Bab XII : Adegan Jambak

Jihyo terpaksa, setelah mendapatkan pemaksaan dari Jungkook yang tidak mau kalah dengan tampang tak berdosanya. Hal yang membuat Jihyo memasang wajah dongkol sejak tadi. Bahkan, membuat Jihyo enggan untuk mempersempit jarak--walau Jungkook terus saja menambah kecepatan.
 
Seperti jika Jungkook sengaja melakukannya. Alhasil, Jihyo juga berusaha dengan memegang bagian belakang--besi motor dan tidak memedulikan Jungkook yang terus saja menyuruhnya untuk berpegangan.
 
“Kau akan jatuh,” ucap Jungkook di sela ia memaju kecepatan motor.
 
Jihyo merotasikan bola matanya dengan malas. “Makanya tahu diri! Kau yang membawa motor seakan ingin menarikku ke neraka. Kau saja yang ke sana seorang diri!” desis Jihyo yang sewot. Kesal juga karena malah di limpahkan kesalahan. Ingin  rasanya Jihyo memukul kepala Jungkook.
 
Jungkook yang mendengar kekesalan Jihyo, malah tersenyum lebar. Terasa aneh, tetapi membuat Jihyo kesal dan mendengar Jihyo menggerutu seperti itu sangatlah menyenangkan.
 
Alhasil, bukannya memahami sumber dari kesalnya Jihyo, Jungkook malah dengan usil semakin melaju kecepatan motornya--seperti lesatan angin yang berhasil membuat Jihyo melepaskan pegangan pada besi dan berpindah pada pinggang Jungkook. Bahkan, begitu erat karena Jihyo merasa seperti di ambang kematian.
 
Dengan mata terpejam karena takut, Jihyo masih bisa menyadari perbuatannya saat ini. “Terkutuklah kau, Choi Jungkook!” Pun sang empu hanya terkekeh atas apa yang ia perbuat.
 
Hanya membutuhkan beberapa menit setelah kejadian itu, kini mereka telah tiba di area parkiran. Jihyo dengan posisi yang memeluk Jungkook begitu erat dengan mata terpejam. Ia belum merasa aura tidak mengenakan soal mereka kini menjadi sorotan.
 
Namun, Jihyo yang baru menyadari Jungkook telah menghentikan laju motor, sontak saja membuka mata dengan melotot. “Kau sengaja ya!” ucap Jihyo yang membuat jarak. Bahkan, langsung turun dari motor dikarenakan tubuhnya yang tidak terlalu pendek. Ia bisa menyesuaikan diri.
 
Jungkook yang masih pada posisi di atas motor, memilih untuk melepas helm terlebih dahulu--seraya mengibaskan rambut. “Sengaja tidak sengaja itu sama saja, Baby. Tidak ada yang salah.”
 
Namun, Jihyo tidak suka dengan balasan Jungkook. “Salah dan berhenti memanggilku dengan itu! Kau sungguh membuatku naik pitam. Sudahlah mengulur waktu agar kita tiba saat semua murid juga tiba seperti biasanya,” ucap Jihyo begitu kesal. Rasanya begitu memuakkan. Sudah pasti tekanan darahnya naik, padahal umurnya masih sangat mudah.
 
Lucu sekali, Jungkook hanya memasang wajah tidak berdosa.
 
“Kau sungguh menjengkelkan!” Lalu Jihyo berlalu begitu saja. Meninggalkan Jungkook yang hanya menatap Jihyo dengan senyum lebar. Senyuman yang jarang terlihat, sehingga rasa iri muncul begitu saja bagi gadis lainnya.
 
“Manis sekali.”
 
Sementara Jihyo, terus mempercepat langkah. Masa bodoh dengan tatapan aneh dari sekitar, ia terus melangkah hingga merasakan seseorang menariknya.
 
“Ji, ini Hyena!” ucap gadis itu kala mendapatkan perlawanan dari Jihyo, sehingga Jihyo menghentikan tindakannya. Lantas, mengamati Hyena dengan tatapan bingung. Berusaha menghilangkan rasa kesal mendarah daging karena ulah Jungkook.
 
“Kukira siapa, ada apa?” Jihyo langsung bertanya tanpa berbasa-basi. Mereka kini berada di pinggir lorong menuju kelas.
 
Terlihat, Hyena yang memasang wajah bingung dan semakin menambah kebingungan dari Jihyo akan tingkah Hyena. Kedua matanya merotasi, mencoba untuk menebak. “Apa soal berita itu?”
 
Dengan cepat, Hyena mengangguk. “Kau dan Jungkook? Apa itu serius?”
 
Nyatanya, pemikirannya tidak salah. Ia terlebih dahulu menghembuskan napas seraya mengamati sekitar yang menatap ke arah mereka dengan tatapan sinis. Jihyo tidak peduli, hingga kembali pada Hyena.
 
“Ya, ceritanya sangat panjang dan akan mengejutkanmu. Akan kucerita ....”
 
***
 
Suara gebrakan meja terdengar memekik telinga Jihyo walau ia tengah mengenakan earphone. Kepalanya menengadah, mengamati sosok gadis yang berbuat ulah sebelum mata pelajaran dimulai. Tatapannya pada Jihyo begitu menusuk ingin membunuh.
 
“Kau anak baru! Dasar tidak tahu diri!” ucap gadis itu--Bitna yang tidak bisa menahan kemarahannya.
 
Berita yang menyebar dan konfirmasi dari banyak hal, membuat hatinya begitu sesak. Sejak dulu ia berusaha dan melakukan segala cara agar bisa menjadi pasangan seorang Choi Jungkook, tetapi nyatanya ia kalah telak akan pesona murid baru yang jauh dari bawahnya.
 
Bitna sebenarnya terheran. Masih tidak percaya dengan apa yang terjadi. Bahkan, kala Jihyo si murid baru yang berani menatap dirinya yang seolah-olah menantang. Untuk pertama kalinya Bitna menemukan seorang gadis yang sangat berani seperti Jihyo.
 
Terlebih kala Jihyo yang dengan santai menghela napas pelan. “Kau yang tidak tahu diri mungkin? Sudahlah, jangan membahas soal itu. Perkara aku dengan Jungkook bersama itu ... katakan saja sebagai jodoh,” ucap Jihyo ceplas-ceplos.
 
Ampuh membuat Bitna geram. Secepat kilat menarik rambut sebahu Jihyo dengan kasar, membuat Jihyo meringis kesakitan.
 
“Sialan! Kau malah menyalahkanku, hah?!” Bitna mengatakannya seraya menjambak rambut Jihyo.
 
Jihyo yang memang tidak merasa memiliki masalah dengan Bitna, sekaligus tidak terima dipermalukan seperti ini dan kesakitan yang ia rasakan, tentu membalas perlakuan Bitna.
 
Alhasil, kelas mendadak kacau. Hyena pun yang sedari tadi merasa was-was mencoba untuk melerai, tetapi mereka berdua seperti singa betina. Hyena dibuat menciut, sehingga menantikan perjambakan--saling tarik menarik rambut itu usai. Namun, nyatanya tidak usai juga. Malahan, seisi kelas membuat taruhan dan bersorak--memilih pemenang untuk pertandingan spontan yang saat ini terjadi.
 
“Dasar pelacur sialan!”
 
Mendengar umpatan itu, kian memercikkan api dalam diri Jihyo. Ia pun semakin menarik rambut panjang Bitna dengan keras. “Kau tidak punya kaca, ya? Berani-beraninya kau mengataiku pelacur!” teriak Jihyo memekik telinga.
 
Pertengkaran itu masih berjalan. Suara-suara pun masih terdengar. Akan tetapi, perlahan mereda bahkan meredup kala kehadiran seseorang bisa mengendalikan keadaan. Hanya menyisakan Jihyo dan Bitna.
 
“Ada apa ini?”
 
Suara alto yang menggelegar itu, perlahan menghentikan aksi keduanya. Masih dengan memegang rambut sang lawan, mereka menoleh dengan kondisi yang kacau balau.
 
Jihyo menatap lelaki yang menjadi penyebab masalah ini terjadi dengan datar. “Rasanya ingin sekali menjambak rambutnya juga!” Ia berujar dalam hati.
 
Sementara Bitna, pupilnya membesar akan kehadiran Jungkook. Bahkan, ampuh membuat Bitna melepas pegangannya pada rambut Jihyo. Walau tidak rela, Jihyo juga melakukannya.
 
“Jung, ini—“
 
“Aku tidak ingin mendengar apapun dari mulutmu, Bitna,” ucap Jungkook dengan dingin. Aura yang berbeda saat kali bersama dengan Jihyo. Mendekat ke arah mereka berdua--berada di pertengahan seraya memasukkan tangan ke dalam saku celana.
 
Dengan cepat, Bitna menggelengkan kepala kala melihat Jungkook yang mengarahkan tatapan menusuk pada dirinya. “Tetapi ini semua tidak sesuai dengan yang kau lihat—“
 
“Lalu, kau bisa menjelaskan soal ini?” tanya Jungkook yang langsung menunjuk dahi Jihyo yang sedikit berdarah, pun Jihyo tidak menyadarinya. Ia juga heran.
 
“Namun, aku juga terluka karena dia!” teriak Bitna.
 
Jungkook lantas mengamati Bitna dengan dingin. “Aku tidak peduli. Bukankah sudah kuperingatkan dari awal?” ucapnya lagi.
 
Seisi kelas yang mendengar perdebatan yang terjadi pada ketiga murid populer di sekolah tentu antusias. Pasalnya, ini adalah hal yang mengasikkan.
 
“Gadis sialan ini—“
 
“Berani kau mengatai-ngatai kekasihku, aku tidak segan-segan membuat perhitungan dengan dirimu, Bitna,” ucap Jungkook--memangkas tutur kata Bitna yang membuat Bitna kesal dan sangat sedih.
 
Dengan mengentakkan kedua kaki, Bitna meninggalkan kelas. Lalu beriringan dengan murid di dalam kelas yang kembali pada aktivitasnya. Termasuk Hyena yang mencoba fokus pada kegiatannya, sembari mendengar dengan seksama percakapan mereka. Hanya penasaran saja setelah mendengar cerita Jihyo. Entah kenapa, Jungkook terlihat begitu menjaga Jihyo agar tidak seperti cangkang telur yang retak.
 
Jihyo yang sejak tadi mengamati sekitar, menaikkan sebelah alis pada Jungkook yang kini mengamati dirinya begitu lekat. “Kenapa, mau kujambak juga?” Pertanyaan yang membuat Jungkook tersenyum kecil.
 
Baginya, Jihyo memang gadis yang berbeda dari gadis yang ia temui. Sangat menantang sekali. Butuh banyak tenaga dan pikiran untuk menjinakkan singa betina yang beringas seperti Jihyo.
 
Namun, Jungkook tidak membalas. Ia malah semakin mendekatkan tubuh mereka hingga menyisakan beberapa jarak saja--hingga yang terasa hanya helaan napas masing-masing, karena Jungkook ingin melakukan suatu hal.

Ia mengunci tatapan Jihyo seraya mengambil sesuatu dari dalam saku. Lantas, Jungkook mengarahkan sebuah benda kecil seperti plester luka ke arah dahi Jihyo yang berdarah.
 
“Nanti infeksi. Tidak terlalu parah, tetapi setidaknya harus ada pencegahan,” ucap Jungkook dengan tenang yang membuat Jihyo kali ini tertegun.
 
Sesuatu dalam dirinya bertanya-tanya,  “Ada apa dengan Choi Jungkook sebenarnya?” Mengingat, tingkah Jungkook yang begitu aneh. Salah satunya seperti saat ini.

- T B C -

Aku update guys! Maaf ya baru update, sibuk banget aku di real lift.

Tetap stay ya sama kisah mereka.

See you guys🦋
 

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top