Bab XXXIII : Sarapan Bersama

Suasana hati Jihyo setelah bangun sangatlah baik. Ini mungkin efek ketika Jungkook semalam menghabiskan waktu dengan dirinya, lalu di pagi hari, ia telah mendengar klakson motor Jungkook--begitu awal. Entah apa yang membuat lelaki itu datang sangat dini, tetapi ketika membuka pintu, Jungkook datang dengan membawa dua buah kantong plastik.

"Apa yang ingin kau lakukan di pagi hari ini dengan dua kantong plastik itu?" tanya Jihyo bingung.

Jungkook terkekeh. "Aku belum sarapan. Jadi, sekalian saja membeli beberapa bahan makanan dan memasak di rumahmu," katanya seraya masuk begitu saja. Padahal Jihyo belum memberi izin.

Tingkah Jungkook nyeleneh seperti ini, membuat Jihyo merotasikan bola mata. Ia pun menutup pintu. Memang benar, ini masih begitu awal--pukul setengah enam pagi dan Jungkook telah rapi dengan seragam sekolahnya.

Jihyo mengamati Jungkook yang mengeluarkan beberapa bahan makanan dari kantong plastik seraya kebingungan. "Kau seperti tidak memiliki rumah dengan memasak di rumahku."

"Ada sih, tetapi bosan. Aku ingin melakukan suasana baru," balasnya.

Jihyo mendecih. Merasa aneh dengan tingkah Jungkook, tetapi ia cukup bahagia. Stok yang Jungkook beli lumayan, itu berarti, ia tidak jadi membeli bahan makanan untuk beberapa saat. Jungkook benar-benar seperti penyelamat. Perlahan, ia semakin mendekat untuk membantu.

"Oke, tetapi kau ingin memasak apa untuk sarapan kali ini?" tanya Jihyo. Ia mengingat jika kekasihnya ini memiliki bakat memasak, jadi ia cukup penasaran dengan makanan yang akan dimasaknya.

Namun, Jungkook tidak langsung membalas. Ia tersenyum lebar, lalu menghentikan pergerakan Jihyo yang ingin membantu. "Aku yang akan membuat sarapan dan Tuan Putri, kau dipinggir saja. Lihat yang akan kubuat untukmu."

Hal itu membuat Jihyo cemberut. "Aku hanya ingin membantu."

Dengan cekatan, Jungkook menggelengkan kepala. "Aku ingin membuatkan khusus untukmu. Ayolah, Baby ...." Alhasil, Jihyo mengalah dan memilih mengamati Jungkook yang telah mengenakan apron agar seragamnya tidak terkena minyak atau bahan makanan lainnya.

Entah kenapa, Jungkook kelihatan sangat seksi dan menggugah selera. Er ... Jihyo mulai berpikiran aneh ketika ia melipat kedua tangan di atas meja--menjadikan bantalan untuk menyaksikan sesi menakjubkan Jungkook yang sangat lihat memasak.

"Sial, dia lebih paham dan tampan ketika memasak!" pekik Jihyo dalam hati.

Bertepatan dengan ponsel Jungkook berdering. Fokus mereka teralihkan, tetapi Jungkook tidak berniat menjawab panggilan itu. Ia tampak melirik sekilas ke arah Jihyo. "Baby, tolong jawab panggilan yang masuk dulu," pintanya. Dengan malas, Jihyo mengambil ponsel Jungkook yang berada di atas meja. Cukup heran dengan Jungkook yang selalu menaruh asal ponselnya. Benar-benar tidak masalah jika ponsel itu mungkin akan hilang.

Akan tetapi, mata Jihyo lantas menyipit sesaat membaca nama itu. "Jung, ini Zea!"

"Angkat saja!"

Walau agak ragu, Jihyo menurut. Ia menekan ikon hijau, kemudian menyalakan pengeras suara.

"Halo, Jung! Kau akan menjemputkukan?"

Mendengar sapaan itu, sebelah alis Jihyo terangkat. "Halo, Zea. Ini Jihyo. Jungkook sedang berada di rumahku. Kami akan berangkat bersama."

"Sepagi ini? Di mana Jungkook?"

Jihyo tampak menatap ponsel itu dengan kesal, lalu kembali mengatur ekspresi kesalnya. "Ya, sepagi ini. Jungkook sedang memasak untuk sarapan. Sudah, ya! Kami sedang sibuk, bye!" Jihyo mematikan panggilan sepihak dengan wajah yang kusut, terbukti ketika menaruh ponsel Jungkook cukup kasar, suara tubrukan terdengar sangat jelas.

Jungkook mengamati sebentar, kemudian kembali fokus membuat sarapan untuk mereka. "Aku tidak berjanji apapun dengannya." Jungkook berkata tanpa Jihyo meminta. Ia sedikit khawatir jika suasana hati Jihyo mendadak buruk, padahal ini masih pagi hari.

"Lupakan saja. Dia memang gadis gila," kata Jihyo yang fokus mengamati Jungkook tengah mengiris potongan jagung. Mendadak penasaran makanan yang akan dibuat lelaki di hadapannya.

Jihyo berpangku tangan. "Kau ingin memasak apa?"

"Grits, makanan yang sering ibuku masak sebelum ke Rumah Sakit," balasnya. Ada raut kebingungan di wajah cantik Jihyo. Baik itu soal grits maupun ibu Jungkook yang ke rumah sakit--menebak apakah ibu Jungkook adalah seorang dokter atau bagaimana?

Jungkook lantas tertawa renyah di sela kegiatannya. Ia cukup menikmati ekspresi wajah kekasihnya. "Sarapan yang sederhana. Grits itu bubur jagung yang di atas akan kuberikan udang, sosis, dan potongan daun bawang. Aku juga akan menambahkan bacon, telur, dan roti panggang di sampingnya. Bahannya sudah kubeli tadi," jelas Jungkook yang membuat Jihyo mengangguk paham. Tak terasa, bayangan makanan itu langsung menyusup dipikirannya.

"Wah, baiklah. Pasti itu enak. Terlebih, yang kulihat, bahan-bahannya juga luar biasa." Seraya mata Jihyo melirik pada bahan-bahan premium yang telah Jungkook sediakan.

"Ini biasa saja. Tunggu sebentar ya. Kau lebih baik ke atas dan bersiap. Turunlah kalau sudah selesai. Sehingga kita bisa bergegas pergi setelah sarapan," balas Jungkook. Terdengar memberikan saran. Menurut Jihyo pun itu tidak buruk, sehingga ia mengangguk.

"Oke. Aku akan bersiap-siap dulu! Semangat, ya!" ucap Jihyo dengan senyum lebar. Suasana hati yang sebelumnya buruk, kita berubah baik. Bergegas ia menuju kamar dan melakukan segala ritual sebelum bertandang ke sekolah seperti biasanya. Dalam hal ini, Jihyo membutuhkan waktu sekitar 35 menit.

Alhasil, Jihyo yang merasa sudah oke, memilih untuk melenggang ke bawah--meninggalkan area kamar dan ia bisa menghirup aroma yang begitu enak--perutnya dibuat berteriak ingin diisi.

"Sudah siap, ya? Kau sangat cantik, Baby. Jadi, duduk di sini dan coba cicipi," kata Jungkook yang langsung menyadari kehadiran Jihyo dengan mendengar suara ketukan sepatu milik Jihyo pada lantai. Jungkook bahkan memundurkan kursi--memperlakukan Jihyo layaknya seorang Ratu. Jelas, Jihyo tersipu malu. Kedua pipinya merona dan terasa aneh.

"Te--terima kasih, Jung," ucap Jihyo bertepatan dengan menduduki kursi. Ia bisa melihat semangkuk grits buatan Jungkook dan selembar roti panggang. Perutnya semakin keroncongan melihat ini.

"Makanlah, Baby. Sehabis ini, kita bereskan dan bersiap untuk ke sekolah," kata Jungkook yang mendapat anggukan dari Jihyo. Setelah mengucapkan selamat makan. Perlahan, Jihyo menyendotkkan makanan itu ke dalam mulut lalu mengunyahnya. Rasanya, begitu menakjubkan. Sangat gurih, manis dan enak. Jihyo suka!

Kepalanya bergerak lirih dengan senyum yang terus tampil begitu menawan. "Enak sekali. Kau memang sangat andal. Sial, aku dibuat iri saja," ucap Jihyo terus terang.

Jungkook tersenyum tipis sembari meminum air mineral. Rasanya ia cukup haus. "Baguslah jika kau suka, Baby. Seperti yang kubilang, ini sarapan yang sering dibuat ibuku. Walau ibuku memiliki kesibukan sebagai dokter spesialis anak sekaligus Wakil direktur pelayanan di Royal G Hospital, ia tidak membiarkan anak dan suaminya tidak terawat. Kapan-kapan, akan kuperkenalkan pada keluargaku. Baik itu di Seoul atau nanti kuajak ke Las Vegas," ucap Jungkook yang dengan tenang mengatakannya.

Akan tetapi, itu menjadi boomerang untuk dirinya. Walau ia sudah menyadari jika ia dan Jungkook sangat berbeda, untuk pertama kalinya, hal tersebut begitu kerasa dan membuat Jihyo tidak percaya diri. Mengingat, ia tidak memiliki apapun selain dirinya sendiri.

***

Seperti biasa, mereka akan menjadi pusat perhatian. Hanya saja, untuk pertama kalinya, harus teralihkan dengan keintiman Alexio dan Hyena. Mereka berangkat bersama-sama dan diteriaki oleh murid yang lain. Hal itu dikarenakan tipe Alexio yang jauh dari mantan-mantan sebelumnya. Kali ini sangat membelok. Mana tahu, Alexio mengincar Hyena si Kakak kelasnya.

Jihyo hanya bisa menggelengkan kepala. "Aku tahu, Alexio pasti merencanakan sesuatu, Jung. Aku akan menghancurkan Alexio jika ia hendak menyakiti temanku," ucap Jihyo pada Jungkook. Mereka beriringan menuju kelas.

"Lakukan saja. Sekali-kali, anak itu perlu diberi pelajaran tambahan." Perkataan Jungkook yang menjadi alarm bagi dirinya. Jelas Jihyo akan melakukannya, tetapi itu untuk nanti.

Alhasil, keduanya segera menuju kelas--bersiap-siap untuk kelas olahraga. Mr. Lee sudah memberikan informasi melalui forum agar mereka segera berganti pakaian. Namun, langkah mereka terhenti akan kehadiran Zea bersama Rosie dan Yeona.

"Selamat pagi, Jungkook! Kau sudah sarapan? Aku tadi belum sarapan, sebenarnya sedang menunggu--"

"Aku sudah sarapan di rumah Jihyo. Aku rindu dengannya, jadi ya, ke sana. Kalau begitu, pergilah dengan temanmu ke sana. Aku harus segera bersiap, takut nanti Mr. Lee marah," ucap Jungkook yang memangkas perkataan Zea yang belum usai. Bahkan, langsung melenggang begitu saja seraya menarik Jihyo bersamanya.

Zea melihat itu dengan senyum yang masih begitu tampak di wajah cantiknya. "Sejak kapan kau peduli dengan pelajaran seperti itu dan bahkan takut akan kemarahan guru jika pada dasarnya kaulah yang ditakuti, Jung," katanya dengan nada tenang. Amatan yang masih pada titik yang ada.

Rosie mendekat. Ia memegang pundak Zea. "Bukankah sudah kukatakan Zea? Jungkook sekarang itu sudah sangat berbeda dan sangat mengejutkan. Ini baru satu dari banyak perubahan yang terjadi, Zea!"

"Kau harus bertindak. Jihyo seperti menari di atas keterpurukan kita. Jika itu Bitna, dia akan memberikan pelajaran," papar Yeona.

Zea masih tersenyum, lantas ia tertawa seraya melirik ke arah Yeona. "Kau harus ingat, ya! Aku, Zealany Garfield! ZEA! Bukan Bitna. Aku memiliki cara sendiri untuk mengambil apa yang seharusnya menjadi milikku. Aku sudah menyusun rencanaku dengan hati-hati."

Rosie dan Yeona yang mendengar itu tampak gugup, tetapi tidak menampik mereka bahagia atas apa yang dikatakan oleh Zea yang memang sulit ditebak. Jelas, Rosie dan Yeona tidak bisa berbuat apa-apa selama ini dan dengan kehadiran Zea, semua akan berjalan seperti sebelumnya. Jihyo harus tahu posisinya di sekolah ini!

Hola! Guys! Aku update nih!

Tetap stay sama kisah mereka ya, see u pokoknya🦋

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top