berat dadakan sama atasannya. Batinnya berteriak-teriak memberikan sumpah serapan kepada Akashi.
.
Akashi menunggumu yang sedang mengemasi barang untuk pulang kampung. Selesai berkemas, terlebih dahulu kau memperhatikan manik Akashi.
'Kenapa bukan Sei-kun yang baik hati dan tidak sombong itu?' kecewa.
Akashi risih diliatin mulu "Apa? Kau lebih senang dengan diriku yang lainnya daripada aku yang sekarang?!" sewot Akashi, tentu saja ia sudah tahu apa yang ada dalam pikiranmu.
"Iyalah. Dirimu yang lain lebih baik daripada kau yang sekarang," ucapmu jujur pake banget.
Hatipun menjadi sedih. Padahal niatnya mau baik lho.
"Lol, [name] lebih senang bersamaku daripada kau," ledek Oreshi sambil menjulurkan lidah.
(Karma : Heh~ Kakakku mewarisi sifatku.)
"Berisik! Lagipula kau juga diriku. Kita sama, bodoh!"
"Ya, ya. Terserah kau saja. Aku akan melihat perjuanganmu membuat [name] senang."
"Lihat saja nanti. Aku akan membuat gadis itu lebih bahagia daripada bersama denganmu."
"Silahkan. Kau juga diriku. Untuk apa aku cemburu dengan diriku yang lain."
"Sei-kun!"
Akashi sedikit tersentak kaget begitu dirimu menyadarkan dirinya dari lamunan berdebat sama Oreshi.
"Kok diam saja? Ayok kita berangkat sekarang."
"Oh, iya. Kita berangkat sekarang."
.
Bandara Soekarno-Hatta, Indonesia
Kau dan Akashi sudah tiba di Indonesia dengan menggunakan pesawat pribadi milik Akashi. Jelas Akashi orang kaya. Dompetnya saja tebal. Isinya bukan uang kertas lagi, melainkan kartu kredit.
"Jadi ini indonesia..." gumam Akashi baru pertama kali di Indonesia.
Baru berada di Indonesia, Akashi langsung menjadi pusat perhatian. Disangka artis korea tiba di Indonesia.
"Hey, kenapa para rakyat jelata itu terus memperhatikanku?" tanya Akashi yang tentunya memakai bahasa Jepang.
"Mungkin karena rambutmu yang mencolok," jawabmu gak peka. Padahal mereka memperhatikan Akashi karena terpesona dengan ketampanannya.
"Cih, mereka naksir aku," Akashi baru mengetahui pemikiran para perempuan yang melihat dirinya berbunga-bunga. Pemandangan yang sering ia lihat saat wanita alay berada di kantornya
"Pede banget," sahutmu sedikit sweatdrop.
"Kenyataan."
Karna terus diliatin sama cewek-cewek yang ada di bandara, Akashi memberikan tatapan dingin kepada mereka. Bukannya takut, mereka malah makin terpesona dengan Akashi.
'SO BADASS!'
"Mereka tidak takut sama sekali denganku," Akashi mengernyit kesal.
"Di Indonesia mah, orang ganteng bebas," kau menggeleng-gelengkan kepala dengan sedikit tertawa.
Lalu kau mengajak Akashi keluar untuk menghindari para perempuan yang berfangirlingan sama Akashi. Kebetulan saat kalian keluar, ada bajaj biru numpang lewat.
(Ayy : Anggap saja ada bajaj di bandara. Ngaco banget ya :v)
"Sei-kun, kita naik bajaj aja ya. Biar lebih hemat," saranmu.
Akashi terdiam. Kendaraan bernama 'bajaj' sangat asing ditelinganya. Belum pernah ia melihat bajaj di Jepang.
"[name]."
"Ya?"
"Apa 'bajaj' bayarnya pakai kartu kredit?"
Suzuku~
Holang kaya mah bebas vroo
REVISI : 23 Februari 2018
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top