Bab XXVII : Camp!

Jihyo merasa sepi dan sunyi. Sudah tidak ada titik kebahagiaan yang ia rasa di rumah ini. Semuanya telah di bawah oleh Ayahnya--tidak meninggalkan sedikit saja untuk dirinya. Terlebih, hari ini adalah hari libur. Tidak ada yang Jihyo lakukan selain duduk di depan pintu--mengamati halaman depan dengan tatapan kosong. Bahkan, sudah berjam-jam ia melakukannya. Tidak ada rasa bosan.

Ia ingin menangis. Akan tetapi, kedua matanya terasa lelah untuk terus melakukannya. Terlebih, kini Jihyo menggunakan kacamata--setidaknya menutupi hal tersebut, walau ia sebenarnya sedang tidak baik-baik saja.

Kedua kakinya pun terlipat. Matanya  terpejam, tetapi dari kejauhan, ia malah mendengar suara bising dari knalpot motor dan terdengar memekik telinga. Jihyo mengira itu adalah sebuah halusinasi. Alhasil, Jihyo acuh tak acuh.

“Hei, Ji. Jika kau terus seperti itu, kau akan kesambet hantu di siang hari,” teriak seseorang.

Jihyo terkejut. Mata bulatnya yang mulanya terpejam, segera terbuka. Ia bisa melihat eksistensi Jungkook, Jimmy dan Alexio. Mereka kembali membuat keributan dengan menarik pedal gas--suara klakson motor sport terdengar memekik telinga.

Kedua bibir tebalnya masih saja bungkam. Itu membuat Jimmy dan Alexio mendecak sebal. “Ji, kita itu serius. Kau seperti orang tidak waras, maksudku, kau seharusnya ikut kita saja. Akan seru tahu, menggunakan waktu dua hari libur dengan anak Black Dragon,” sahut Alexio--sedikit memperbaiki kalimatnya karena tatapan mematikan dari Jungkook.

Jihyo masih belum bersuara. Tatapan kosong itu terlihat sedikit bingung, tetapi segera memberikan gelengan kepala sebagai jawaban.

“Kau itu, ya! Membuat kita susah--tetapi kau harus ikut, Ji. Ini begitu menyenangkan,” timbal Jimmy yang tersenyum canggung. Sedikit ngeri dengan sorotan mata tajam Jungkook.

Entah kenapa, Jungkook terus saja memandang mereka seakan ingin memangsa jika hanya ingin membuat Jihyo kesal? Atau setidaknya mereka memang sengaja sedang mengolok-olok Jihyo. Jungkook pasti menjadi garda terdepan.

Akan tetapi, mereka melihat tidak ada pergerakan dari Jihyo. Masih pada posisi sebelumnya. Bersuara pun tidak--sangat berbeda dengan Jihyo yang suka sekali berdebat, baik itu hal sekecil saja.

Jungkook lantas menghembuskan napas kasar. Ia memilih mematikan mesin motor, kemudian menuntun kedua kaki untuk mendekat ke arah Jihyo. Lalu, ia mensejajarkan tubuhnya pada Jihyo yang menatapnya dengan sekilas.

“Bagaimana kabarmu, Baby?” tanya Jungkook, sekadar basa-basi.

“Biasa saja. Pergilah!” Singkat, padat dan jelas. Berhasil, meloloskan helaan napas kasar.

Namun, Jungkook tidak mengabulkan. Ia masih pada posisinya dengan menambahkan senyum tipis yang jelas membuat para gadis meleleh. “Aku akan pergi, tetapi dengan dirimu.”

Perkataan itu, membuat Jihyo menoleh sempurna. Tatapan mereka beradu, tetapi Jihyo bisa melihat senyum yang diberikan oleh Jungkook padanya. Hanya saja, ia pribadi merasa kelelahan--tidak berminat melakukan apapun.

“Kalian saja. Aku lelah,” lirih Jihyo.

“Kau tidak akan kelelahan, Baby. Kau hanya akan mengawasi dan menikmati camping yang akan kami lakukan. Anggota yang lainnya sudah menyusul di Puncak Hui,” balas Jungkook. Ia tersenyum lebar seraya menggenggam jemari Jihyo dengan kuat.

“Aku pastikan, ini akan sangat menyenangkan. Ikut, ya?” ucap Jungkook lagi. Berusaha sekuat tenaga agar Jihyo setuju. Terlebih, ia mengadakan camping dan mengeluarkan uang hanya untuk memberikan Jihyo hiburan--sebuah suasana baru.

Jihyo masih mengamati Jungkook yang berusaha membujuknya. Kepalanya dan hatinya berkecamuk, hingga ia melepaskan genggaman tangan itu. Bergegas untuk bangkit dan masuk ke dalam rumah.

Jungkook bergeming. Bingung harus berbuat apa, tetapi detik selanjutnya terkejut ketika pintu terbuka--kepala Jihyo menyembul dengan ekspresi kebingungan. “Sebentar, aku bersiap dulu.” Lalu pintu kembali tertutup. Hanya melihat pemandangan itu, Jungkook dibuat tersenyum bahagia.

“Akan kuusahakan semua kebahagiaanmu, Jihyo. Aku akan menepati janjiku kepada Ayahmu.”

***

Ransel dengan berisi beberapa pakaian dan perlengkapan lainnya saat ini berada di punggung Jihyo. Jaket tebal dan celana jeans kini ia kenakan agar tidak kedinginan dalam perjalanan. Terlebih, mereka akan menempuh sekitar satu jam lebih.

Dalam hal ini, Jungkook yang memandu. Jimmy dan Alexio berada di belakang--menyesuaikan laju bos mereka. Jihyo sendiri tidak menyadari jika sejak tadi memeluk Jungkook begitu erat. Ia tidak mengumpat atau berkata apapun untuk menyinggung. Jihyo lebih takut jatuh jika keras kepala. Lagi pula, memeluk seperti ini tidak masalah.

Eh, Jihyo lantas mengerjapkan mata. Kenapa tiba-tiba ia seperti membiarkan semuanya berjalan seperti itu? Seolah ia sudah menerima keadaan, termasuk menjadi kekasih Jungkook.

Ia sendiri bingung, sehingga memilih untuk melupakannya. Kepalanya menengok ke kanan dan ke kiri--menikmati pemandangan alami yang tersaji. Mereka pun tidak mengatakan hal apapun, lagi pula, Jihyo tidak akan mendengarnya. Mengingat, suara bising angin dan klakson motor lebih mendominasi.

Hanya saja, jika Jihyo tidak berujar, ia memiliki pengalaman yang buruk. Ia akan tertidur. Terlebih, jika mereka melakukan  perjalanan cukup panjang. Oleh karena itu, ia tidak menyadari, rasa kantuk kini datang begitu saja. Pelukan itu pun mulai mengendur dan kepalanya sontak jatuh di pundak Jungkook.

Jelas, Jungkook terkejut. Akan tetapi, ia tidak menghentikan laju motornya. Lebih memilih untuk mengurangi kecepatan dengan memegang jemari Jihyo agar tetap memeluk tubuhnya. Jimmy dan Alexio sedikit heran karena kecepatan yang menurun. Dengan pelan, Alexio mensejajarkan motornya dengan motor Jungkook dan mulai menyadari satu hal.

Jihyo benar-benar tertidur dengan nyenyak kali ini. Bahkan, Jihyo tidak tergangu akan apapun. Ia baru terbangun ketika Jungkook dengan pelan menggoyangkan tubuhnya. Setelah ia melepas helm miliknya karena kepanasan.

"Baby, kita sudah sampai. Ayo bangun dulu," ucap Jungkook sekali lagi.

Suara itu mengalun begitu indah. Jihyo sebenarnya enggan bangun. Tubuhnya seperti remuk, padahal ia tidak melakukan kegiatan ekstra. Bahkan, Jungkook'lah yang membawa motor. Bukan dirinya. Akan tetapi, sesuatu dalam dirinya seolah-olah mendorong Jihyo untuk membuka mata.

Dengan pelan, Jihyo meregangkan tubuh. Masih di atas motor, mengamati sekitar yang cukup asing. Perlahan, ia membuka helm seraya turun dari motor--Jungkook membantunya untuk itu.

"Selamat datang di Black Dragon Camp!" Jungkook berseru.

Kedua mata bulatnya mengerjap. Sangat takjub dengan apa yang ada di depan mata. Banyak tenda sudah terpasang begitu rapi. Jejeran motor di bagian utara pun terparkir begitu rapi dan Jihyo bisa melihat ada sebuah mobil van yang terparkir tidak jauh dari area tenda. Mobil itu dari kejauhan berisi makanan dan minuman--seperti area untuk memasak.

"Wah, aku tidak menyangka!" ucap Jihyo dengan mulut menganga. Ia pun bisa melihat kesibukan dan interaksi tiap-tiap anggota. Akan tetapi, terdapat beberapa gadis yang membuat sebelah alisnya tertaut.

Jungkook mengikuti sorot mata Jihyo yang mengarah ke kumpulan gadis--sekitar tiga orang yang tengah menyiapkan makanan. "Oh, mereka kekasih dari anggota Black Dragon. Aku memberi izin untuk membawa kekasih. Itu agar kau bisa memiliki teman gadis juga," ucap Jungkook dengan jelas.

Alhasil, Jihyo sontak menoleh ke arah Jungkook. Ia tersenyum tipis. "Terima kasih, Jung."

"Untuk apa?"

Jihyo tampak berpikir. "Untuk semuanya," balas Jihyo singkat. Jungkook yang mendengar itu mengangguk saja. Kemudian, ia menggenggam jemari Jihyo.

"Bukan apa-apa, Baby. Sudahlah. Sekarang, biar kutunjukkan yang ada di sini!"

Hola! Aku update!

Ini bab pendek emang, wkwk. Nggak apa-apa, nanti di bab selanjutnya kita panjangin.

See u di Black Dragon Camp!

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top