Baby Don't Cry

( sudah pernah di publish di wordpress pribadi xiaoluseobaby.wordpress.com)


=====================================================================================


Sekali lagi hujan membasahi kota Seoul, ditengah musim semi seperti ini memang cuaca tak bisa ditebak meskipun matahari bersinar dengan hangat sekalipun bisa berubah menjadi hujan yang cukup deras seperti saat ini.

Kim Joonmyeon, atau akrab disapa Suho hanya menghela nafasnya pelan saat menatap butiran air dalam jumlah yang tak sedikit membentur permukaan aspal dari salah satu sudut jalanan kota Seoul.

"Sial! Aku tertipu cuaca musim semi, lalu sekarang bagaimana aku harus pulang?" Suho terus meruntuki dirinya sendiri yang mengabaikan nasihat ibunya untuk membawa payung tadi pagi dengan alasan matahari yang bersinar dengan cerah. Salahkan saja mobilnya yang masuk Bengkel sehingga ia terpaksa naik bus untuk sementara ini.

Bagaimana dengan teman-temannya? Ugh... Para teman-temannya tentu saja akan lebih mementingkan kekasihnya sendiri dibandingkan dengan dirinya. Seperti contoh, Luhan yang sudah pasti berada dekat dengan Seohyun atau Kyungsoo yang berduaan bersama Luna dengan dalih berlatih vokal. Untuk membayangkannya saja, membuat Suho muak.

'Secepatnya kau harus mencari kekasih, Hyung agar hidupmu sedikit berwarna.'begitulah yang selalu diucapkan sepupunya, Kai sambil tertawa jahil.

Ya, mungkin memang benar apa ucapan sepupunya yang memiliki kulit hitam legam itu tapi setidaknya ia tak akan mencari kekasih yang bahkan masih berstatus pelajar sepertinya. Suho berpikir dirinya masih cukup waras mencari gadis yang mampu mencuri hatinya, mencintai seorang gadis remaja baginya sama saja pedofil menurutnya karena dirinya sendiri bahkan sedang dalam proses menyusun skripsi. Tidak mungkin bukan, ia akan menyukai gadis belia?

Suho kembali menatap jalanan, rintik hujan yang menguyur kota Seoul tampaknya semakin deras namun matanya menyipit ketika melihat seorang gadis tengah berdiri di trotoar dalam keadaan basah kuyup. Ya, gadis itu basah akibat butiran air hujan yang membasahi tubuhnya tanpa dilindungi payung atau jas hujan.

Suho mendecakkan lidahnya melihat pemandangan itu, "Ck! Apa yang sedang dia lakukan di tengah hujan seperti ini? Apa dia tak sadar jika ia bisa membahayakan kesehatannya sendiri?" runtuknya melihat gadis itu.

Suho kemudian menaikkan tudung hoodie-nya dan berlari menghampiri gadis itu. Tentu saja, reaksi terkejut ditunjukkan gadis itu melihat seorang namja yang sama sekali tak dikenalnya tiba-tiba saja menariknya berteduh di halte tempat Suho berteduh.

"Kau ini bodoh atau apa?" bentak Suho membuka tudung hoodie yang menutup kepalanya dan menoleh kepada gadis itu, namun matanya membulat melihat gadis itu ternyata menangis.

"Ya! Kenapa kau menangis? Apa kau menangis karena aku membentakmu? Joesonghamnida agasshi." ucap Suho panik, seumur hidupnya baru kali ini dia membuat seorang gadis menangis.

"Hiks... Ini bukan karena kau... Hiks hiks..." gadis itu berbicara sesekali sesengukan membuat dahi Suho berkerut bingung.

"Lalu?" Suho menaikkan salah satu alisnya.

"Ini karena mantan kekasihku... Hiks hiks... Dia memutuskanku hari ini huwaaaaaaaaaaaaa..." tangis gadis itu kembali pecah dan cukup keras bahkan mengalahkan suara gemercik air hujan yang deras, Suho segera menutup telinganya.

"Ya! Uljimayo, agashi." ucap Suho membujuk gadis itu, ia kemudian membuka tasnya dan menemukan sapu tangan yang belum digunakannya. Disekanya kristal bening di pelupuk mata gadis itu dengan sapu tangan yang dipegangnya.

"Uljimayo, agashi. Jika mantan kekasihmu memutuskanmu berarti dia tak baik untukmu. Lagipula, bukankah masih banyak namja yang lebih baik untukmu?" ucapan Suho itu membuat gadis itu terdiam. Entah darimana Suho bisa berbicara sebijak itu.

Gadis itu kemudian menganggukan kepalanya dan tersenyum kepada Suho. Cantik, hanya itu yang terlintas di benak Suho saat melihat gadis berpakaian seragam sekolah itu ketika tersenyum kepada Suho.

"Aku Choi Junhee, boleh aku tahu namamu er... Oppa? Apa aku boleh memanggilmu seperti itu?" tanya gadis bernama Junhee itu mengulurkan tangannya dan menatap polos Suho.

"Tentu saja, Junhee-ssi," ucap Suho tersenyum dan menyambut uluran tangan Junhee.

'Kupikir tak ada masalah hanya berkenalan dengan anak ini, lagipula dia terlihat cukup polos dan manis.' batin Suho menatap lekuk wajah Junhee yang telah menampakkan kecantikannya di usia belia.

"Kim Joomyeon imnida, kau bisa memanggilku Suho Oppa jika kau mau."

☆☆☆

Suho mendaratkan tubuhnya di ranjangnya yang empuk, pandangan matanya menatap langit-langit kamar yang dicat berwarna putih.

"Haissh... Kenapa aku malah memikirkan anak itu? Kenapa dia selalu terbayang dalam pikiranku?" gumam Suho mengacak-acak rambutnya dan mengubah posisinya dari berbaring menjadi duduk.

"Tapi kuakui anak itu memang manis." Suho kembali bermonolog, memang harus diakui gadis bernama Junhee itu memang cantik dan manis. Terlebih saat ia melihatnya tersenyum seperti tadi siang, hal sesederhana itu mampu membuat perasaan Suho bergemuruh dan tak menentu seperti sekarang ini.

"Haissh... Apa yang kau pikirkan, Kim Joonmyeon? Kau dan dia baru bertemu dengannya hari ini, kenapa jantungmu justru berdebar-debar seperti ini?" Suho terus meruntuki dirinya sendiri, entah kenapa bayangan tentang sosok Junhee selalu terbayang dalam benaknya. Apa dirinya jatuh cinta dengan gadis yang masih berstatus pelajar yang bahkan baru bertemu tadi siang itu? Yang benar saja! Ini semua sama sekali tidak masuk akal.

"Ya! Hyung, apa yang kau lakukan? Ada apa denganmu?" Suho segera menolehkan kepalanya menatap pintu dan menemukan sepupunya yaitu Kai tengah bersender di ambang pintu kamarnya yang terbuka lebar.

"Ya! Jongin-ah, kau bisa mengetuk pintu sebelum masuk." protes Suho tak terima, namun sepertinya namja berkulit gelap itu sama sekali tidak memperdulikan sepupunya yang berjarak satu tahun lebih tua darinya.

"Namun pintumu terbuka Hyung, jadi tak masalah bukan jika aku langsung masuk saja." elak Jongin cuek. Suho hanya mendecakkan lidahnya mendengar ucapan Jongin, sepupunya memang seperti itu.

"Jadi, ada apa denganmu?" Jongin menatap Suho meminta penjelasan, Suho kemudian menghela nafasnya pelan.

"Hey, menurutmu bagaimana jika seorang namja yang berkenalan dengan seorang gadis namun namja itu selalu terbayang-bayang tentang sosoknya?" tanya Suho. Pertanyaan yang dilontarkan Suho tentu saja membuat Jongin cukup terkejut.

"Itu tanda jika sang namja jatuh cinta pada pandangan pertama, Hyung." jawab Jongin dengan cepat.

Suho kemudian mengerutkan dahinya, "Benarkah seperti itu?" tanyanya memastikan, Jongin segera menganggukan kepalanya.

"Ne, itu tanda jatuh cinta pada pandangan pertama. Love at first sight."

"Bukankah itu tak masuk akal? Maksudku, bukankah perasaan cinta itu dimulai harus mengenal satu sama lain?"

Seketika Jongin tertawa mendengarnya, "Lalu bagaimana dengan Luhan? Dia bahkan sama sekali tak mengenal Seohyun sebelumnya, dia hanya sebatas mengetahui nama dan asal fakultasnya saja. Bukankah itu juga kedengarannya konyol dan tak masuk akal?"

Suho terdiam. Ya, hal yang dia alami saat ini tidak jauh berbeda dengan Luhan. Bahkan namja berdarah China itu sama sekali tidak pernah mengajak kekasihnya untuk berkenalan, namun sekarang mereka terlihat serasi dan melengkapi satu dengan lain.

"Tunggu sebentar, Hyung. Kau tidak sedang jatuh cinta, kan?" tanya Jongin memastikan saat menyadari sesuatu.

Bingo! Tepat pada sasaran, Suho meruntuki dirinya sendiri bertanya kepada orang yang salah.

"Tidak," jawab Suho berbohong, dia kemudian mengibaskan tangannya. "Sudahlah, aku lelah dan ingin beristirahat sejenak."

"Ya! Hyung, kau belum menjelaskan apapun dari maksud pertanyaanmu." protes Jongin, namun Suho segera berdiri dan mendorong tubuh Jongin hingga keluar dari kamarnya.

"Aku akan menjelaskannya kepadamu nanti, Jongin-ah." ucap Suho sebelum menutup pintu kamarnya.

"Haissh... Kau berhutang satu penjelasan kepadaku, Hyung." teriak Jongin dari balik pintu sebelumnya akhirnya terdengar suara langkah kaki yang menjauh.

"Apa aku jatuh cinta dengan Junhee pada pandangan pertama?" gumam Suho.

☆☆☆

Jam makan siang yang sudah tiba memang selalu membuat Cafètaria dekat kampus penuh dengan para mahasiswa yang mengisi perutnya dan bercengkrama dengan teman-temannya. Tidak sedikit pula yang berada dalam tempat itu untuk mengerjakan tugas atau bermesraan dengan kekasihnya.

Suho hanya memandang datar capucinno latte dan tiramisu yang terhidang di hadapannya seakan tak sedikitpun berminat untuk menyantapnya, pikirannya melayang jauh memikirkan ucapan Jongin beberapa hari yang lalu.

"Ada apa denganmu, Suho-ya?" tanya Luhan bingung melihat tidak biasanya temannya seperti ini.

"Tidak Lu," jawab Suho menggelengkan kepalanya. "Aku hanya memikirkan sesuatu."

"Sesuatu?" Luhan mengerutkan dahinya, Suho segera menganggukan kepalanya.

"Ne, aku memikirkan ucapan Jongin beberapa hari yang lalu tentang love at first sight." ucap Suho menghela nafasnya dan menyesap cangkir berisi liquid coklat sebanyak seperempat dari gelas cangkir itu.

"Cinta pada pandangan pertama?" Luhan kembali mengerutkan dahinya.

"Aku tak tahu ini terdengar konyol atau bukan, namun sepertinya karma telah menghampiriku. Aku merasa aku jatuh cinta dengan seorang gadis kecil yang bahkan berumur jauh lebih muda denganku. Bukankah itu kedengarannya tidak masuk akal?" jelas Suho menghela nafasnya dan menyenderkan punggungnya di sandaran kursi.

"Love doesn't need a reality, Suho-ya. Cinta bukan berdasarkan realita, tapi pada perasaan yang kau rasakan." ucap Luhan.

Suho terdiam. Ucapan Luhan memang bisa dibilang sepenuhnya benar, salah satu contoh nyata adalah sepupunya sendiri yang mempunyai kekasih seorang gadis yang masih berusia belasan tahun.

"Yeah, kau benar Lu. Kurasa aku tahu apa yang harus aku lakukan saat ini." ucap Suho tersenyum, Luhan hanya menganggukan kepalanya.

"Semoga berhasil." ucap Luhan mengacungkan jempolnya.

Suho kemudian berdiri dan meninggalkan Cafetaria, ia tahu apa yang harus ia lakukan saat ini. Luhan kemudian menyenderkan punggungnya di senderan kursi dan tak lama berselang kekasihnya datang.

"Hey, Lu. Ada apa dengan Suho? Kenapa raut wajahnya begitu cerah saat aku berpapasan dengannya?" tanya Seohyun mengerutkan dahinya bingung. Gadis itu kemudian menarik kursi dan duduk disebelah kekasihnya.

Luhan hanya melukiskan senyuman yang penuh arti, "Dia sedang jatuh cinta, Seohyun-ah."

☆☆☆

Seoul Of Performing Arts School, satu-satunya tempat yang Suho kunjungi saat ini yang merupakan tempat dimana Junhee bersekolah. Jangan tanyakan darimana Suho tahu sekolah tempat Junhee menimba ilmu karena dia mengetahuinya dari seragam yang dikenakan gadis itu dan beruntung saat Suho tiba disana, bel jam pulang telah berbunyi.

"Jadi, dimana anak itu sekarang?" gumam Suho mencoba memicingkan matanya saat melihat beberapa murid melewati gerbang sekolah dengan seragam kebanggaan sekolah itu.

"Sohee-ya..." panggil Suho saat melihat seseorang yang sangat familiar, gadis bernama Sohee segera menoleh.

"Suho Oppa, ada apa Oppa kemari?" tanya Sohee cukup terkejut melihat sosok Suho saat ini.

"Apa kau mengenal seorang gadis bernama Choi Junhee?" tanya Suho tanpa berbasa-basi.

"Juniel maksudmu? Oppa, kurasa kau harus menolongnya sekarang." ucap Sohee khawatir.

"Apa maksudmu?" tanya Suho mengerutkan dahinya.

"Saat ini Juniel berada di tengah lapangan dan menangis akibat bertengkar dengan mantan kekasihnya." ucap Sohee.

"Haissh, baiklah terima kasih." ucap Suho segera berlari masuk ke dalam gedung sekolah dan benar saja, saat Suho tiba terlihat kerumunan orang di tengah lapangan indoor sekolah.

☆☆☆

Junhee atau biasa disapa Juniel hanya terdiam dengan berusaha menahan tangis namun percuma karena air matanya sudah mengalir membasahi pipi tembamnya, di hadapannya saat ini adalah Youngjae yang merupakan mantan kekasihnya.

"Cih! Dasar gadis cengeng, seharusnya kau sadar jika aku sama sekali tak mencintaimu bodoh!" ucap Youngjae setengah berteriak, tanpa memperdulikan gadis dihadapannya menangis di tengah kerumunan orang-orang yang mengelilingi mereka berdua.

Juniel mengigit bawah bibirnya, sejujurnya hatinya terasa sakit saat Youngjae mengatakan itu. Semua kenangan manis yang ia lakukan bersama Youngjae hanya kepalsuan semata, semua itu musnah saat Youngjae mengatakan jika ia hanya menjadikan Juniel sebagai bahan permainannya.

"Ta-tapi, hiks..."

"Sekarang pergi dari hadapanku, gadis bodoh atau aku akan—"

"Apa yang akan kau lakukan?" suara itu mengintrupsi Youngjae sebelum namja berambut pirang itu menyelesaikan ucapannya, tampak Suho yang memandangnya tajam saat Youngjae menoleh ke asal suara.

"Siapa kau?" tanya Youngjae mengerutkan dahinya, Suho hanya melangkahkan kakinya dan menghampiri Juniel yang masih tertunduk.

Suho hanya tersenyum miring mendengar pertanyaan Youngjae, "Aku tidak bisa membiarkan kekasihku dipermalukan seperti ini di depan umum." ucapnya memegang erat pundak Juniel yang sedikit bergetar.

Semua orang tentu saja terkejut mendengar ucapan Suho, yang benar saja jadi namja yang terlihat dewasa dan tampan yang mereka lihat adalah kekasih Juniel? Youngjae sendiri tak bisa berkata apa-apa selain diam, seakan sumpah serapah yang akan dia ucapkan kepada Suho yang menganggunya bungkam.

Suho segera menarik tangan Juniel menjauhi kerumunan orang-orang itu dan membawanya ke Taman yang berada dekat Gedung Sekolah itu.

"Joesonghamnida, aku terpaksa berbohong untuk menolongmu." ucap Suho saat mereka berdua duduk di salah satu bangku Taman secara berdampingan.

"Gwaenchana..." ucap Juniel dengan suara yang parau dan terkesan lirih. "Mungkin memang aku yang bodoh, masih mencintai pria brengsek sepertinya."

"Love doesn't need a reality, Junhee-ssi." ucap Suho mengucapkan ulang kalimat yang diucapkan Luhan kepadanya, membuat Juniel menoleh menatap namja itu.

"Cinta tak membutuhkan realitas, Junhee-ssi. Semua bisa terjadi begitu saja tanpa ada yang tahu..." lanjut Suho menyeka air mata yang membasahi pipi Juniel. "Baby, don't cry. Mungkin aku pemain terakhir yang terlambat dalam pertunjukan, mungkin juga aku merupakan orang ketiga yang mencoba mencari celah namun aku menyukaimu..."

"E-eh? Mwo?" Juniel cukup terkejut mendengar ucapan Suho yang kedengarannya seperti... ya, ini seperti pengakuan cinta namja itu.

"Aku menyukaimu, Choi Junhee. Mungkin kedengarannya ini terlalu cepat, namun aku tak bisa kehilanganmu dan melihatmu menitikan air mata sekali lagi." ucap Suho tersenyum lembut kepada Juniel.

"A-aku... Kurasa aku juga menyukaimu, Oppa..." ucap Juniel tertunduk malu, dengan rona merah yang merona di pipi tembamnya.

Suho mengenggam tangan Juniel, dan membiarkan angin berhembus menerbangkan helaian rambut mereka berdua seakan menghilangkan air mata di kedua pelupuk mata Juniel.

☆☆☆

"Ya! Hyung, jadi sekarang kurasa bukan hanya aku yang dianggap pedofil karena menjalin hubungan dengan anak usia belasan." ucap Kai menggoda saat dirinya bersama Luhan dan Suho berkumpul salah satu Villa milik keluarga Kim yang tak lain keluarga Suho untuk liburan.

"Ya! Jangan samakan aku dengan kau, Kkamjong!" sahut Suho tak terima dengan pernyataan Kai, sementara Luhan menenggokan kepalanya melihat kekasihnya Seohyun yang juga sedang bercengkrama dengan Junhee dan Sohee. Mereka bertiga terlihat sangat akrab seperti sudah mengenal cukup lama, walaupun faktanya mereka bertiga baru pertama kali bertemu.

"Ya, tak masalah kalian pedofil atau apapun itu, asal kau tak seperti Kkamjong yang selalu mencoba mencuri first kiss Sohee namun selalu gagal." ucap Luhan jahil yang disambut oleh gelak tawa Suho yang terdengar cukup keras.

"Ya! Luhan Hyung!!!"


Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top