Bab XXXX : Tidak Mundur
Suasana begitu sengit antara Zea dan Jungkook. Sehingga mereka meninggalkan Zea di kantor kepolisian dan menunggu tahap selanjutnya. Kabar mengenai Zealany Garfield--salah satu keturunan Garfield menyebar begitu saja dan menjadi topik pembicaraan hangat.
Saat di sekolah pun, Jihyo langsung menjadi pusat perhatian dan ia berusaha untuk terlihat baik-baik saja. Lagi pula, tidak ada yang ia lakukan. Ia hanya ingin mendapatkan haknya.
"Yang kalian lakukan itu sudah benar. Jungkook memang sangat gentle, Ji! Dia pahlawan!" ucap Hyena berseru, saat ini mereka berjalan beriringan menuju kantin.
Jihyo hanya tersenyum tipis. "Entahlah, aku hanya mengikuti naluriku."
Hyena pun mengangguk. Seraya ia mengamati sekitar. Ia mencari tempat duduk yang kosong. Akan tetapi, kedua matanya tidak sengaja melihat Alexio melambai. Bibirnya mencibir karena itu.
"Sialan sekali dia, Ji! Kita ke tempat lain saja. Kita .... Jihyo! Apa yang kau lakukan?" Hyena berujar dengan heran ketika Jihyo menarik pergelangan tangannya. Jihyo membawa dirinya mendekat ke arah kumpulan lelaki yang Hyena hindari. Tidak, maksudnya, ia menghindari Alexio yang sangat menyebalkan.
"Selamat siang, Kak Hyena manis," ucap Alexio dengan senyum lebar. Jimmy yang melihat kelakuan Alexio, serasa ingin muntah. Rasanya jijik melihat sisi buaya Alexio yang sangat aneh.
Hyena memilih mundur, berada di belakang Jihyo yang tampak tidak peduli. Bahkan, Jihyo langsung duduk di samping Jungkook yang mengamatinya dengan senyum lebar, pun memberikan usapan hangat di rambutnya. "Ingin memesan apa? Belum makan'kan?"
Agak ragu, Jihyo mengangguk. Sehingga membuat Jungkook bersiap untuk memesan. Hyena di sisi Jihyo tampak mendelik. Bagaimana tidak? Bangku kursi yang kosong sudah tidak ada lagi. Jihyo tepat berada di ujung dan sisi kosong hanya ada di samping Alexio yang mengusap bangku dengan kedua alis terangkat.
"Ih, menyebalkan sekali!" umpatnya, tetapi Hyena terpaksa melakukannya. Ia butuh untuk duduk dan akan menggampar Alexio jika membuat suasana hatinya semakin buruk.
Di dalam meja itu, Ryu yang sejak tadi memainkan sumpit di mangkok jjampong, sontak menoleh pada Jungkook dan Jihyo yang teramat santai dan tenang--seolah tidak ada yang perlu dikhawatirkan. Jika bukan berita di forum, mereka pasti tidak tahu apa-apa.
Sebelah alis Ryu pun terangkat. "Jadi, bagaimana tahap selanjutnya? Tetapi sebelumnya, aku turut sedih melihat berita itu. Sangat di sayangkan sekali," ucap Ryu yang membuka pembicaraan.
Jihyo belum menjawab. Terlebih dahulu menoleh pada Jungkook yang langsung menghela napas. "Masih proses pemeriksaan. Sepulang sekolah, aku dan Jihyo akan ke sana bersama dengan pengacara," balas Jungkook sewajarnya.
Ryu mengangguk paham. Sudah seharusnya seperti itu. Alexio pun tampak memainkan jarinya di atas meja--membuat senandung sederhana. "Bukankah ini akhir dari kesenangan Zea? Maksudku, penjara! Dia bisa mendapat tuntutan yang lebih. Pasalnya berlapis. Untung dia sudah memiliki SIM dan tidak dalam keadaan mabuk," sahut Alexio.
Jay mengamati teman-temannya lalu menghela napas. "Dia pasti dikeluarkan di sekolah dan tidak mendapat izin untuk ujian."
Alhasil, Alexio langsung memberikan amatan pada Jay yang sibuk dengan minuman iced lemonade dan game di ponsel. "Sok tahu, dia seorang Garfield. Bagaimana bisa?"
Jay hanya mengedikkan bahu. "Lihat saja nanti. Itu menurutku dan sepenuhnya tidak salah. Kita lihat akhirnya saja," jawabnya lagi.
"Jay betul. Akan tetapi, jika di negaranya mungkin bisa saja. Namun, jika di Korea Selatan atau beberapa negara mungkin akan menolak untuk menerima Zea ujian. Lagipula, hei, jika ia akan di penjara, bagaimana mau ujian? Jelas dia akan tertinggal dan tidak mendapatkan sertifikat tamat sekolah atau ijazah. Wah, sangat di sayangkan dengan tindakannya," balas Hyena seraya menggelengkan kepala.
Alexio lantas membiarkan lengannya berada di pundak Hyena. "Kau benar sekali, kau--sakit, Hyena!" Seraya Alexio menggosok bekas gigitan Hyena. Rasanya sangat sakit. Apalagi itu dari gigi taring Hyena--benar-benar menyebalkan. Terlebih, ketika Hyena hanya memalingkan wajah.
Jihyo mengamati interaksi itu dengan senyum tipis. Perkataan yang terdengar pun tidak ada yang salah. Menurut Jihyo, itu semua adalah konsekuensi atas perbuatan menyeleneh Zea. Bahkan, hukuman seperti itu tidak bisa membuat ayahnya hidup kembali. Malang sekali nasibnya. Bahkan, rasa empati Jihyo sudah hilang. Pikirnya, langkah ia dengan Jungkook ambil sudah benar. Mereka sisa konsisten dan kuat untuk ke depannya. Jelas, akan banyak cerita yang akan berjalan di depan.
***
Seperti yang Jungkook katakan sebelumnya, mereka kembali mengunjungi Kantor Kepolisian. Kali ini, Jungkook tidak sendirian. Ia telah bersama bersama pengacara andal di Korea Selatan. Bukan hal sulit untuk melakukannya, apalagi jika Aaron'lah yang turun tangan. Hanya saja, kakaknya itu tidak bisa ke Seoul karena beberapa hal yang tidak bisa ditinggalkan.
Astaga, Jungkook bahkan belum menerima kabar apapun. Terlebih dari sang ibu yang pasti sangat syok. Mengingat, Zea adalah anak kesayangan Garfield. Hanya saja, Jungkook mencoba untuk berpikir positif. Sudah pasti, ayahnya bisa mengendalikan beberapa kondisi yang ada di sana. Akan tetapi, Jungkook pada dasarnya tidak bisa mengontrol kondisi yang tiba-tiba terjadi di depan mata.
Seorang pria dengan sorot mata tajam penuh amarah, melangkah dan langsung melayangkan pukulan pada wajah tampan Jungkook--hingga memperlihatkan sebuah lukisan di sekitar bibir dengan tetesan darah. Jungkook tidak bisa membalas, semuanya seperti ilusi ketika Paman Winter dan River ada di depan mata.
"Jack, kau sangat mengecewakan kami! Apa yang kau lakukan menghancurkan kehidupan adikku, Jack! Kau ...."
"River, hentikan kekacauan yang kau lakukan! Jangan gegabah. Kita ada di depan kantor kepolisian," balas seorang pria yang mulai menua--menahan pria yang seumuran dengan Aaron--Kakaknya yang hendak kembali melayangkan pukulan telak.
"Persetanan dengan kantor kepolisian, aku tidak peduli, Ayah! Zea sekarang pasti merasa hancur karena bajingan sialan ini," ucap River, ingin kembali melampiaskan amarahnya, tetapi Winter menahan. Bahkan, memberikan tatapan tajam pada putranya agar bisa mengerti.
Jihyo yang ikut terkejut, mencoba membantu Jungkook bangkit. "Jung, bibirmu ...." Rasanya sesak untuk melanjutkan ucapannya. Terlebih, Jungkook hanya tersenyum tipis dan menggelengkan kepala.
"Aku tidak apa-apa. Santai," ucapnya dengan tenang.
Pengacara Jungkook langsung menatap Winter dan River dengan senyum tipis. "Perbuatan anda bisa memperberat kasus Nona Zealany. Jadi, mohon kerja samanya."
Mendengar itu, River semakin kesal. "Tutup mulutmu!" Dan sekuat tenaga, Winter menahan amarah putranya yang ingin meledak. Rasanya, Winter juga seperti dengan River. Hanya saja, ia mencoba untuk tidak terbawa suasana, demi kebaikan bersama.
Perlahan, Winter menarik langkah untuk mendekat ke arah Jungkook dan Jihyo yang kini bangkit. Mereka saling menatap dan tatapan Winter turun pada Jihyo. Sebelah alisnya dibuat terangkat. "Aku tahu, putriku, Zea melakukan kesalahan yang sangat fatal. Akan tetapi, aku berharap kesalahan itu bisa membuka sebuah jalan mengenai hal yang harus kulakukan agar putriku tidak mendekam di dalam sana. Banyak hal buruk yang akan terjadi jika kasus ini berlanjut. Jadi, Nona Shin Jihyo--"
"Paman, berhenti merecokinya. Kasus ini sudah ditangani dan akan terus berlanjut," kata Jungkook dengan tatapan tajam seraya meringis kesakitan akibat tonjokan dari River.
Winter tersenyum tipis, menoleh pada Jungkook. "Aku tidak berbincang denganmu, Jack." Lalu Winter kembali mengamati Jihyo yang merasa gemetar akibat tatapan itu. "Nona Shin Jihyo, akan kuberi apapun soal materi jika kau menarik gugatanmu terhadap putriku," kata Winter yang melanjutkan perkataannya.
Jihyo dibuat mengerjapkan mata. Ia merasa terintimidasi dengan tatapan itu dan tampak Jungkook yang menggenggam jemarinya begitu kuat sembari menggelengkan kepala.
"Jihyo, kau tidak memiliki kuasa apapun. Jangan sampai kasus ini berbalik padamu. Aku akan melakukan apapun untuk putriku. Kau harus tahu itu," kata Winter lagi.
Jihyo memejamkan mata. Napasnya terasa tercekat, suara-suara halus terdengar--menyuruh berhenti dan tetap lanjut. Ia mati karena itu, akan tetapi, bayangan rekaman itu kembali mengisi benaknya. Sangat menyayat hati Jihyo. Jelas, ia tidak bisa melihat penderitaan Ayahnya. Sehingga, membuat ia lantas membuka mata dengan perlahan. Lalu, mengamati ayah Zea dengan lekat--berusaha untuk tetap tenang.
"Terima kasih atas tawaran anda, Tuan. Akan tetapi, saya akan tetap memperjuangkan hak ayah saya yang telah direnggut. Saya sudah memaafkan Zea, tetapi Zea harus paham dan menebus kesalahannya. Anda bisa berkata seperti itu karena anda punya kuasa dan tidak berada di posisi saya," kata Jihyo dengan jelas--membuat Jungkook tersenyum lebar.
Winter mengangguk. "Baiklah. Kita lihat nanti." Lantas, ia melenggang meninggalkan Jihyo, Jungkook dan sang pengacara. Winter bersama River memilih masuk ke dalam kantor kepolisian, mengingat mereka harus menyelesaikan banyak hal.
Jihyo pun menghela napas kasar karena itu. Ingin sekali menangis, tetapi ia menahan. Mencoba untuk tenang.
"Jung, semuanya akan baik-baik saja, bukan?" tanya Jihyo.
Jungkook ingin berujar, terhenti ketika ponselnya bergetar. Aaron ternyata tengah mengirimkan pesan. Terlebih dahulu, jemarinya membuka pesan tersebut dan ia sontak terdiam dengan satu sudut bibir terangkat karenanya.
[Aaron]: Aku minta maaf, aku tidak bisa ke Seoul. Ayah memberikan semua pekerjaan kepadaku. Sial, ayah juga melimpahkan pekerjaan ibu. Mengingat, mereka mengambil cuti selama seminggu untuk ke Seoul. Kurasa, mereka telah sampai. Seharusnya begitu.
"Jung ...."
Amatan Jungkook langsung teralihkan, pun ia merengkuh tubuh Jihyo dalam dekapannya. Disela itu, ia mengangguk. "Ya, semuanya akan baik-baik saja."
Hola, aku update ~~
Semoga nggak gaje~~
See u guys🦋
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top