Epilog
Dear Jungkook.
Kau pasti terkejut saat menemukan surat ini.
Haha ... ya, ya, aku tahu. Kau pasti juga memaki secara bersamaan. Mianhe.
Aku memang sengaja menghilang, tapi jangan khawatir aku tidak sedang selingkuh.
Tahu 'kan bahwa yang kusuka hanya Jeon Jungkook?
Baiklah, kupikir kau sudah tahu alasan mengapa aku menghilang secara tiba-tiba.
Yep! Karena aku menpersiapkan kado untuk perayaan hari keseratus kita.
Gah ... seharusnya aku tidak jatuh cinta sedalam ini padamu. Kau tahu? Melewatkan hari-hari tanpamu sungguh membuatku gila dan ....
... musim panas di sini sangat menyengat. Aku bahkan hampir tersesat, tapi bersyukurlah karena pacarmu ini cerdas, hingga terbantu dengan aplikasi google map.
Oh, kau pasti bertanya-tanya apa yang terjadi dan kenapa aku harus menggunakan google map?
Haha ... inilah kejutannya.
Aku
Sedang
Ada
Di
OSAKA.
Kau terkejut, 'kan?
Baiklah, sekarang jalankan perintahnya. Susul aku secepat mungkin, sebelum lelaki jepang yang super tampan di sini menggodaku dan aku tergoda.
Selamat mencari ....
***
Aku tersenyum—seorang diri—saat teringat apa yang kutulis lima hari lalu sebelum pergi ke Osaka. Hari ini adalah hari keseratus aku dan Jungkook bersama—menjadi sepasang kekasih jarak jauh yang harus menahan rindu, hingga hanya bermodal skype.
Percayalah selama menjalani long distance relationship, aku sudah merasa seperti keranjingan gadget. Bahkan eomma sempat menyita ponsel serta laptopku karena mengira yang kukerjakan hanyalah fangirling. Namun, beruntung hal tersebut tidak berlangsung lama—hanya dua hari—Hyun Ah membujuk eomma, mengatakan bahwa yang kulakukan adalah menjaga komunikasi dengan keluarga Jeon, sekaligus membocorkan rahasia bahwa kami sedang berkencan.
Pada saat itu aku tidak tahu apakah harus bersyukur atau tidak, karena eomma langsung memukul kepalaku dan meminta agar aku belajar dengan benar terlebih dahulu. Akan tetapi, di waktu bersamaan kupikir keluargaku setuju jika aku berpacaran dengan Jungkook.
Salah satu contohnya seperti hari ini ....
... aku bisa berdiri tegak di tanah Osaka, di depan apartemen mewah yang membuat leher semua orang akan sakit jika berusaha melihat puncak gedungnya.
Nde. Aku menunggu Jungkook di depan gedung apartemennya. Kejutan yang berjalan apik hingga saat ini, berkat bantuan Hyun Ah, Seok Jin, dan Hoseok. Oh, tidak lupa juga—orangtuaku—mereka memilih destinasi liburan musim panas ke Jepang, sehingga aku berkesempatan untuk mengunjungi Jungkook.
Yang mana kupikir, keputusan tersebut hanyalah alibi karena keluarga kami memang tidak pernah berlibur hingga ke luar negeri.
Jadi benar 'kan kalau sebenarnya keluargaku merestui hubungan kami. Terlebih aku juga tidak menyangka akan mendapat respon positif dari keluarga Jeon. Bahkan Hoseok rela menjemputku dari hotel dengan alasan agar aku tidak tersesat. Padahal andai saja lelaki itu tahu, aku ingin bersikap dramatis seperti pada drama.
Bersusah-susah dahulu, bersenang-senang kemudian karena akhirnya bisa menemukan Jungkook di tempat yang sekali pun belum pernah kuinjak.
Oh anyway, lupakan tentang bagaimana respon keluarga dan bagaimana mudahnya aku sampai tempat ini karena sekarang ....
... aku sudah menunggu Jungkook selama satu jam.
Dan itu cukup menyebalkan. Di tengah teriknya matahari, di saat seharusnya kau bisa menikmati es krim, tetapi kau harus berdiri demi menunggu seseorang. Apa Jungkook menganggap kedatanganku ini hanya sekadar bercanda, huh?! Jika iya, kupikir aku harus mengikatnya di tiang kemudian memanggangnya di bawah sinar matahari.
Seriously, Jungkook benar-benar tidak punya hati jika dia membiarkanku lebih lama lagi.
Oke, Sa Na kau harus lebih sabar demi kejutan yang menyenangkan ini. Bukankah kau juga sangat rindu Jungkook? Batinku mulai membeo, mengatakan berbagai macam hal bijak hingga yang kulakukan hanya bisa mengambil napas panjang berulang kali.
Selang beberapa menit, ponselku berbunyi. Nama Jungkook tertera di sana dan baiklah akan kuangkat setelah perasaanku benar-benar tenang.
Aku gugup. Yang benar saja! Kami bahkan belum bertemu.
"Halo, Jungkook. Kau—"
"Aku melihatmu."
"Huh? Kau di mana? Kau sudah pulang ke Seoul?"
"Berhenti berbohong. Kukira kau juga sedang bercanda, tapi ternyata ... aku melihatmu."
Aku tertawa kaku. "Kau mungkin salah orang. Aku bahkan tidak—"
Dan ucapanku terputus saat pelukan hangan terasa dari balik punggungku, serta embusan napas menerpa telingaku.
"Kau membuatku khawatir, Sa Na." Itu suara Jungkook dan dia membenamkan kepalanya di bahuku. "Seharusnya kau bilang dan aku akan menjemputmu di bandara. Bagaimana jika ada mafia yang menculikmu?"
Tersenyum geli, aku segera mengusap kepala Jungkook. Dia imut sekali, tapi aku khawatir jika ini jebakan. Maksudku, beberapa hari ini dia memang selalu mengatakan lelucon—seperti mengambung-ambungkanku dengan segala pujian, lalu di waktu bersamaan menjatuhkan hingga ke dasar bumi.
"Kau tidak sedang bercanda?"
"Tidak."
"Apa kau senang?" Sebenarnya aku menaruh curiga Jungkook akan berkata tidak setelah ini.
"Tidak ... akh!" Jungkook menjerit saat aku memukul kepalanya dan adegan barusan pun sukses menarik perhatian orang-orang di sekitar kami.
"Ya! Kau tidak senang aku ada di sini?! Fine, I'll go right now," kataku dengan nada yang dibuat kesal lalu pergi meninggalkan Jungkook.
Namun, baru beberapa langkah Jungkook menarik lenganku, mengangkat tubuhku, dan dia berputar.
Well, it's perfect. Just like drama.
"Selamat hari keseratus, Sayang," ucap Jungkook, sambil berputar-putar—masih dengan posisi mengangkat tubuhku.
"Selamat hari keseratus," jawabku sambil tersenyum manis.
"Aku senang kau datang."
"Dan aku senang bisa menyentuhmu lagi."
"Kalau begitu sentuh aku," kata Jungkook dengan sepasang puppy eyes paling imut di dunia.
Aku tersenyum lebar saat Jungkook berhenti berputar dan ....
... baiklah, ini saat yang tepat untuk membangkitkan kesan romantis kami.
Aku mencium Jungkook, tepat di bibirnya, dan musik For You dari BTS terdengar sayup-sayup di telinga kami.
Itu pasti kerjaan Hoseok. Dia memata-matai kami dan sebentar lagi, lelaki tersebut pasti akan menggoda kami.
Sayangnya, kami tidak peduli karena sedang saling merindukan satu sama lain.
"Saranghaeyo, Jungkook."
"Saranghaeyo, Sa Na."
Dan kami mengakhirinya dengan saling berpelukan.
*****
TAMAT
(BENERAN)
Boleh nanya, dong, ya ^^
1. What do you think about this closing?
2. Give me your opinion about this story please ^^
3. Which part do u like and hate?
4. (Gak tau bahasa inggrisnya) Baca work aku yang lainnya ya judulnya Our Last Summer dan The Bad Boy Catches My Secret Job
5. Terima kasih banyak atas dukungannya selama ini. I love you
Ig: augustin.rh
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top