Bab XXIX : Sebuah Rasa

Jihyo mendapatkan kebahagian dari Jungkook yang menepati janji dengan memberikan tusukan pertama untuk dirinya. Seperti anak-anak yang diberi permen, Jihyo sebahagia itu.

"Terima kasih," ucapnya seraya mencoba untuk mencicipi. Ia mengangguk-angguk, membuat Jungkook tersenyum lebar.

"Bagaimana? Enak?"

"Ya, enak sekali, cobalah!" kata Jihyo yang lantas mengulurkan tusukan miliknya ke arah Jungkook yang dengan cekatan menerima. Ia mengunyah dan ikut mengangguk.

"Kau benar sekali, Baby. Baiklah, nikmati makananmu dan kembalilah bergabung bersama dengan mereka, tapi tunggu dulu," ucap Jungkook yang langsung menghentikan pergerakan Jihyo. Ia mengusap bagian samping yang sedikit berantakan karena saus barbeque.

Jihyo mematung karena itu. Terlebih, ketika melihat Jungkook yang mencicipinya. Jihyo mengerjapkan mata, buru-buru mengusap bibirnya--membersihkan area tersebut lalu berjalan ke arah anggota lain yang sedang membuat keseruan.

"Jungkook sialan!" ucap Jihyo dengan kedua pipi merona. Sontak melirik ke arah Jungkook yang mengedipkan matanya.

Kegiatan dua sejoli itu tidak luput dari pantauan anak-anak Black Dragon. Hanya saja, tidak ada yang memiliki keberanian untuk mengusik. Jika suasana hati Jungkook buruk, akan begitu berdampak dan mereka menghindari hal-hal buruk yang kemungkinan akan terjadi.

Hanya saja, Alexio berbeda. Bahkan, sering berkata apapun jika menyangkut Jihyo--anggota divisinya.

"Jung, fokus saja memanggang barbeque-nya! Nanti hangus jika hanya ingin bermesraan dengan Jihyo," pekik Alexio yang diiringi dengan tawa lebar.

Oleh karena itu, Jihyo menundukkan kepala karena merasa malu. Alexio begitu ceplas-ceplos. Jungkook pun tampak melirik Alexio dengan sebelah alis terangkat.

Seandainya bisa, Alexio menyesali perkataannya. Jungkook memberikan hukuman atas perkataannya yang menyelekit dengan memanggang bersama dengan Ryu. Padahal, ia sudah menikmati pesta bersama dengan teman yang lain.

"Sial sekali, hidupku!" ucapnya.

Ryu yang ada di samping Alexio hanya menggelengkan kepala. "Kau juga memang suka sekali memancing keributan, Xio! Sudahlah, fokus itu! Jangan sampai hangus!" pinta Ryu yang beberapa saat hanya memilih untuk mengamati.

Kesal rasanya. Alexio pun mendengus sebal. Sudah pasrah akan tugasnya kali ini.

Sementara Jungkook, lelaki itu mengambil tempat di samping Jihyo setelah mengambil dua kaleng soda. Ia membuka kaleng soda itu, kemudian memberikannya pada Jihyo.

Walau agak ragu, Jihyo menerima. "Terima kasih." Lantas, Jungkook juga membuka untuk dirinya dan langsung menghabiskan hingga tandas.

"Jung, mau menyumbang sebuah lagu? Suaramu itu begitu indah. Nyanyilah sesuatu, lebih bagus jika itu untuk Jihyo," sahut Jimmy.

Mendengar itu, Jungkook terlebih dahulu melirik ke arah Jihyo yang tidak berkata banyak. Kemudian, ia sedikit berpikir. "Tidak buruk. Jay, kemarikan gitar itu," ucap Jungkook yang membuat anggota Black Dragon berseru. Mengingat, Jungkook memang memiliki suara begitu indah bak idol--semua orang bahkan mengakuinya dan Jihyo menjadi penasaran. Ia tidak tahu, Jungkook ternyata bisa bermain gitar dan menyanyi--kepribadian yang Jihyo sulit tebak.

Jungkook sudah memegang gitar. Tampak ia memperbaiki posisi. Membiarkan jemarinya luwes memetik senar gitar untuk menciptakan nada yang ia inginkan. Alunan indah perlahan tercipta dari gerakan yang jemari Jungkook lakukan pada senar gitar. Sekitar senyap, menantikan suara yang hendak mengiringi.

🎶 Wind if back i'll take it slow
Leave you with that afterglow
Show you what devotion is
Deeper than the ocean is 🎶

Semua orang hanyut pada suara alto Jungkook yang begitu pas bersama dengan alunan musik gitar. Jihyo yang berada di samping, terlihat sangat terkejut. Tidak menyangka jika Jungkook memiliki suara yang begitu indah.

Jihyo sangat kagum. Kedua matanya mengamati Jungkook begitu lekat. Tidak terasa, mata mereka beradu. Seraya terus memetik gitar, kedua mata Jungkook memilih fokus pada Jihyo.

🎶 It's the way that we can ride
It's the way that we can ride (oh-oh)
Think i met you in another life
So break me off another time (oh-oh)
You wrap arround me anda you give me life
And that's why night after night
I'll be lovin’you right (oh-oh) 🎶

Bohong jika Jihyo tidak gugup. Kedua pipinya memanas. Ia tahu lirik lagu tersebut yang beberapa pekan ini tren dan Jungkook seperti bernyanyi untuk dirinya, atau ia yang merasa ke-geeran?

🎶 Monday, tuesday, wednesday, thursday, friday, sunday (a week)
Monday, tuesday,  Wednesday, thursday, Friday
Seven days a week
Every hour every minute every second
You know night after night
I'll be lovin’you right (lovin’you right) 🎶

Jungkook begitu larut, hingga berada di penggal akhir. Ia memilih untuk mengakhiri permainan gitarnya lalu tersenyum manis pada Jihyo yang tampak mengerjapkan mata.

“Wah-wah, biar kutebak, apa ini untuk pujaan hati?” tanya Hanlim--tersenyum menggoda hingga mendapat sorakan dari yang lain. Mengingat, kapan lagi melihat bos sendiri seperti seorang budak cinta?

Jungkook mengembalikan gitar pada Jay lalu menoleh pada Hanlim. “Siapa lagi memangnya kalau bukan Shin Jihyo? Every hour, every minute, every second, i love her,” katanya tanpa malu lalu berkedip kepada Jihyo.

Jihyo seperti merasakan kupu-kupu bertebaran pada perutnya. Ia sangat malu, tetapi disisi lain ia kagum dengan Jungkook. Apa ini definisi termakan akan omongan sendiri?

***

Matahari perlahan terbit di bagian barat. Memperlihatkan langit yang begitu indah--sunrise mengagumkan mata. Jihyo sendiri, bangun begitu awal, karena ia menantikan sunrise untuk datang.

Jihyo sendirian. Semua orang masih terpejam dan sangat kelelahan, karena mereka baru terpejam hingga dini hari.

Dipeluknya begitu erat tubuh yang berbalut jaket hangat. Matanya perlahan terpejam, mencoba menikmati hawa dingin yang begitu menusuk.

Seketika, ia merindukan sosok ayah dan ibunya. Kesedihan melanda, tetapi pikiran mengenai Jungkook lantas melintas. Lelaki itu, selalu mengusahakan atas kebahagiaannya.

Helaan napas perlahan keluar. “Aku merasakan ketulusannya, tetapi aku takut, bagaimana jika itu seperti soju yang sesaat memabukkan, tetapi kenyataannya nanti akan memuakkan?”

Jihyo memikirkan hal itu. Ia sejak dulu membuat jarak karena takut untuk jatuh dan percaya--seperti drama yang seringkali ia tonton. Akan tetapi, Jihyo merasa perlu untuk mencoba percaya setelah melihat usaha Jungkook selama ini. Namun, ia juga harus menyimpan rasa kecewa--kapan saja itu akan datang.

Lantas, satu persatu anggota Black Dragon terbangun. Termasuk para gadis dan mereka bersiap untuk membuat sarapan untuk menghalau hawa dingin yang menusuk. Mereka memasak ramen dengan porsi banyak dan bersiap untuk memanggang gogigui--daging panggang ala barbeque.

Tawa dan canda, menghiasi camping pagi ini. Dengan ajaib, mengusir hawa dingin yang menusuk. Bahkan ketika mereka langsung menyantap makanan yang tersaji dengan  gurauan hingga sedikit perdebatan tentang danau buatan yang tidak bisa dikunjungi. Alhasil, mereka akan melakukan tanjakan sederhana untuk melihat air terjun--sebelum kembali sore hari.

Jihyo suka dengan ide itu. Namun ternyata, ia tidak bisa ikut karena Jungkook melarang. Lelaki itu katanya telah merencanakan sesuatu, sehingga mereka akan memisah diri.

Oleh karena itu, di sinilah Jihyo. Ia seperti anak kecil yang jemarinya digenggam sangat erat--dituntun Jungkook untuk menarik langkah ke sebuah tempat--cukup jauh dari area camping.

“Jung, apa masih lama?”

Jungkook tersenyu kecil. “Sebentar lagi. Sabar, ya, Baby,” ucap Jungkook dengan pelan. Jihyo menghela napas, pun memilih mengamati sekitar tetapi langsung menabrak punggung Jungkook ketika lelaki itu menghentikan langkah.

“Tadah! Kita sampai,” serunya.

Jihyo mengamati pemandangan yang Jungkook arahkan. Kedua matanya menyipit. Ia tidak paham. Maksudnya, pemandangan yang ada di depan adalah danau buatan yang dimaksud anak-anak Black Dragon. Katanya, akses ke danau ditutup untuk sementara waktu. Akan tetapi, kenapa Jungkook malah mengajaknya ke sini?

Ekspresi kebingungan yang diperlihatkan Jihyo, membuat Jungkook terkekeh. “Danau memang tidak bisa diakses. Aku sudah menyewa untuk seharian ini agar tidak ada yang mengganggu momen kita berdua untuk naik perahu,” katanya amat santai.

“Kau serius?”

Tanpa beban, Jungkook mengangguk. Ia bahkan tidak membiarkan Jihyo bersuara lagi karena ia lantas menarik genggaman tangannya dan menuntun ke sebuah perahu yang Jungkook maksud--lengkap dengan dayung.

“Ini ....”

“Ayo, Baby! Jangan diam saja!” Dengan rasa terkejutnya, Jihyo menuruti perkataan Jungkook. Ia perlahan menaiki perahu dengan bantuan Jungkook--walau tubuhnya sedikit gemetaran tetapi Jihyo melawan. Hal itu karena Jihyo sejak dulu ingin menaiki perahu.

Lantas, Jungkook menyusul hingga mereka kini saling berhadapan. Namun, Jungkook memegang dayung dan mulai mendayuh--menjauh dari area pinggir danau.

“Woah, ini luar biasa!” Jihyo berseru dengan kedua tangan yang bertepuk. Kebahagiaannya membuncah. Untuk sementara waktu, ia ingin menikmati momen ini.

“Terima kasih, Jung. Kau sudah mengajakku naik perahu,” sahutnya dengan mata yang berbinar.

Jungkook mengangguk. “Dengan senang hati. Akan kuusahakan semua kebahagiaanmu, Baby. Dan coba lihat itu,” ucap Jungkook yang menunjuk pergerakan ikan yang melompat--seakan-akan memberikan mereka sinyal akan keberadaannya.

Jihyo tersenyum bahagia. Kedua matanya lantas melirik ke arah Jungkook yang memusatkan fokus padanya--sangat manis dan membuat sesuatu dalam dirinya berdesir. Jantungnya bahkan berdetak tidak karuan. Jihyo berpikir, dalam hal ini, apakah ia telah menerima Jungkook dalam hatinya?

Hola! Aku update!

Gimana bab ini? Semoga suka ya!

Sampai jumpa di bab selanjutnya🎶

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top