Bab XXXXVI : Waktu Berdua

Saat ini, Jihyo berada di basecamp. Sebenarnya, ini karena Jungkook yang datang begitu pagi ke rumah dan mengajak joging. Lalu, masih dengan keadaan berkeringat, Jungkook membawanya ke basecamp dengan menaiki motor dengan alasan mereka mencari sarapan. Akan tetapi, Jihyo tidak menyangka jika mencari makan hingga di basecamp.

"Basecamp sepi sekali ternyata kalau pagi seperti ini," ucap Jihyo yang membuka percakapan. Itu bersamaan dengan Jungkook yang membuka pintu basecamp. Hawanya begitu dingin.

"Biasanya tidak seperti ini. Namun, ya, waktu terus berlalu. Perlahan, satu persatu anggota akan pergi, mencari jati dirinya," kata Jungkook membalas yang terus menarik langkah. Jihyo mengekori hingga mereka memasuki lift.

Jihyo mengangguk setuju. Ia paham akan maksud Jungkook. "Jadi, bagaimana jika kau sudah ke Las Vegas nanti? Bukankah akan sulit mengawasi dari kejauhan?" Seraya melirik Jungkook yang tengah bertumpu tangan, mereka saling berhadapan.

Menurut Jungkook, Jihyo adalah pemandangan yang begitu indah dan menakjubkan. Apa lagi dengan beberapa sisi rambut yang tampak basah, terlihat begitu seksi.

"Jung, aku bertanya," ucap Jihyo yang agak jengah ketika Jungkook hanya memandangnya seperti ingin memangsa, tidak terasa, pintu lift terbuka, membawa mereka ke lantai atas.

"Iya, aku dengar, Baby. Jimmy yang akan mengambil alih dan tidak akan seaktif sekarang. Black Dragon hanya akan menjadi tempat persinggahan dan itu sudah menjadi resiko. Kami, pihak lelaki, akan disibukkan dengan menyusun masa depan. Kau bisa lihat sendiri bukan, anggota Black Dragon bukan dari kalangan biasa. Mereka memiliki peran di keluarganya," jelas Jungkook yang terus melangkah ke dapur.

Jihyo mencerna perkataan Jungkook. Tidak menampik Itulah kenyataan yang ada. Semua anggota Black Dragon itu memang anak konglemerat. Makanya, tidak heran mereka memiliki basecamp semewah ini.

"Pantas saja. Aku jadi penasaran, bagaimana bisa kalian semua bertemu dan membentuk sekutu." Dengan sebelah alis terangkat dan Jihyo menopang dagu menggunakan kedua tangan di sebuah meja panjang yang menjadi batas dengan dapur.

Sementara Jungkook sibuk membuka lemari pendingin dan mengambil beberapa bahan yang memang tidak pernah absen ada di sana. "Sederhana saja. Aku bertemu dengan Jimmy pertama kali ketika dia kecelakaan, lalu tidak sengaja kita bertemu lagi saat aku di Universe School. Jimmy memiliki banyak koneksi di Seoul dan aku memanfaatkannya," kata Jungkook singkat.

Jihyo mengangguk paham. Ternyata, pemikiran Jungkook memang luar biasa dan tidak bisa ditebak. Saat ini, melihat Jungkook yang seperti ingin memasak sesuai, membuat Jihyo mendekat dengan amatan bingung pada beberapa bahan yang asing, mungkin karena bahan premium.

"Ingin memasak apa kalau begitu? Aku akan membantu dan memaksa kali ini," kata Jihyo sembari berpangku tangan. Jungkook menoleh, kemudian langsung berhadapan dengan Jihyo--membuat mereka cukup dekat ditambah Jungkook yang menundukkan kepala. Mengingat, Jihyo hanya setinggi pundaknya.

"Kau ini, seharusnya tidak perlu. Akan aku--"

Jihyo berhasil menghentikan perkataan Jungkook yang ingin terus berujar. "Jung, aku akan bantu. Aku tidak apa-apa. Tidak akan lecet atau terluka. Kau'kan ada. Sudah, mau membuat apa dan apa yang harus aku lakukan?" tanya Jihyo yang mulai mengambil pisau. Memang agak aneh, ia saja heran kenapa mengambil benda itu dari sekian banyak objek yang ada.

Jungkook tertawa renyah di buatnya. "Baiklah, Baby. Kita akan membuat dakjuk. Kau tahu?"

"Tentu saja. Aku asli Korea Selatan, lebih tepatnya Busan, masa tidak tahu. Dakjuk itu adalah bubur yang biasa aku buat sih. Memang cocok untuk pagi ini. Baiklah, aku akan memotong ini dan ini." Tanpa membiarkan Jungkook mengeluarkan balasannya, lekas Jihyo mengeksekusi bahan-bahan yang ada. Sementara Jungkook juga melakukan hal yang sama, ia mengambil panci yang telah ia isi beras, kemudian membersihkannya dan menaruh di atas kompor.

Keduanya tampak begitu kompak. Hanya saja, tidak berlangsung lama ketika Jihyo tidak saja membuat jari telunjuknya terluka. Mengeluarkan darah, membuat Jihyo lekas menjauhkan pisau itu dari dirinya dan meringis kesakitan.

"Ada apa?" Jungkook berlari mendekat. Kedua matanya dibuat membulat atas pemandangan tiba-tiba yang ia dapat. "Astaga, hati-hati."

Buru-buru, Jungkook meraih jari telunjuk Jihyo dan memasukkanya ke dalam rongga mulut, mengisap hingga membuat Jihyo meringis untuk menghentikan pendarahan sementara, lalu menuntun ke wastafel untuk mencuci tangan Jihyo agar lebih steril lagi. Beruntung, darah itu terlalu banyak keluar, tetapi Jihyo merasakan satu hal, Jungkook kini berkacak pinggang dan mengamatinya dengan tatapan sedikit tajam.

Jihyo jadi canggung sendiri. Ia saja bahkan mengusap leher untuk melampiaskan rasa tidak enaknya seraya mengeluarkan kekehan. "Itu tadi, tidak sengaja. Aku sudah baik-baik saja."

Cukup lama Jungkook hanya memandang, ia menghela napas. Kepalanya sontak menggeleng. ''Tunggu sarapannya saja, ya. Ini tidak akan lama dan jangan keras kepala dulu. Nanti, bisa habis tanganmu. Sudah lapar'kan?"

"Tapi, Jung ...." Dan akhirnya, Jihyo memilih mengalah ketika Jungkook menatapnya begitu lekat, tidak bisa Jihyo tolak.

Alhasil, Jihyo kini menopang kepala dengan kedua tangan. Mengamati begitu seksama sang kekasih yang begitu lihai dalam memasak. Rasanya, Jihyo jadi tenang jika memiliki pasangan yang pandai dalam hal kecil seperti ini. Namun, satu hal yang tidak bisa Jihyo lewatkan, Jungkook tampak begitu seksi. Jihyo bisa melihat lekukan tubuh Jungkook dibalik kaos polos berwarna putih.

Sial, ia merasa dirinya tidak waras jika terus mengamati Jungkook begitu lama.

***

Sarapan dakjuk begitu nikmat di pagi hari. Dengan berbagai toping yang Jungkook taruh, semakin menambah cita rasa dan kenyataannya memang begitu lezat. Apakah ada bahan lain yang Jungkook gunakan? Jihyo jadi penasaran saja.

Bayangkan saja, Jihyo sampai menambah seporsi lagi dan kini merasa mengantuk saja setelah tetek bengek soal dapur dan perut terealisasikan dengan baik. Saat ini, Jihyo duduk di sofa seraya menyaksikan siaran televisi yang menayangkan kartun--siaran acak dan Jihyo memilihnya.

Akan tetapi, Jihyo tidak menikmati siaran itu karena yang ia lakukan malah terpejam. Hanya beberapa saat, karena setelahnya, ia merasakan  sesuatu yang mejanggal di paha. Lekas, Jihyo memeriksa dan itu adalah kepala Jungkook yang memejamkan mata, menjadikan pahanya sebagai bantalan.

Napas Jihyo tercekat dibuatnya. "Jung, kau baik-baik saja?" katanya seraya mengusap rambut sang empu dengan pelan. Ia bisa melihat wajah teduh dan tenang Jungkook ketika menunduk.

"Aku baik-baik saja, Baby. Biarkan sebentar seperti ini sebelum kita kembali. Istirahatlah ...," katanya dengan lembut, matanya masih terpejam. Benar, Jungkook ingin tertidur untuk beberapa waktu ke depan dan dengan suka rela, Jihyo menidurkan--ia terus mengusap dan menepuk amat pelan kepala Jungkook.

Namun, Jihyo tidak bisa tertidur. Terlintas ingin berujar, terserah Jungkook ingin merespon atau tidak. "Jung, aku ingin bertanya." Dan Jungkook terdengar berdeham, walau begitu halus. Itu pertanda Jungkook akan menjawab jika kesadarannya belum sepenuhnya habis.

"Kenapa kau kukuh lanjut di Las Vegas? Menurutku, Hanyang University memiliki jurusan otomotif. Aku hanya penasaran," katanya seraya mencoba memikirkan jawaban Jungkook, tetapi tidak ia dapat. Jihyo penasaran, ketika Jungkook saja memilih kabur ke Seoul. Bukankah aneh?

Masih dengan mata terpejam, Jungkook pertama-tama berdeham . "Las Vegas memiliki apa yang kubutuhkan. Selain karena fasilitas yang ada, Las Vegas menjangkau banyak industri. Ya, aku akan mengembangkan apa yang kuinginkan sembari mengejar gelar. Sebenarnya, gelar bagiku tidak penting. Akan tetapi, ibu akan terkena serangan jantung jika aku tidak kuliah." Jungkook menjelaskan seraya matanya terbuka dengan pelan dan menangkap kedua mata bulat itu yang begitu indah.

Jihyo mengerjap. Masih agak bingung dengan perkataan Jungkook. "Maksudnya, membangun bisnis? Perusahaan otomotif?"

Kepala Jungkook mengangguk dengan senyum lebar. Jarinya dengan jahil memegang pipi Jihyo--ia mengusapnya dengan pelan. "Ya, aku sudah memikirkannya dengan matang. Akan tetapi, saat ini, aku menyibukkan diri dengan bekerja di salah satu Perusahaan Otomotif terkenal di Las Vegas. Secara work from home sebagai staf bagian perencanaan dan juga, melakukan banyak investasi di industri otomotif dan teknologi. Aku memang rakus, ingin memperluas relasiku, karena setelah lulus, aku akan langsung terjun, Baby," jelas Jungkook.

Satu hal yang Jihyo pikirkan saat ini, Jungkook ternyata sangat keren, kritis dan terencana. Dia bahkan sudah berpikir sejauh itu. Selain mendapatkan uang saku, Jungkook ternyata memiliki penghasilan sendiri dari berbagai perusahaan yang ada. Tidak heran dia tidak pusing soal uang. Bekerja di perusahaan otomotif, bisa menghasilkan banyak won.

"Makanya, aku tetap di Las Vegas. Di Seoul, masih agak sulit untuk memulai. Mungkin, aku akan membuka cabang saja di sini. Imajinasiku memang seperti itu. Apa masih ada pertanyaan?"

Dengan cepat, Jihyo menggelengkan kepala. "Tidak, kau tidur saja. Maaf karena mengganggumu, Jung," ucap Jihyo dengan nada tidak enak. Kembali mengusap kepala Jihyo dan memberikan kecupan di kening.

"Kau sudah bekerja begitu keras. Jangan menyiksa diri, ya dan aku mencintaimu." Dengan kedua pipi yang memerah. Jungkook pun sedikit terkejut dibuatnya, tetapi ia mencoba tenang.

Kekasihnya, begitu menggemaskan.

"Aku juga mencintaimu. Sangat mencintaimu, Nyonya Garfield."

Hola, aku update ~~

Ini agak pendek sih menurut, gpp lah, bsk² kan bisa dipanjangin. Sepanjang milik Jungkook untuk Jihyo, cinta maksudnya.

Aduh, nggak kerasa sih ini mau tamat😳

See u guys🦋

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top