Bab XXXIV : Sebuah Fakta

Mata pelajaran olahraga sebenarnya tidak Jihyo suka. Mengingat ia akan sangat kelelahan. Akan tetapi, demi keberlangsungan nilai, ia pun tidak bisa berbuat apa-apa selain pasrah berada di deretan tengah dan tengah melakukan pemanasan dengan Mr. Lee menjadi instruksi.

Jihyo sebal. Ketika melirik ke arah Jungkook, ia bisa melihat lelaki itu amat tenang dan santai melakukan pemanasan. Jelas, sekelas Jungkook pasti suka berolahraga--bisa dilihat bagaimana otot-otot tubuhnya yang terbentuk dalam balutan pakaian olahraga--sangat seksi.

Jika suara Mr. Lee tidak menginterupsi, Jihyo akan terus larut akan pesona kekasihnya sendiri.

"Baik, murid-murid sekalian. Kali ini, kita akan bermain basket. Karena hanya ada satu lapangan basket, jadi saya memutuskan, basket akan dimulai dengan tim para gadis. Lalu akan dilanjutkan dengan tim para lelaki. Saya akan menyebutkan nama-nama yang akan memulai permainan kecil ini," ucap Mr. Lee yang membuka pembahasan, semua mengangguk paham.

Dengan cekatan, Jihyo mengingat soal basket waktu itu yang membuat ia dan Jungkook menjalin asrama. Bahkan, Jihyo kembali melirik ke arah Jungkook yang tak jauh dari keberadaannya dan ia mendapat senyum manis--ada tatapan hangat yang Jihyo dapatkan dan dorongan semangat. Atau Jihyo yang berlebihan?

Jihyo mencoba fokus, kembali pada amatan Mr. Lee. Nama-nama yang disebutkan Mr. Lee terdengar sangat jelas. Telinganya menangkap jika ia akan setim dengan Zea--manusia manipulatif yang bahkan dipercaya menjadi kapten. Sedikit menjengkelkan, tetapi demi nilai? Jihyo akan mengusahakannya. Alhasil, mereka yang menanti giliran untuk bermain, berpencar dan berakhir di area pinggir lapangan. Sementara untuk yang main, kini diberi pakaian luar basket agar menjadi pembeda antara rekan dan lawan.

Jemari Jihyo meraih baju itu dari tangan Zea yang tersenyum amat manis kepadanya. "Semangat, Jihyo! Kita pasti menang kali ini," katanya sebagai basa-basi. Jihyo mendengarnya sedikit aneh, tetapi ia mengangguk--membalas gelora semangat yang hendak dibangun oleh Zea selaku kapten.

Alhasil, mereka telah mengambil formasi. Tampak Zea yang berada di depan, berhadapan dengan salah satu teman gadis lainnya, lalu Mr. Lee berada di antara mereka. Mr. Lee memegang bola basket lantas melempar keudara. Hal itu menjadi ajang mereka untuk merebut bola dan Zea berhasil mengambilnya. Lekas ia mengoper ke teman setim.

Permainan amat seru, ditambah sorakan dari para murid yang ada, Hyena pun juga berteriak menyemangati Jihyo ketika mereka tidak setim. Jungkook mengamati apa yang tengah terjadi. Berharap, semuanya akan baik-baik saja dan mendoakan kemenangan kekasihnya. Akan tetapi, untuk sementara waktu, Jungkook harus meninggalkan area lapangan dan menuju toilet.

"Pash Ji!" seru Zea. Dengan susah payah, Jihyo melakukannya dengan napas terengah.

Lemparannya cukup baik. Zea menangkap bola, kemudian melakukan lay-up. Poin pun didapat oleh tim mereka. Permainan awal, cukup menyenangkan. Zea dan Jihyo saling berjabat tangan. Lalu, kembali fokus pada permainan yang ada.

Lemparan demi lemparan kini tercipta begitu cepat. Tim Zea mengungguli. Mereka tampak begitu bersemangat. Akan tetapi, Jihyo sudah kelelahan. Napasnya memburu dirinya, tetapi teman-teman yang lain malah melempar bola pada dirinya dan Zea pasti akan berteriak kepadanya. Jihyo lelah dan mulai sedikit pusing, tetapi bola berada di dekatnya dan ia tidak bisa terlalu lama memegang bola. Akan terjadi pelanggaran dan lawan mendekatinya untuk merebut.

Oleh karena itu, Jihyo dengan seluruh kekuatan yang ada, melempar ke arah Zea yang berada di dekat ring basket--tidak terlalu jauh dari keberadaannya. Lantas, Jihyo terduduk dengan kekuatan yang masih tersisa. Akan tetapi, ia bisa mendengar suara teriakan yang memekik telinga.

"Kepala Zea terkena bola basket!"

"Dia pingsan!"

Jihyo mencoba mengatur napas yang serasa ingin habis dan merasakan keberadaan seseorang. Jihyo mengira itu adalah Jungkook, tetapi ternyata adalah Hyena.

"Kau baik-baik saja?"

"Di mana Jungkook?" Hyena diam saja, ia tidak tahu jawaban yang harus diberi.

Sementara Jungkook saat ini berjalan menuju lapangan dengan benda pipih yang berada di telinga kiri. Mana tahu, sang ibu meneleponnya.

"Jack, ingat pesan ibu, jangan aneh-aneh di Seoul. Kau harus jadi anak baik," ucap diseberang sana.

Jungkook menghela napas. "Iya ibu!"

"Lalu, Zea! Kau harus baik dengannya. Dia adikmu juga dan betapa dia menyayangimu, Jack. Hanya kau keluarganya yang ada di Seoul. Kedua orangtuanya berpesan agar kau bisa menjaganya di sana."

Astaga! Jungkook kesal saja mendengar ibunya mendumel. Ia ingin sekali menimpali, tetapi melihat keributan yang ada di lapangan, Jungkook urung melakukannya. "Ibu, nanti akan kutelepon lagi. Ada urusan penting."

Lantas, Jungkook bergegas menuju lapangan dan ia bisa melihat Zea dengan muka memerah tidak sadarkan diri. Jungkook malah mengedarkan pandangan. Ia berusaha mencari keberadaan kekasihnya, tetapi seseorang menarik tangan Jungkook untuk mendekat ke arah Zea. Itu adalah Mr. Lee.

"Jung, kau adalah sepupunya! Antar Zea ke Unit Kesehatan terlebih dahulu! Mr. sendiri harus di sini untuk menyelesaikan beberapa hal," pintanya. Jungkook dibuat kebingungan.

Namun, perkataan ibunya langsung merasuki otak Jungkook. Dengan malas, ia menggendong Zea ala bridal style menuju Unit Kesehatan. Jungkook mendengus sebal. Nyatanya, Zea memang menyebalkan dengan menarik dirinya pada sebuah masalah.

Hanya saja, Jungkook tidak menyadari jika ia tengah diamati oleh Jihyo yang masih pada posisinya dengan perasaan campur aduk. Bahkan, itu ketika Hyena yang ingin mengajak Jihyo ke Unit Kesehatan,  sesuai perintah Mr. Lee, tetapi Jihyo tidak ingin ke sana.

Buru-buru, ia menggelengkan kepala. "Hyena, kita ke kelas saja."

***

Jungkook mendengar yang dikatakan dokter Joon kepadanya. Zea hanya mengalami syok ringan dan akan segera sadar. Kepalanya sedikit membenjol karena benturan yang diciptakan oleh bola. Dalam hal ini, Jungkook tidak tahu masalah yang tengah terjadi. Namun, seorang teman sekelas menceritakan kejadiannya.

Sebelumnya, Jihyo tampak kelelahan. Bertepatan dengan ia memegang bola. Zea terus berteriak agar melempar bola kepadanya dan Jihyo serasa kehilangan fokus pada saat itu hingga Zea tidak bisa menerka lemparan Jihyo dan terjadilah kecelakaan kecil. Akan tetapi, teman menambahkan jika Jihyo hampir pingsan juga. Ia begitu pucat.

Tentu saja, Jungkook terkejut dan ingin segera menemukan keberadaan Jihyo. Bagaimana jika Jihyo tidak baik-baik saja? Mimisan? Jungkook memang salah karena tidak mencari Jihyo terlebih dahulu, lagi pula, ia bisa menyuruh siapapun untuk membawa Zea ke tempat ini.

"Sial!" umpatnya, pun menoleh pada dokter Joon. "Aku titip dia, dokter. Teman-temannya pasti akan datang nanti."

Belum dibalas apapun oleh dokter Joon, Jungkook langsung menarik langkah dengan cepat, mencoba mencari keberadaan Jihyo yang terlebih dahulu ia pergi ke lapangan basket. Sembari melakukannya, ia meraih ponsel--mencari kontak Jihyo tetapi Aaron malah meneleponnya.

Jungkook semakin kesal, tetapi ia juga tidak bisa mengabaikan panggilan Aaron. Seraya berjalan, ia menekan ikon hijau lalu berujar, "Ada apa? Aku sedang sibuk nanti saja--"

"Tetapi ini soal pelaku tabrak lari itu, Adik tercinta! Kita menemukan jejaknya dan ini sangat mengejutkan!"

Perkataan Aaron berhasil menghentikan langkah Jungkook. Dengan mata mengedar, Jungkook melihat sekitar yang cukup sepi. "Apa yang kau maksud? Kau serius?"

"Ya, aku serius, Adik. Aku bahkan tidak menduganya. Aku sudah mengirim seseorang untuk mengecek sebuah lokasi dan yeah, itu memang benar!"

Jungkook untuk sementara waktu mencerna perkataan Aaron. Ia juga mencoba menenangkan diri sebelum matanya terpejam. "Katakan, siapa dia?"

***

Jihyo meringis dalam hati. Kekhawatiran Jungkook pada Zea membuat hatinya tersentil, merasa sangat iri. Bahkan, Jungkook sama sekali tidak melirik ke arahnya. Apa ia memang tidak terlihat? Perbedaan mereka, kini menyeruak begitu saja, membuat Jihyo menghela napas kasar.

Ia mengedarkan pandangan, kelas masih sepi. Sekarang waktunya istirahat, tetapi ia memilih di kelas. Ia pun belum mengetahui keadaan Zea. Di sini, ia bersama dengan Hyena. Tetapi, Jihyo langsung mengamati ponsel yang berada di atas meja. Tak ada satupun panggilan dari Jungkook. Itu kenyataan yang membuatnya sangat sedih.

Namun, sebuah suara yang memanggil dengan cepat mengalihkan amatan mereka. Hyena pun langsung menatap sinis dan siap berceloteh. "Apa yang anak Sosial lakukan di sini? Pergi dan jangan tampak wajahmu yang membosankan!" ucap Hyena yang langsung emosi, mendorong Alexio yang baru saja ingin mengatakan maksud kedatangannya.

"Sebentar, Hyena cantik. Jangan emosi begitu, santai. Aku di sini hanya ingin menyampaikan pesan pada Jihyo dari Jungkook." Perkataan Alexio yang sukses membuatnya menjadi pusat amatan Jihyo. Hyena pun tidak lagi mendorong Alexio.

"Ada apa?" kata Jihyo yang langsung bersuara.

Alexio mendekat ke meja Jihyo. Ia tersenyum lebar. "Aku akan mengantarmu pulang. Perintah dari Jungkook."

Untuk sesaat, Jihyo diam mengatupkan kedua bibir. Lantas, ia menggelengkan kepala. "Tidak perlu. Aku bisa sendiri. Lagi pula, aku memiliki urusan."

"Ya, aku antar pokoknya. Ini perintah dari Jungkook. Dia memiliki urusan penting. Hari ini dia akan bolos. Tasnya sekalian akan kubawa dan sampai jumpa nanti, ya!" Alexio berjalan meninggalkan Jihyo, tetapi memilih berhenti di hadapan Hyena untuk beberapa saat. "Maaf Kakak cantik, lain kali aku yang akan mengantarmu pulang. Hari ini, aku harus menjalankan tugas dari bos besar. Sampai jumpa Kakak Manis."

Rasanya, Hyena ingin melempar sepatu ke arah Alexio. Beruntung, lelaki itu lekas pergi dari area kelas. "Tidak waras!"

Sementara Jihyo, ia tersenyum miris mendengar semua perkataan Alexio dengan amatan yang menyorot pada tempat duduk Jungkook--tasnya memang masih berada di sana. "Sial sekali, kenapa aku seperti ini? Sudah Jihyo! Abaikan Jungkook bajingan itu! Dia memang bajingan!"

Hola, aku update~~

Kalau rajin up gini, ini cerita bisa tamat bulan ini, wkwk. Udah makan seru ini, hm..

See u pokoknya ya guys🦋

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top