Chap 3

"Family Problem"
*** (Y/n)'s pov ***

"A-a-apa yang kalian lakukan disini?" tanyaku gagap.

Pertama kalinya dalam hidupku aku berbicara seperti ini. Ya, siapapun pasti akan gagap jika mereka berada di situasi seperti ini.

"Mou, (Y/n) jangan begitu pada kami. Kami sudah jauh-jauh datang dari Inggris hanya untuk ini lho, bukan begitu Ayah?"

Ayah hanya mengangguk mantap.

"Siapa mereka, (Y/n)?" tanya Gakushuu.

"Tentu saja aku adalah tunangan (Y/n)--"

"Dia adalah kakakku dan ayahku." jawabku datar sambil melirik ke arah Karma dan Gakushuu

Entah kenapa, lensa Karma membesar seolah teringat sesuatu. Mungkin dia teringat hal penting, lalu aku menoleh ke arah kakak dan ayah.

"Kenapa kalian menghabiskan uang kalian hanya untuk kemari? Lagipula kenapa kalian justru ke asrama sekolah bukan rumah?" tanyaku membuat kakak memasang ekspresi sedih.

"Tuh, kan? (Y/n) cuek sekali padaku." rengek kakak.

"Lagipula kenapa kalian berpenampilan seperti itu!? Jika tidak karena suara kalian dan gitar kakak, aku pasti akan mengira orang asing dan menghiraukan kalian." kagetku tidak memperdulikan ucapan kakak.

Kakak dan ayah memakai kumis 'palsu'. Mereka juga memakai pakaian yang sangat mencurigakan. Tapi karena aku melihat salah satunya memiliki lensa yang warnanya sama denganku dan salah satunya membawa gitar bewarna biru langit maka aku langsung mengenal mereka berdua.

"Kami ingin melihatmu, (Y/n)..." ucap ayah setelah mereka melepas semua 'penyamaran' mereka, kecuali pakaian mereka pastinya.

"Kalian sudah melihatku, kan? Sekarang pulang." perintahku.

"Jahat sekali!?" sahut kakak dan ayah dengan ekspresi kaget khas anime.

"Shuu-chan! Lihat kelakuan (Y/n)-chan, cuek pada kakaknya!" rengek kakak.

"...huh?"

"Jangan bilang kau lupa padaku, Shuu!" kaget kakak lalu dia memegang dadanya, seolah-olah hatinya berada disana dan terluka.

"O-ooh, maafkan aku, Rinto-nii" ucap Shuu mengusap kepalanya.

"Eh? Tidak apa-apa. Aku sudah tau ceritamu saat SMP dulu, pasti sulit harus fokus pada juara 1 sambil mengingat orang yang bahkan sudah tak bertemu denganmu sejak umurmu 8 tahun." jelas kakak tersenyum memaklumi.

Aku melihat Karma memberikan death glare pada Gakushuu dan  aku merasa heran.

'Aku tak menyangka Shuu bisa melupakan ayah dan kakak. Padahal dulu kami sering bermain bersama kakak... walaupun kami sering bermain saat Karma tidak ada jadi wajar saja Karma tidak mengenali kakak.'

Lalu kakak melihat Karma, "Oh, apakah kau Karma? Senang bertemu dengamu, kau pasti sudah mendengar apa yang Shuu ucapkan tapi nama lengkapku adalah Rintarou (L/n), panggil saja Rinto. Dulu aku bersekolah di Amerika dan aku sering berkunjung ke rumah saat liburan atau saat keluarga Akabane ke luar negri." jelas kakak, "Karena itu kau tidak pernah bertemu denganku sampai sekarang."

"..." Karma hanya mengangguk mengerti lalu mereka berdua bersalaman, "Salam kenal... Rintarou-san."

"Panggil saja Rinto. Ini juga berlaku untuk Shuu karena kalian sudah dewasa dan kalian tidak ingin memanggil orang yang lebih tua hanya sekitar 5 tahun dengan sebutan Nii, kan?" tanya kakak.

Mereka berdua hanya mengangguk.

"Jika kalian datang hanya untuk itu, pulang saja sana." gumamku.

Tanpa diduga-duga... tidak, seperti dugaanku, kakak dan ayah langsung memelukku dengan air mata yang mengalir seperti air terjun.

"Kenapa kau cuek sekali pada Papamu, (Y/n)." rengek ayah.

"Ayah, reaksimu sama seperti kakak." komentarku.

"Padahal dulu kau begitu senang saat mendengar berita kami berdua akan berkunjung dari Amerika." sahut kakak.

"Itu dulu, kak." balasku.

"Ngomong-ngomong, Karma-kun..." ucap ayah dan tiba-tiba ayah sudah berada di depan Karma dan sedang bersalaman dengannya, "Aku adalah ayah (Y/n) tapi panggil aku Mr.(Y/n). Seperti Rintarou, saat kalian kecil aku bersama Rintarou berada di Amerika dan datang berkunjung hanya saat keluargamu sedang liburan ke luar negri jadi kita baru bertemu sekarang." jelas ayah.

"...uuh, salam kenal Mr.(L/n)." balas Karma.

"Dan untukmu, Shuu. Panggil aku dengan sebutan Mr.(L/n) karena kau sudah dewasa, ok?"

"Ba-baik, Mr.(L/n)!" balas Gakushuu.

"Ayah, kakak..." panggilku dan mereka sudah ada di depanku dengan ekspresi penuh harap.

"Ada apa adikku/anakku?" tanya mereka serempak.

"Kalian tidak membatalkan rapat atau konser apapun hanya untuk ini, kan?" tanyaku.

"Te-tentu saja tidak!" jawab mereka.

Aku hanya menghela nafas, tau pasti kalau mereka berbohong.

"Jangan menyesal apapun keputusan kalian, ok?" tanyaku dan mereka hanya mengangguk mengerti.

"Oh, sebagai penyambutan (Y/n) ke sekolah barunya, aku dan ayah mengadakan pesta kecil di rumah kami. Apa kalian berdua ingin ikut?" ajak kakak pada Karma dan Gakushuu.

"Tentu saja!" jawab mereka.

*** Gakushuu's pov ***
(Dalam tubuh Karma)

"..." aku dan Karma hanya bisa membatu melihat 'rumah' keluarga (L/n).

'Damn... ini namanya MANSION!!'

'Aku tau itu, BAKAbane...'

"Ini... yang namanya pesta KECIL?" tanya (Y/n) dan jelas sekali kalau dia sangat terkejut dan kesal melihat apa yang ada di hadapan kami.

Semua pelayan lalu-lalang dengan membawa perlengkapan pesta, para penata busana sibuk membawa gaun pesta dan tuxedo mewah, para butler yang membawa makanan mewah dan para maid yang sedang membersihkan ruangan.

"Tentu saja ini adalah pesta kecil, bukan begitu Rintarou?" tanya Mr.(L/n).

"Ya, ini adalah pesta kecil, wahai ayahandaku."

"Kenapa aku harus punya keluarga seperti ini?" bisik (Y/n) "Ayah, kakak... ini namanya pesta besar!!"

"Apapun hiasan dan penampilan pestanya, pesta tersebut akan tetap digolongkan sebagai pesta kecil jika yang menghadirinya tidak sampai 50 orang." jelas Mr.(L/n).

"Berapa orang yang akan menghadiri pesta ini? 40? 30? Atau 20?" tanya (Y/n).

"Kenapa dengan jumlah itu, (Y/n) hanya kita berlima, ok?"

"Apa!?" teriak kami bertiga.

"Kalian menghabiskan uang untuk hal yang tidak berguna DUA KALI!?" kaget (Y/n).

"Ini hanya sesekali saja, (Y/n)." sahut Rinto.

"Oh, god..." balas (Y/n).

"Tunggu apa lagi? Ayo berpesta!!" ajak Rinto.

Entah berapan lama kami berbicara, karena saat Rinto berbicara seperti itu, pestanya sudah siap dengan segala hiasannya.

"Oh, (Y/n). Kakak membawa coklat dari Inggris." ucap Rinto.

Wajah (Y/n) langsung berbinar-binar membuat Rinto dan Mr.(L/n) tertawa kecil.

"Benarkah!? Aku ingin semua!" sahut (Y/n).

"Heeei, kakak membawa cokat itu bukan hanya untukmu saja, wahai adikku tersayang." balas Rinto membuat (Y/n) memasang ekspresi ngambek yang lucu.

"Hush, wajah imut sudah tidak terpengaruh pada kakak sekarang." ucap Rinto mantap, "Ini coklatnya." sambung Rinto menunjukkan kotak besar dengan jumlah yang banyak di atas meja yang berada disebelahnya.

"Waaah~ aku mau memakannya sekarang! Ittadakimasu!!" ucap (Y/n) mengambil 1 kotak dan mulai memakan coklatnya.

Tanpa kusadari, tanganku sudah setengah terangkat untuk mengambil 1 kotak coklat. Aku langsung menurunkan tanganku dan mengusap belakang kepalaku.

'Damn... kebiasaan sejak kecil jika Rinto datang berkunjung dan membawa coklat...'

'Pantas saja wajahmu berubah menjadi wajah senang saat Rinto menunjukkan coklat itu.'

"Ada apa, Shuu-kun? Biasanya kau langsung mengambil 1 sepertiku." tanya (Y/n).

"U-uuh, aku tidak ingin terlihat tidak sopan jika langsung mengambil coklat itu."

"Apa yang kau bicarakan, Shuu? Ambil saja, ini untuk kalian semua! Untuk Karma juga, lho..." jelas Rinto.

'Tunggu apa lagi? Ambil 1 BAKAbane!'

'Aku tidak suka coklat! Aku suka strawberry!!'

'Makan 1 tidak akan membunuhmu, kan?'

'Tentu saja akan membunuhku!!'

'Dasar lebay...'

'Apa kau bilang!?'

"Nee Karma, Shuu. Bisa kalian ikut aku sebentar?" pinta Rinto.

Aku dan Karma hanya saling pandang lalu mengangguk.

***

"Jawab dengan jujur. Kalian bertukar tubuh satu sama lain, kan?"

Aku dan Karma hanya bisa memasang ekspresi tak percaya dan kagum.

"Aku tau ini terdengar aneh. Tapi sejak kuperhatikan dari asrama sekolah tadi, kalian terlihat seperti orang lain. Aku ingin memastikannya dan aku menjadi yakin saat aku menawarkan coklat inggris pada kalian. Tak peduli lingkungan sekitar, (Y/n) dan Shuu pasti langsung senang saat mendengar coklat inggris dan aku melihat ekspresi senang itu justru muncul di wajah Karma. Aku juga tau saat Shuu tidak mengenaliku pertama kali dan Karma yang seharusnya tidak mengenalku justru meberikan death glare pada Shuu." jelas Rinto panjang.

...

...

...

...

...

"Rinto-sama anda jenius...!" ucap kami serempak sambil bertepuk tangan.

"Aku serius." sahut Rinto dengan wajah datar dan dia sangat menyeramkan. Σ( ° △ °|||)︴

"Kami serius, Rinto!" sahutku cepat, "Kami justru mengira kalau kau akan mengatakan bahwa hal seperti ini tidak akan terjadi."

"Ya, kami begitu kesulitan bertingkah seperti satu sama lain." sahut Karma.

"Bagus, karena kalian tidak akan bisa membohongiku." balas Rinto mantap, "Ayo kembali."

Kami berdua hanya mengangguk lalu saat aku ingin melangkah...

"Oh, satu lagi." ucapan Rinto itu membuatku menghentikan langkahku.

"Ada apa, Rinto?" tanya Karma.

"Jika kalian tidak bisa menjelaskan situasi ini pada (Y/n), maka beritahu (Y/n) bahwa tingkah aneh kalian ini bukan karena kepindahan (Y/n)." jawab Rinto.

"...aku tidak mengerti." ucapku.

"Aku melihat ekspresi sedih (Y/n) saat memasuki asrama sekolah tadi. Dan kuhubungkan dengan situasi kalian, maka aku yakin (Y/n) sedih karena dia berpikir kalian bertingkah aneh semenjak dia pindah kemari dan dia sedih karenanya." jelas Rinto tersenyum sedih, "Dia sangat antusias saat pindah sekolah dimana ada kalian disana."

Aku dan Karma hanya diam mendengar penjelasan Rinto.

"Hanya itu, ayo kembali." ajak Rinto.

***

"Kalian bertiga pergi kemana tadi?" tanya (Y/n) dengan coklat berada di tangan kanannya pada kami yang baru kembali.

"Oh, hanya jalan-jalan." jawab Rinto.

"...begitu?" sahut (Y/n).

"(Y/n)..." panggil Karma.

"Ada apa, Shuu-kun?"

"Apapun yang kau pikirkan, tingkah aneh kami bukan karena kau, ok?" jelasku.

(Y/n) berkedip beberapa kali lalu tersenyum senang.

"Benarkah? Syukurlah..." ucap (Y/n).

Melihat senyum polos (Y/n) membuat wajahku merona dan terasa panas.

"Yush...!! Ayo berpesta!!" teriak Rinto bersemangat.

"Ayo!!"

(Ring! Ring! Ring!)

Suasana menjadi sunyi saat mendengar iPhone (Y/n) berdering. (Y/n) membaca siapa yang menelponnya lalu dia tersenyum lebar. (Y/n) lalu menjawab panggilan itu.

"Halo? Ya, ayah dan kakak ada disini. Huh? ...oh, ada Karma dan Shuu. Eh? Benarkah? Baiklah. Bye~" lalu (Y/n) menutup panggilan itu.

"Siapa, (Y/n)?" taya Mr.(L/n).

(Y/n) hanya tersenyum lebar, "Ibu."

Seketika suasana menjadi sunyi, perlahan wajah Mr.(L/n) dan Rinto memucat.

"A-a-apa yang ibu katakan?" tanya Rinto.

"Ooh, tidak banyak. Ibu bertanya apakah kalian ada disini. Ibu juga bertanya siapa lagi yang ada disana. Saat mendengar kalian berempat bersama, ibu langsung berkata kalau dia akan 'berkunjung' kesini." jawab (Y/n) lalu tertawa kecil, "Dan ibu akan datang dalam waktu 6 jam 48 menit dan 10 detik dari sekarang dengan menggunakan pesawat pribadi dari Jerman."

Baru kali ini aku melihat wajah seceria Rinto dan Mr.(L/n) memucat denga cepat dan ekspresi senang mereka berubah menjadi ekspresi horor.

***

Yaaay, 2 sosok sudah diketahui tapi justru muncul pertanyaan baru: kenapa reaksi reader-chan dan Mr.(L/n)-Rintarou berbeda jauh?

Oh, mengenai Rintarou, author sengaja sudah memberi nama kakak reader-chan agar tidak terlalu membingungkan author sendiri ╮(╯▽╰)╭

Kritik dan saran yang membangun akan sangat diterima~

Bye~

-Rain

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top