Chapter 10 - Malu
Di chapter sebelumnya, terjadi sebuah kesalahan pahaman antara dirimu, babeh, dan Akashi.
Kau terdiam, Akashi terdiam, babeh terdiam, bahkan Authornya pun ikut terdiam.
Dengan wajah sok cool, padahal dalam hati rasanya ingin mati saja, Akashi berdiri tegak seperti orang siap-siap mau upacara dari posisi sebelumnya yang awkward.
Otak ingin menjelaskan, namun hati malu sekali rasanya.
Masih dengan wajah sok cool, Akashi menghampiri babeh yang ada di pintu kamar.
"Jadi begini paman, sebenarnya tadi itu... Ekhem. Ada kecoa... Jadi saya refleks loncat dan... Tidak sengaja menyenggol [Name]. Lalu... Saat saya membantu [Name] agar tidak jatuh, kami berdua sama-sama... Ekhem, jatuh dari kasur," Jelas Akashi menahan rasa gugupnya.
Babeh menyipitkan matanya, menyelidiki kalian berdua. Ntah kenapa rasanya bohong nya itu kebangetan. Namun, karna Akashi ganteng, babeh percaya-percaya aja.
"Apa benar, [Name]?"
Kau yang awalnya tidak habis pikir dengan kebohongan licik seorang Akashi Seijuro hanya bisa mengangguk saja.
"[Name], lain kali sapu lantai yang bersih. Masa sampe ada kecoa segala, emang mau nak Seijuro brewokan?"
'Astaga, napa jadi salah gw lagi sih?!Ini lagi pake bilang Akashi brewokan segala, suami juga bukan!' batinmu kesal, sedangkan Akashi tidak mengerti apa yang babeh maksud dia menjadi brewokan.
"Kau ini ceroboh sekali seperti biasa," Babeh geleng pala, kemudian menatap Akashi "Nak Seijuro, babeh mau bicara dua mata di teras."
Babeh pun berjalan meninggalkan ruang kamar tamu.
Kau dan Akashi langsung bertatap mata.
"Hei, maksud paman aku brewokan itu apa?" Tanya Akashi.
Wajahmu seketika menjadi merah, kau dengan cepat langsung mendorong Akashi keluar dari kamar "Arghh! Abaikan saja perkataan babeh tadi! Ke teras sana!" Secara tidak langsung, kau sudah mengusir seorang Akashi Seijuro (yang katanya dirinya sendiri) Absolute.
Masih dengan wajah merah, kau membanting pintu dengan sangat keras, lalu menyembunyikan wajahmu dengan telapak tangan.
'Sei-kun no baka!'
Akashi yang kini di depan pintu sebenarnya rada kesal. Namun, karena dia peka kenapa kau seperti itu, Akashi tersenyum kecil.
.
Akashi melihat babeh yang sudah di teras, menunggu dirinya sambil duduk dan meminum secangkir kopi.
Ia merasa tidak enak sudah berbohong sama babeh. Di sisi lain, ia juga tidak mau di usir. Mau dibawa kemana harga dirinya sebagai seorang Akashi?
Lebih baik berbohong daripada harga dirinya hilang. Sungguh pikiran yang lucknut sekali.
"Ho, nak Seijuro kenapa diam saja? Sini duduk sambil minum kopi," Ajak babeh yang menyadari kehadiran Akashi.
Akashi pun duduk di sebelah babeh.
"Nak Seijuro, pertama-tama babeh mau bilang terimakasih banyak karna sudah menemani [Name] ke Indonesia. Emang tuh anak ngeselin, tapi sejak kerja di Jepang jadi kangen babeh sama tuh anak," Babeh tertawa garing.
"Tidak masalah kok paman, sudah kewajiban saya menemani babu-- maksud saya temen perempuan saya. Dia pasti kesepian klo tidak ada saya," Akashi tersenyum kecil. Sedangkan kau yang sedang di kamar bersin-bersin gaje.
Babeh tertawa lagi, kemudian ia mengambil secangkir kopi hangat untuk di minum, lalu di letakan kembali ke piring kecil yang ada di atas meja.
"Babeh tau kok kalo nak Seijuro bukan pacarnya [Name]."
"Paman tau dari mana?"
"Soalnya tuh anak gak pekanya kebangetan, banyak yang naksir tapi gk nyadar sama sekali," Babeh hanya bisa menggelengkan kepalanya.
Akashi tidak terkejut sama sekali, ia memang sudah tau kalau dirimu banyak yang suka.
"Meskipun nak Seijuro bukan pacarnya [Name], babeh berharap [Name] nikah nya sama nak Seijuro."
Seketika Akashi blushing 'Padahal pacaran juga belom, tapi dah di restuin buat nikah' batin Akashi.
"Kenapa paman ingin saya menikah dengan [Name]? Saya tidak sempurna sama sekali," Sesungguhnya, ini hanya pencitraan semata.
"Babeh tidak mau mencari yang sempurna, karna kesempurnaan hanya milik tuhan saja."
'Iya juga, sih' batin Akashi sweatdrop dengan dirinya sendiri yang selalu mengaku dirinya sempurna.
"Nak Seijuro, tolong jaga [Name] baik-baik. Babeh yakin nak Seijuro bisa."
Akashi sebenarnya tidak suka di perintah oleh orang. Namun, jika yang memberi perintah itu orangtuanya dan orang yang lebih tua, Akashi akan menurutinya.
"Baik paman, saya akan menjaga [Name]."
Babeh tersenyum mendengarnya "Oh, iya Nak Seijuro. Di minum kopinya, nanti jadi dingin," tawar babeh.
Akashi lupa minum kopi karna terlalu serius berbicara dengan babeh. Ia pun meminum kopi bersama dengan babeh.
.
Pagi hari telah tiba. Kau seperti biasa selalu melakukan kegiatan lari pagi. Namun, hari ini kau tidak sendirian. Ada seseorang yang (maksa) ikut bersama denganmu.
Awal mula, kau sedang siap-siap ingin lari pagi. Lalu, Akashi yang keluar dari kamar melihat dirimu.
"Oh, kau ingin lari pagi? Aku ikut dengan mu," Tanpa menunggu jawaban mu, Akashi memutuskan ikut bersama denganmu.
Kau sweatdrop "Aku ingin lari sendiri."
"Tidak bisa. Kau harus denganku, mulai sekarang kau harus bersamaku," Setelah itu, Akashi masuk ke dalam kamar untuk bersiap-siap lari pagi bersama denganmu.
Kau hanya bisa menghela nafas saja.
Dan sekarang ini, kau bersama dengan Akashi di sebuah tempat untuk olahraga pagi.
Kau melihat sekitar. Dari mulai anak kecil sampai emak-emak yang sedang senam memandang satu sosok berwarna merah.
Kau sudah tau akan menjadi seperti ini. Itulah sebabnya, kau ingin sendirian.
Akashi dengan wajah yang selalu cool berlari santai di sampingmu.
Namun, kau merasakan Akashi berbeda dari biasanya. Ia sangat pendiam. Sejak dari rumah sampai sekarang, Akashi hanya diam saja. Benar-benar aneh.
"Kau kenapa, Sei-kun?"
Akashi yang sedang melamun sedikit terkejut ketika kau membuka suara. Sebenarnya dia lagi gelud sama Oreshi karena memikirkan perkataan babeh kepada dirinya.
"Aku tidak apa-apa," Jawab Akashi berusaha untuk tidak terlihat malu di depanmu.
"Benarkah? Kau diam saja daritadi. Biasanya kau selalu memberi perintah kepadaku yang aneh-aneh."
"Memangnya kau ingin ku perintah?"
"Gak juga, sih," Kau menyesal sudah mengkhawatirkan si pala merah itu.
Kalian pun terdiam lagi.
Kau berusaha untuk mencari topik. Rasanya bosan jika lari bersama tapi hanya diam saja seperti sedang bermusuhan. Kau pun teringat saat Akashi di panggil oleh babeh.
"Oh, iya. Semalam babeh bilang apa saja dengan mu?"
Akashi yang mendengar pertanyaan itu dengan tidak elitnya tersandung batu dan membuat wajahnya berciuman dengan tanah.
"SEI-KUN!" Kau langsung terkejut melihat Akashi dengan posisi yang sama.
Sakit nya, sih tidak seberapa. Tapi malu nya itu, lho.
"Daijoubu?" Kau membantu Akashi agar bisa duduk, lalu membersihkan wajah tampan Akashi yang sedikit kotor karena tanah dengan menggunakan tisu.
Akashi terdiam dengan wajah yang sangat merah.
'Malaikat...' batin Akashi terpesona dengan dirimu.
"Bokushi, kau ini memalukan sekali. Sudah jatuh di tempat umum, di tolong cewe lagi," Ucap Oreshi dalam pikiran Akashi.
"Hey, kau pikir gara-gara siapa aku jadi tidak fokus berlari," Perempatan siku-siku muncul di dahi Akashi.
"Aku tadi hanya menyuruhmu menyatakan cinta kepada [Name]. Gitu doang langsung kesandung."
"Itu yang bikin gw gk fokus, njir! Lu jadi diri gw sendiri ngeselin amet, gelud koy!"
"Sei-kun!"
Akashi kembali ke dunia aslinya. Menatap dirimu yang khawatir dengannya.
"Kau ini sebenarnya kenapa, sih?! Kau daritadi diam saja membuatku jadi khawatir tau!"
"[Name]..."
Tiba-tiba saja Akashi memegang kedua tanganmu. Kau terkejut dengan wajah yang sangat merah.
"A-ada apa Sei-kun?" Tanya mu gugup.
Dengan wajah serius dan suara lantang, Akashi mengeluarkan suaranya.
"Menikahlah denganku!"
Tbc
Hai semuanya, udah lama banget Ayy gk lanjutin cerita. Ayy mohon maaf sebesar-besarnya karena Ayy punya urusan dunia nyata(?)
Terimakasih untuk pembaca yang masih setia menunggu cerita Ayy, jangan lupa vote ya. Sampai berjumpa di chapter selanjutnya ^^
>> 20 Maret 2020
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top