10. Do You Like Me?
"Mianhe, Sa Na."
Itulah yang dikatakan Taehyung, saat ia menutup kembali kotak makan siangnya dan hanya memandang kolam ikan koi di hadapan kami.
Aku bertanya-tanya, apa ini berarti bahwa Taehyung menolakku?
Tidak. Aku tidak ingin menjawabnya. Pesimis atau optimis, semuanya tetap saja membuatku sakit kepala untuk saat seperti ini. Jadi sebaiknya menunggu hingga Taehyung memberikan penjelasan lebih lanjut.
Ya, menunggu lebih baik.
Selera makanku menghilang. Menyisakan rasa panik yang susah payah kusembunyikan. Percayalah, perutku bergejolak bersamaan dengan detak jantung yang terlampau cepat—apa pun itu, Taehyung memang selalu memberikan efek keras padaku.
"Taehyung," lirihku memanggil Taehyung yang nyatanya berhasil dikalahkan oleh kicauan burung di ranting pohon. "Kau tidak—"
"Hanya bercanda, kok," kata Taehyung, sambil menoleh ke arahku—lagi sembari mengedipkan sebelah mata lalu membuka kotak makan siang tersebut.
Ya, Tuhan! Haruskah bersujud saat ini juga?! Seharusnya Kau tahu bahwa jawaban Taehyung yang hanya beberapa kata itu sangat berarti bagiku. Oh God, jika Taehyung sungguhan menolak itu berarti aku telah mati secara mendadak.
Taehyung mengambil gigitan pertama, menikmati kimbab seperti tidak melakukan dosa apa pun dan itu ....
... sedikit menyebalkan.
Jantungku jumpalitan ke sana-kemari dan jika lelaki itu bukan Taehyung, percayalah dia akan berakhir bersama para ikan koi yang sepertinya sedang mengamatiku dengan pandangan mengejek.
Sial! Bagaimana bisa melakukan lelucon sejahat itu di saat seperti ini?! Kau mempermainkanku, Taehyung.
Aku memberengut, menendang pasir halus di hadapan kami kemudian membuka kotak makan siangku. Harapannya, ingin Taehyung peka dan melakukan hal manis untukku.
Akan tetapi, lima detik.
Sepuluh detik.
... dan lima belas detik. Taehyung tidak melakukan apa pun, selain menikmati kimbab buatanku dengan lahap—mengabaikan kekesalanku karena ia menggodaku.
"Jangan bercanda, Kim Taehyung," bisikku sambil menggigit kasar kimbab dan lagi-lagi menendang pasir—alih-alih menendang udara.
"Kupikir kau orang yang suka bercanda," celetuk Taehyung, di tengah kekesalanku—refleks membuat tendangan sia-sia itu berhenti.
"Bercanda?"
"Ya."
"Ya," jawabku dengan nada paling aneh kemudian tertawa kaku. "Hahaha, aku suka bercanda sangat menyukainya. Kau tidak perlu seserius itu padaku."
Senyuman tipis terlihat jelas di wajah Taehyung. Sesaat aku merasa, bahwa Taehyung hari ini sudah seperti malaikat yang jatuh dari surga.
Pembawaanya hangat, bersahabat, dan dia semakin berkilau.
Apakah kimbab ke dua puluh ini akan menjadi awal agar Taehyung memperhitungkanku?
Aku harap jawabannya adalah 'iya'.
"Kiyowo," kata Taehyung pelan, tetapi terdengar jelas di telingaku.
Aku tertunduk malu. Salah tingkah, tetapi ingin bersorak ria penuh kebahagiaan di waktu bersamaan. Mendengar pernyataan bahwa kau adalah gadis imut dari seseorang yang kau suka, adalah suatu keajaiban dunia dan hari ini akan menjadi hari bersejarahku jadi ....
"Apa kau suka kimbabnya?" Aku bertanya dengan nada cepat dan terlampau antusias.
Taehyung bahkan sempat hampir terkejut, hingga harus berhenti mengunyah dan mebelalakan mata.
"Ah, aku ... terlalu bersemangat. Sorry," ucapku penuh nada bersalah. Namun, Taehyung malah mengernyit dan tampak berusaha keras untuk menelan.
"Kau punya air, Sa Na?"
"Hah?"
"Seperti satu liter air laut masuk ke tenggorokanku." Taehyung menjulurkan lidahnya—memberikan ekspresi seperti orang keracunan makanan kemudian merebut botol minum yang berada di sampingku.
Tanpa permisi, Taehyung meneguknya hingga hampir setengah.
Aku yang melihat jadi turut panik lalu merebut kimbab dari tangan Taehyung dan—
"Asin, terlalu pedas! Ya Tuhan, aku bisa saja membu ... aku tidak tahan lagi!" Bergerak cepat, segera kurebut air mineral di tangan Taehyung dan meminumnya cepat-cepat.
Sekadar informasi, aku tidak tahan pedas dan aku juga tidak ingat kapan meletakkan cabai di dalam kimbab tersebut. Namun, itu bukanlah hal penting untuk dijadikan pertanyaan karena yang terpenting sekarang adalah, bagaimana aku bisa tetap di sini. Padahal hampir membunuh Taehyung.
Akan tetapi, aku akan menanyakan hal tersebut pada Jungkook nanti.
Di tengah kepanikan akibat rasa pedas yang memuncak hingga ke bagian kepala, sayup-sayup kudengar Taehyung tertawa sambil melihat ke arahku.
Aku cukup lega melihat tawanya.
Ya, setidaknya lebih baik, daripada jika Taehyung memilih untuk pergi lalu menolakku tanpa menaruh belas kasihan. Itu akan lebih menyakitkan, meski aku belum menyatakan perasaanku.
"Kau tidak suka pedas, tetapi menaruh cabai di dalam kimbab. Apa ini seperti ranjau?"
"I'm so sorry, Taehyung. Aku sungguh tidak tahu bahwa kimbabnya begitu asin dan—"
"Apa kau baik-baik saja, setelah meminum air mineral dari botol yang sama denganku?" Taehyung memotong ucapanku, memberikan pertanyaan yang berada di luar pikiranku. Namun, justru membuat perasaan malu seketika mendominasi.
Ya! Aku sungguhan malu. Mengapa tadi tidak menyadari bahwa kami sedang melakukan ciuman tidak langsung.
Ah, kau pasti sudah gila, Sa Na. Batinku mulai menunjukkan keresahannya karena jika seperti demikian, bisa saja Taehyung berpikir bahwa aku adalah gadis agresif.
Aku benar-benar telah menggagalkannya, padahal tinggal sedikit lagi. Jadi takut-takut aku menoleh ke arah Taehyung.
"Hanya minum di botol yang sama dan kita hanya punya satu, kupikir itu bukan masalah besar. Lagi pula, aku melakukannya hanya denganmu bukan dengan orang la—astaga!" Aku menutup mulutku rapat-rapat kemudian menunduk lagi.
Sebenarnya bukan itu yang ingin kukatakan pada Taehyung. Aku ingin mengucapkan permintaan maaf, tapi mengapa malah perkataan tidak penting itu yang keluar!
"Ah, mianhe. Ambillah bekalku dan biar kuhabiskan milikmu yang tadi kita makan. A-aku akan mempertanggungjawabkannya."
Perasaan panik melanda begitu saja. Bahkan aku tidak bisa mendengar apa yang dikatakan Taehyung setelah aku memberikan kotak makan siangku, kemudian merebut kimbab beracun tersebut.
Sambil menahan pedas dan asin luar biasa, susah payah kulahap kimbab tersebut hingga tiba-tiba saja Taehyung menangkap tanganku dan merebutnya kembali.
"Kau tidak perlu bertanggung jawab. Cukup jawab pertanyaanku dan tenangkan pikiranmu." Taehyung mengambil sapu tangan dari dalam sakunya lalu membersihkan sudut bibir, serta tanganku dan meletakkan dua kotak makan siang yang berisi kimbab beracun di belakangnya.
Aku hanya diam dengan keringat bercucuran, dan beberapa kali menghirup banyak udara menggunakan mulut karena menahan pedas.
Ini lucu sekali, sekaligus menegangkan. Maksudku, jika kau yang melihat, maka kau akan berpikir bahwa kami pasangan imut nan romantis. Namun, jika kau yang berada di posisiku, ini adalah sesuatu paling menegangkan hingga melakukan hal kecil bisa saja menghancurkan mood di antara kami berdua.
Sigh! Kuharap tidak ada kesalahan sekecil apa pun lagi. Kimbab ranjau rasa air laut sudah cukup menggagalkan misiku untuk menjadi gadis ideal Taehyung.
Di lain sisi, sembari mengamati Taehyung membersihkan tangan dan sudut bibirku menggunakan sapu tangan, percayalah hal tersebut juga membuatku memberikan poin tambahan untuk mencintai Taehyung.
Seorang lelaki jarang sekali membawa saputangan dan jika ia membawanya, itu pertanda bahwa Taehyung adalah lelaki pembersih dan siap sedia membantu seorang gadis.
... atau memberikan bantuan yang berakhir dengan membuat sang gadis terbawa perasaan.
Seperti aku yang tiba-tiba saja merasa berada di adegan slow motion, ditemani dengan musik romantis sebagai background, dan beberapa kelopak bunga berjatuhan di antara kami.
Sang cupid telah menembakkan panahnya ke jantungku untuk yang ketiga kali dan panah itu masih dengan sosok serupa, Kim Taehyung.
"Saranghae, Kim Taehyung," bisikku. Terucap begitu saja yang sebelumnya tidak kusadari.
Taehyung menyunggingkan kembali senyumannya. "Kau tidak keberatan menggunakan botol minuman bekas punyaku dan tidak keberatan memakan, makanan bekas gigitanku juga.
"Apa kau suka padaku?"
"Hah?!" seruku dengan nada bertanya-tanya dan penuh keterkejutan.
O, jal! Apakah akan secepat ini? Kenapa kau harus menanyakannya secara to the poin, Taehyung?
Aku bahkan belum memiliki persiapan yang matang untuk menjawabnya.
"Apa kau suka padaku, Ong Sa Na?" tanya Taehyung sekali lagi, dengan penekanan pada namaku yang entah bagaimana malah membuatku jadi tuli mendadak.
Aku ... tidak bisa memikirkan apa pun. Otakku seketika blank dan satu-satu kata yang keluar di bibirku adalah ....
"Nde ...."
*****
Belum diedit.
Sebenarnya jadwal update hari Kamis cuma karena takut sinyal jelek jadi malam ini aja aku up dan bakal baca ulang buat edit besok, di sela2 pekerjaan.
Hope you like it and give ur comment and vote.
Love you guys!!!
Ig. @augustin.rh
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top