Bab XXXVI : War!
Sampai hari ini, Jungkook tidak ada kabar. Anggota Black Dragon, terutama Jimmy dibuat kelimpungan. Ia sulit untuk mengarahkan, tetapi harus bergerak cepat tatkala mendapati Jhon yang saat ini sekarat di rumah sakit. Apa yang dituai, jelas harus menerima akibatnya. Itulah yang Black Dragon pegang ketika musuh mengusik mereka.
Jihyo sendiri pun tidak tahu harus membantu seperti apa. Jungkook tidak memberikan kabar barang sekali saja, bertanya soal dirinya baik-baik saja atau tidak pun, Jungkook tidak lakukan. Awalnya, Jihyo ingin marah dan memukul Jungkook, tetapi mendengar terus terang Alexio, urung ia lakukan.
Malahan, rasa khawatir Jihyo kini begitu dalam. Walau Jungkook tangguh dan perkasa, tetap saja Jungkook adalah manusia biasa. "Kau di mana, Jung? Kembalilah, aku tidak akan marah, serius!" kata Jihyo dalam hati menapaki lantai berbatuan menuju perpustakaan sebelum memasuki kelas.
Jihyo mendapat perintah dari Miss Chu melalui forum untuk mengambil tumpukan buku tugas yang ada di sana. Walau melelahkan, Jihyo melakukannya hingga tidak sengaja berpapasan dengan Zea yang menatapnya dengan tatapan kosong--tidak terlihat senyum di wajah cantik itu.
Langkah kaki Jihyo lantas berhenti. Ia mengingat kejadian kemarin. Walau sepenuhnya buka kesalahannya, ia tetap harus meminta maaf. Alhasil, ia menarik langkah untuk mendekat seraya mengulurkan tangan. "Aku minta maaf. Aku tidak sengaja melakukannya. Aku memang payah dalam olahraga, imun-ku cepat sekali menurun dan baru sempat menemuimu setelah apa yang terjadi," ucapnya dengan tulus. Semenyebalkan apapun Zea, ia tetap dengan lapang dada mengatakannya.
Zea tampak menatap begitu lekat ke arah Jihyo. Senyum kembali terbit begitu saja dengan uluran tangannya yang dibalas. "Tentu, aku memaklumi dan kau pasti lupa karena sedang bersama dengan Jungkook dan menghabiskan waktu bersama."
Namun, Jihyo dengan cepat menggelengkan kepala. "Setelah membawamu ke Unit Kesehatan, Jungkook tidak lagi menampakkan diri sampai saat ini. Kami belum bertemu dan para Geng Black Dragon dibuat kewalahan, mereka membutuhkan Jungkook. Walau aku malas mengatakan ini kepadamu, tetapi katakanlah jika kau melihat Jungkook. Aku permisi dulu," kata Jihyo dengan jelas dan panjang lebar, kemudian melenggang begitu saja menuju tempat yang seharusnya.
Zea yang mendengar perkataan Jihyo, membuat kedua bibirnya mengatup rapat dan kepalanya yang berkelana ke mana-mana. Entah bagaimana terjadi, jelas ini adalah kabar buruk. Jungkook menghilang?!
***
Jihyo dan Alexio kembali pulang bersama. Namun, kali ini mereka pulang begitu cepat, karena adanya pengumuman dari sekolah mengenai sekolah yang akan mengadakan Workshop bagi para guru yang ada, padahal waktu yang bahkan baru ingin memasuki jam istirahat.
Ini sebenarnya berita tidak baik. Mengingat, Jihyo tidak memiliki kesibukan apapun dikala jam seperti itu. Alhasil, ia memilih ke Kafe dan Alexio kembali mengantar. Masalah pertemuan antar anggota Black Dragon, akan diadakan nanti malam, sehingga masih banyak waktu yang tersisa. Dan soal Jungkook, Jihyo benar-benar dibuat frustrasi! Jungkook sangatlah menyebalkan dengan kepribadian seperti ini. Sisi kedewasaan yang Jungkook munculkan sebelumnya, perlahan lenyap.
Jihyo hanya bisa berharap semuanya akan baik-baik saja. Namun nyatanya, itu harus ditelan habis-habisan ketika Alexio harus berhenti ketika ponselnya terus bernyanyi--mengalun pertanda seseorang ingin berbicara dan terjadi dua kali. Dengan malas, Jihyo melihat Alexio menekan ikon hijau, bersiap berbicara dengan Jimmy yang ternyata menjadi dalang mereka harus berhenti di pinggir jalan.
"Jim, ada apa? Aku harus mengantar Jihyo ke Kafe Ryu--"
"Cepat kau ke sini, Alex! Masalah tambah serius dan mendadak, Hanlim dikepung oleh Wolves Geng! Pergilah ke lapangan kosong, sebelah barat Puncak Hui! Aku, Jay dan sekitar lima anggota berada di sini. Cepatlah!" Lalu panggilan dimatikan sepihak oleh Jimmy. Alexio kesal dibuatnya.
Dengan ekspresi campur aduk, menoleh ke arah Jihyo yang kebingungan. "Ji, aku akan mengantarmu ke Kafe dulu. Ada masalah buruk, Wolves Geng kembali menyerang salah satu anggota dan beberapa anggota sudah berada di sana. Aku--"
"Aku ingin ikut!" ucap Jihyo berseru. Kepalanya mengangguk mantap.
Akan tetapi, Alexio sudah memikirkan banyak konsekuensi. Terlalu bahaya, ceritanya beda lagi jika Jihyo nantinya tidak akan baik-baik saja. Pada dasarnya, Alexio masih sayang dengan nyawanya. "Tidak, jangan keras kepala! Bahaya sedang berada di depan mata, Ji!"
"Tetapi aku bisa menjaga diriku. Aku mohon, aku ingin ikut!" ucap Jihyo yang spontan mengikuti nalurinya. Ia tahu bahaya sedang ada di depan mata, tetapi satu titik dalam dirinya merasa tidak nyaman jika tidak ikut terlibat. Dan tentu saja, Alexio sebal dengan keras kepala Jihyo. Bahkan ketika Alexio kalah dan berakhir membuat Jihyo ikut bersamanya.
"Kau tidak boleh jauh-jauh dari diriku, Ji! Aku takut mendapat amukan Jungkook kalau dia tahu!" ucap Alexio seraya mulai melajukan motor ketika mereka telah bersiap.
Jihyo mengangguk. "Tenang saja. Dia tidak akan tahu!"
Lantas, mereka melenggang ketempat yang dimaksud oleh Jimmy. Tidak terlalu jauh dari area yang telah mereka lewati menuju Kafe milik Ryu. Apalagi, Alexio saat ini kesetanan dalam mengendarai motor--membuat Jihyo rasanya ingin menggantikan Alexio walau ia tidak pandai menggunakannya.
Akan tetapi, jika membiarkan, nyawanya terasa terombang-ambing. Namun, pada dasarnya Jihyo tidak bisa berbuat banyak hingga pasrah akan apa yang terjadi nanti dan nyatanya, mereka tiba di luar perkiraan--lumayan cepat.
Lapangan luas yang masih cukup jauh dari Puncak Hui kini ada di depan mata. Jejeran motor terparkir begitu banyak dan saat ini telah terjadi perkelahian yang membuat Jihyo bergeming--ia mati kutu. Seandainya tahu begini, ia lebih memilih duduk tenang di Kafe saja.
Bayangkan! Di sini begitu banyak anggota musuh ketimbang Black Dragon yang hanya terdapat sekitar sepuluh orang.
"Sial sekali! Seharusnya kau tidak datang, Ji! Ambil ini! Gunakan dan hancurkan musuh yang ada di depan mata," ucap Alexio seraya menyerahkan sebuah besi yang diambil di motornya, entah di mana Alexio menyimpan benda itu.
Belum Jihyo bersuara, sebuah motor mendekat. Itu adalah Ryu dengan ekspresi terkejutnya dan mengintimidasi ke arah Alexio. "Kenapa kau membawa Jihyo ke sini, bodoh!" ucap Ryu yang tidak habis pikir.
Alexio tampak menghela napas. Jelas, ia akan dihujami masalah nantinya. "Dia yang memaksa. Aku tadi ingin mengantarnya ke kafemu Ryu!" jelas Alexio, ia lantas melirik ke arah perkelahian yang terjadi. "Sial, kita harus bergerak cepat! Aku sudah mengirimkan pesan kepada anggota yang lain agar segera menyusul dan berharap Jungkook juga datang."
Jihyo termenung beberapa saat. Keadaan saat ini begitu rumit, tetapi ia berada di sini juga karena keinginannya sendiri. Padahal Alexio sempat memaksa. Jelas, Jihyo tidak akan mundur. Dipegangnya besi dengan kuat lalu mengikuti Alexio dan Ryu yang berjalan terlebih dahulu setelah perdebatan panjang dan melihat para anggota Black Dragon yang kewalahan.
Black Dragon kalah jumlah pasukan, tetapi satu hal yang membuat Jihyo kagum ketika mereka bisa membantai Wolves Geng. Walau mereka dihadapkan dengan beberapa anggota yang cukup tangguh.
Jihyo bisa merasakan aura keberingasan ketika Ryu sudah mengeluarkan ilmu bela dirinya dan begitu pun dengan Alexio yang tidak terlalu jauh dari keberadaannya--sesuai yang telah disepakati.
"Wah, ada seorang gadis! Kau seharusnya duduk manis, cantik! Atau tidak mau seperti itu, lebih baik membuka dengan lebar selangkangmu! Aku dengan suka rela membawamu keranjang hangatku!" ucap seorang lelaki dengan rambut pirang sebahu, membuat Jihyo bergedik ngeri dan kesal.
"Sialan! Kau harus bertanggungjawab atas mulutmu itu, bajingan menjijikkan!" ucap Jihyo yang tidak bisa menahan amarah, langsung melayangkan tendangan pada perut lelaki asing dan melayangkan besi pada kepalanya. Alhasil, lelaki tersebut meringis kesakitan seraya memegangi kepala.
Alexio yang tidak sengaja melihatnya, sontak mengerjapkan mata. "Wah, muridku memang luar biasa!" ucapnya dengan bangga, lalu kembali pada aktivitasnya--membantai para manusia menjengkelkan.
Para anggota Black Dragon melakukan semaksimal mereka. Memang, beberapa anggota Wolves Geng telah tidak sadarkan diri. Bahkan, hanya menyisakan sekitar empat orang saja dan tidak lupa seorang lelaki yang tidak lain adalah ketua Wolves Geng--Yoshito. Akan tetapi, mereka juga telah kelimpungan dan kelelahan. Jimmy, Jay, Ryu dan Alexio juga dibuat kesakitan. Pasukan mereka tidak cukup, terlebih Jihyo yang telah terluka--lengannya terkena goresan pisau lipat saat mencoba untuk mempertahankan diri.
"Wah, senang melihat kegilaan kalian siang ini! Akan tetapi, kita belum selesai. Wolves Geng masih memiliki banyak kejutan!" ucap lelaki mata sipit itu dengan lidah yang menjulur seperti ular.
Jihyo mencoba menahan kesakitan yang ia rasakan ketika Ryu merobek kemeja sekolahnya dan langsung melilitkan pada lengannya yang terus mengeluarkan darah. "Ah, sial! Alexio, kau harusnya tidak membawa Jihyo ke sini bajingan kecil!" umpat Ryu.
Alexio ingin membela diri, tetapi tertahan ketika anggota Wolves Geng yang lainnya perlahan keluar dari persembunyian mereka. Bahkan, beberapa telah membawa benda sebagai senjata.
Jimmy menggelengkan kepala dengan frustrasi. "Kita kalah telak! Dia ada sekitar lima belas orang tambahan dan gilanya, kita hanya lima orang yang nyaris sekarat," katanya seraya menggelengkan kepala. Ada nada putus asa.
Ryu mendadak tidak bisa berpikir dengan tenang. Semua yang terjadi, begitu tiba-tiba, termasuk kehadiran Jihyo yang ikut serta dan terluka. Otaknya tidak bisa di ajak bekerja sama. "Jadi, apa yang harus kita lakukan--"
"Tunduk di bawah Wolves Geng atau kalian mati hari ini juga! Akan tetapi, opsi kedua lebih baik. Itu sangat mengacu adrenalin dan mengagumkan," kata Yoshito dengan tawa terbahak-bahak.
Jimmy tampak berpikir dengan keras. Sulit untuk membuat keputusan dengan kondisi mengcekam seperti ini. Ia melirik Ryu, Jay, Alexio dan Jihyo lalu menghela napas. "Aku tidak tahu harus berkata apa. Ryu ...."
Alexio menggeleng. "Kita tidak boleh tunduk! Mau ditaruh di mana Black Dragon yang telah dibangun oleh Jungkook--"
"Tetapi Jungkook si pengecut menyebalkan itu meninggalkan kita di masa seperti ini. Kau mau apa? Aku juga tidak tahu, Xio! Dan kesalahanmu dengan membawa gadis ini ke sini, camkan itu!" Sembari mendorong Alexio ketika Jimmy mengcengkeram kerah kemeja Alexio, membuat lelaki itu bungkam.
Jihyo mengamati kesengitan yang tiba-tiba saja terjadi. Kenapa malah seperti ini?
"Aku tidak bisa menunggu! Akan lebih baik memilih opsi kedua. Aku ingin melihat Black Dragon hancur dan membuat Jungkook seperti orang bodoh! Aku akan membunuh kalian semua!" Lalu Yoshito tertawa, diikuti dengan anggotanya. Mereka menikmati wajah tertekan yang ada di depan mata.
"Tarik kata-katamu sebelum akulah yang akan membunuhmu manusia sialan!" Sebuah suara terdengar memekik telinga--terdengar sangat jelas walau suara motor mengudara secara bersama.
Mereka sontak menoleh ke sumber suara. Terdapat puluhan motor yang kini berhenti tidak jauh dari hadapan mereka dengan tatapan buas dan tubuh yang siap untuk berperang. Seseorang yang berada paling depan, sosok yang membuat banyak orang kelimpungan kini ada di depan mata--turun dari motor dengan senyum bagai iblis ingin menghabiskan sumber kekacauan terjadi.
"Ju--jungkook ...." Jihyo berucap lirih. Spontan membuat Jungkook menoleh. Ia melihat kedekatan Jihyo dan Ryu, tetapi matanya lantas melihat sesuatu yang tidak pernah ia bayangkan. Jihyo terluka dengan banyak darah. Alhasil, Jungkook mengamati Yoshito seraya tangan menjejal ke dalam saku celana.
"Kau sudah bosan hidup, ya? Baik, akan kukabulkan permintaanmu dengan suka rela. Jadi, ucapkan selamat tinggal hari ini pada semesta, Yoshito!"
Kita cut dulu ya, sampai jumpa di bab selanjutnya. Hayo, Jungkook udah muncul nih🙂
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top