Bab XXVIII : Pesta Barbeque
Tangannya dituntun Jungkook untuk mengamati setiap tenda yang sudah berdiri. Jihyo terpukau atas apa yang telah disiapkan oleh anggota Black Dragon. Sementara ia sendiri, tidak ikut berkontribusi dan hanya menikmati hasilnya. Jaket yang ia kenapa pun ia semakin rapatkan, berusaha mengusir hawa dingin yang mencoba untuk menusuk tubuh.
Sejak mereka berjalan, kedua bibir Jungkook terus saja berujar--memberikan banyak penjelasan pada Jihyo yang hanya mengangguk saja.
Anggota Black Dragon yang ikut terdapat tujuh belas orang dengan empat di antaranya membawa sang pujaan hati--hitungan sudah termasuk ia dengan Jungkook.
"Lalu, kau akan berbagi tenda dengan para gadis. Hanya semalam. Besok sore, kita akan kembali. Mengingat, hanya dua hari kesempatan untuk libur," jelas Jungkook dengan tangannya yang terus digenggam, kini mendekat ke arah mobil van.
"Sisil, aku titip kekasihku dulu. Kalian harus menjaganya. Aku tidak menerima jika kekasihku lecet sedikit pun," ucap Jungkook pada seorang gadis berambut pendek dengan warna merah muda.
Gadis itu mulanya merapikan beberapa makanan, sontak berhenti dan mendekat ke arah Jungkook. Ia tersenyum lebar. "Woah, siap. Aku dan yang lainnya jelas akan menikmati waktu bersama. Kau tenang saja," balas Sisil.
Amatan Jungkook lantas mengarah pada Jihyo yang terlihat kebingungan. Tangannya mengulur untuk memberikan kehangatan pada pipi tembem itu. "Aku akan kembali, Baby. Hanya ingin memeriksa beberapa hal dulu. Sisil akan menemani ketika aku tidak bersamamu beberapa saat," ucap Jungkook dengan lembut.
Ia seperti tidak rela. Namun, Jihyo tidak bisa terus menahan Jungkook untuk bersamanya. Terasa sangat tidak etis. Ia akan terlihat seperti terus ingin bersamanya. Walau ia sebelumnya tidak berminat untuk melakukan kegiatan seperti ini, ia mencoba untuk mengalah pada keadaan dan menikmati kesempatan yang diberikan.
"Pergilah. Aku akan baik-baik saja." Seraya ia mengangguk kepala.
"Oh iya, aku lupa. Biar aku menyimpan ransel ditendamu. Ada di sana dan bergabunglah dengan mereka," ucap Jungkook lagi seraya meraih ransel milik Jihyo yang berada di puncaknya.
Jihyo pribadi tidak menolak ketika Jungkook meraih lalu lekas pergi. Ia bergeming. Hal itu ditambah kepergian Jungkook yang memberikan kecupan dipucuk rambut. Sisil yang berada di samping--memilih mengamati sejenak sontak menyenggol lengan Jihyo.
"Kalian sungguh romantis sekali. Dia begitu perhatian denganmu. Aku setuju dengan Jhon yang mengatakan Jungkook overdosis cintamu, Jihyo. Bagus sekali! Terus sebar racun cintamu," ucap Sisil seraya menuntun Jihyo untuk mendekat ke arah teman lainnya.
"Entahlah, dan Jhon? Apa dia pacarmu?"
Sisil mengangguk. "Kau benar sekali. Kami sudah berjalan empat tahun. Keren'kan?" Tanpa sadar, Jihyo mengangguk.
Tentu saja, Jihyo tidak melupakan soal Jhon. Lelaki yang secara terang-terangan tidak suka akan keberadaannya. Namun, di lain sisi, ia melihat pasangan lelaki itu, Sisil yang begitu ramah dengan dirinya. Sangat berbanding terbalik. Terlebih, Jungkook mempercayai Sisil untuk menjaga kekasihnya.
Err .... Jihyo merasa ngeri dengan pemikirannya satu ini. Ia seperti sudah menerima kondisi jika Jungkook adalah kekasihnya. Bahkan, ia tidak mempermasalahkan Sisil yang berkata Jungkook begitu romantis. Jika dipikir-pikir, perkataan Sisil ada benarnya juga!
"Tuhkan, kenapa aku kembali berpikir seperti ini? Stop Jihyo!" pekik Jihyo dalam hati.
Ketika berusaha untuk menyadarkan diri, ia malah disentak akan kenyataan saat berpapasangan dengan dua gadis lainnya.
"Jihyo, ini Chayoung dan setelahnya Misun. Lalu, ini Jihyo! Kekasih Jungkook, teman baru," ucap Sisil yang menjadi penengah dalam perkenalan yang tengah terjadi.
"Halo Jihyo, aku Misun!" sapa gadis berambut panjang sepinggang berwarna hitam yang dbiarkan terurai.
"Chayoung, senang bisa bertemu denganmu." Lalu gadis satunya yang berperangai sedikit tomboi--rambut panjang miliknya yang diikat bak ekor kuda.
Jihyo membalas uluran tangan, mencoba memberikan kesan baik. "Aku Jihyo, seperti yang kalian dengar."
Misun mengangguk. "Oh, iya! Bagaimana kesanmu memacari lelaki konglomerat tetapi dingin seperti Jungkook? Dulu, setiap berpapasangan ketika menemani Hanlim, dia itu dingin dan kata-katanya menyelekit sekali. Aku kira dia tidak akan memiliki pacar. Maksudku, siapa yang bisa tahan?" ucap Misun terus terang. Lagi pula, yang dibicarakan juga tidak ada.
Mendengar itu, Jihyo langsung dibuat berpikir untuk menganalisa. Ya, Jungkook memang sesuai yang dikatakan oleh Jihyo, tetapi terkadang lelaki itu memiliki kepribadian yang tidak bisa ditebak. Jihyo sendiri bingung memberikan kesimpulan.
Sisil lantas terkekeh. "Kau benar, tetapi setelah berpacaran dengan Jihyo, aku melihat perubahan yang terjadi. Seperti sebuah sihir!" katanya.
Chayoung menaikkan sebelah alis. "Aku tidak mengerti. Menurutku sama saja!"
"Ada tahu! Jungkook tadi begitu perhatian dan sangat mesra dengan Jihyo. Jhon saja tidak seperti itu, sial! Aku iri," kata Sisil dengan kesal.
Misun sontak menaikkan sebelah alis. "Serius?" kemudian, tatapan kini mengarah pada Jihyo yang dibuat terperangah. Ia terjebak pada sebuah kondisi yang tidak ia inginkan.
Jihyo tersenyum canggung. "Aku tidak tahu. Dia susah ditebak. Dia--"
"Hei gadis-gadis! Jangan lupa menyiapkan persiapan untuk barbeque, ya! Jangan bergosip terus. Nanti keburu petang," sahut Alexio yang menaruh ranting yang didapat tidak jauh dari keberadaan mereka. Untuk persiapan api unggun.
Misun yang mendengar, mendelik sebal. "Yak! Kita tidak lupa, Anak Kecil! Kau fokus saja mencari kayu bakar!" pekiknya.
Alexio melongo tidak percaya mendengar pekikan salah satu gadis anggota Black Dragon. "Aku bukan anak kecil tahu! Aku bahkan sudah membuat Kartu Tanda Penduduk!"
"Tetapi kau belum memiliki pasangan. Akan kami anggap bukan anak kecil lagi jika kau sudah menggandeng pasangan," sahut Misun sembari menjulurkan lidah. Beberapa anggota Black Dragon yang menyaksikan itu tertawa keras.
Alexio jadi sebal sendiri. Mendadak, ia mengingat taruhan yang dibuat bersama dengan Jay sewaktu di pesta sekolah. Ia menang? Tidak! Untuk pertama kalinya, ia harus kalah taruhan dengan Jay. Itu pun karena seorang gadis yang menolak pesonanya. Padahal, hanya mengajak berdansa. Alhasil, Alexio harus membayar kepada Jay dan Alexio kesal bukan main jika mengingatnya.
Kesal dengan si Kakak kelas, Hyena yang menolak pesonanya. Sampai sekarang, Alexio tengah merancang sesuatu untuk memberi pelajaran.
Sisil yang sempat tertawa hanya menggelengkan kepala. "Sudah, sudah! Kasihan dia karena tertekan. Dia belum punya karena baru melakukan seleksi. Buaya memang seperti itu," ucapnya.
Misun mengangguk. Mereka pun akhirnya memutuskan untuk mulai menyiapkan untuk pesta barbeque nanti.
***
Jihyo sekali lagi terkesan. Kali ini, ia tidak bisa berbohong bagaimana ia yang menikmati camping yang terjadi. Sementara waktu, melupakan kesedihan yang merenggutnya. Setelah membantu para gadis menyiapkan bahan-bahan barbeque, mereka pun bersiap membawanya ke tempat yang dikatakan oleh Jimmy--tidak terlalu jauh dari area mobil van dan ya, area itu disulap begitu menakjubkan.
Lampu-lampu membentuk seperti ilalang. Mengelilingi area yang telah disediakan beberapa karpet persegi-tempat mereka akan menikmati hasil bakaran walau tentu akan ada yang berdiri. Pembakaran pun telah disiapkan oleh bagian lelaki dan bahkan, tidak hanya ada barbeque saja. Mereka juga akan memasak bulgogi.
"Kalian ini, lambat sekali!" dengus Alexio seraya membawa kotak berisi minuman kaleng dan es batu unruk membuatnya dingin. Ia membawanya bersama dengan Jhon.
Para gadis memilih untuk tidak menimpali. Mereka fokus pada tujuan mereka. Tempat pembakaran dan di sana terdapat Jungkook dan Ryu sedang bersiap untuk memanggang.
Jihyo mengamati Jungkook. Fokusnya langsung mengarah ke sana dan kedua pipinya sontak bersemu--ia seperti sedang malu-malu kucing setelah memberikan sebuah wadah berisi tusukan barbeque.
"Kau bisa masak? Biar aku saja--"
"Kau meremehkan kekasihmu, Baby? Tenang saja, aku bisa masak sebagai wujud pertahanan diriku. Duduklah dan akan kuberikan tusukan pertama untukmu," ucap Jungkook lembut.
Jihyo tersenyum kikuk, pun memilih mengangguk. Tidak jauh dari Jungkook, Jihyo bergabung dengan anggota lain yang tengah memainkan gitar--mereka bernyanyi dan tertawa.
Entah kenapa, Jihyo tidak tertarik dengan keseruan itu. Untuk saat ini, kedua mata bulatnya lebih ingin menelusuri eksistensi Jungkook yang sibuk memanggang, peluh sebiji jagung tampak di wajah tampan itu. Terkesan begitu seksi. Apa lagi, Jungkook tengah mengenakan kemeja hitam yang lengannya digulung ke atas.
"Ayo, mencuri pandang kekasihmu, ya, Ji," sahut Misun sembari menyolek Jihyo yang langsung tergagap.
Ia menggeleng. "Tidak, itu--"
"Santai saja. Aku paham, pun Jungkook kekasihmu kok," balasnya. Jihyo yang mendengar perkataan Misun, membuat kedua sudut bibirnya mengembang sempurna.
Dalam hal itu, Ryu melihat setiap pergerakan Jihyo dan membuatnya menghela napas kasar. Ia patah hati, walau dari dulu sudah mengetahui akan sebuah kenyataan.
"Ryu, aku memaafkanmu dan ini peringatan terakhir." Jungkook seketika berujar, tanpa menoleh ke arah Ryu.
Sang empu paham maksud Jungkook. Ia tersenyum tipis, kembali melanjutkan aktivitasnya. "Ya, terima kasih. Akan tetapi, aku juga memberi peringatan jika kau melukainya. Aku akan mengambilnya jika itu terjadi."
Hola! Aku update!
Hayoloh Jihyo, mulai ada sesuatu nih, wkwk.
Duh, si Alexio kasihan juga, ya 🤣
So, tetapi stay ya buat intip keseruan camping mereka!
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top