Bab LII : Love Lock

Peluh sebiji jagung sudah nampak di kening Jihyo. Kedua tangannya bahkan gemetar tak karuan karena hari ini ia hampir terlambat mengikuti sesi ujian untuk masuk kedokteran--sesuai jadwal yang telah ditentukan. Hal itu karena Jihyo sangat keasikan dipesta, lalu sepulangnya, ia langsung belajar--mencoba memahami beberapa materi yang akan diujiankan. Mana tahu, ia malah tertidur dan matahari sudah berada di sisi timur.

Beruntung, ada Jungkook. Sesuai kesepakatan, Jungkook memang ingin mengantar dan menemaninya ujian. Itulah kenapa saat ini mereka berboncengan--di atas motor. Jungkook mengantisipasi dengan tidak menggunakan mobil--takut terkena macet.

Jihyo sendiri tak melakukan banyak persiapan. Bahkan ia tak sempat sarapan, tetapi dengan penuh perhatian, Jungkook ternyata membuat sarapan sederhana dengan bahan yang ada--roti panggang isi telur yang dimakan Jihyo tanpa pikir panjang.

"Untung, ada kau, Jung. Jika tidak, aku bisa melewatkan ujian pertama ini," kata Jihyo ketika motor telah melaju dengan kecepatan sedang--membelah lautan jalanan Seoul.

Jungkook tersenyum, diusapnya punggung tangan Jihyo yang mengalun di pinggang. "Aku sudah janji datang, bukan? Aku tidak menyangka juga dan aku paham, kau kelelahan, Baby," ucap Jungkook yang masih di dengar Jihyo.

Senyum sontak melebar dibibir Jihyo. Pelukannya semakin erat, bahkan kepalanya ikut tenggelam dalam punggung kekar itu. Demi apapun, Jihyo begitu menyayangi Jungkook--sangat dalam. Ia sangat berharap, hal-hal manis seperti ini tidak akan berlalu begitu saja.

Nyatanya, Jihyo yang melamunkan masa indah di masa depan, bersama dengan Jungkook, harus tersentak ketika motor sport yang Jungkook kendarai terhenti. Mereka telah sampai di Seoul University.

Kedua mata Jihyo berbinar. Ini kali pertamanya ia berada di kampus yang menjadi impiannya setelah kemarin hanya dititahkan untuk mengisi formulir secara online.

Jihyo tersenyum manis. Dengan cepat ia menghadap pada Jungkook. "Aku ujian dulu. Tidak akan lama. Mungkin sekitar dua jam. Kau bisa meninggalkanku--"

Jungkook menggeleng cepat. "Aku akan menunggumu, Baby. Bahkan sekalipun disuruh menunggu selama bertahun-tahun, akan kulakukan untuk bersamamu," kata Jungkook dengan tulus, berhasil membuat kedua pipi Jihyo merona.

"Jung, ini masih pagi!"

Jungkook ingin tertawa. Sangat manis melihat sang kekasih merona seperti itu. Ia memilih mengulurkan kedua tangan, meminta pelukan dan Jihyo meladeni. "Aku akan menunggu di kafe yang ada di sana. Tidak jauh dari sini, hanya berjalan kaki. Sehabis ujian, datang saja ke sana atau hubungi aku. Oke?"

Jemari Jungkook menunjuk sebuah kafe berwarna peach--Lilacy Kafe yang tampak cukup ramai. Tanpa berpikir panjang. Jihyo mengangguk. "Oke, aku yang akan langsung ke sana. Kalau begitu, aku pergi ujian dulu. Sudah tidak lama lagi, nanti terlambat." Perlahan, pelukan mereka sementara waktu harus dihentikan. Jungkook tidak rela, tetapi ini demi masa depan kekasihnya.

Sangat lucu melihat ekspresi Jungkook seperti itu. Dengan gerakan cepat, Jihyo melangkah maju dan memberikan kecupan ringan di pipi. Lantas, Jihyo langsung berlari, meninggalkan Jungkook yang cukup terkejut.

"Aku akan kembali, Jung. Aku ujian dulu, ya!" ucap Jihyo yang menyeru, tangannya melambai dengan senyum lebar. Jungkook membalas lambaian tangan sang kekasih yang akhirnya perlahan masuk ke dalam kampus tersebut.

"Astaga, kekasihku kenapa makin hari makin membuatku jatuh cinta seperti ini?! Aku bisa gila! Dia sangat cantik dan manis, Ya Tuhan!"

***

Ujian Kedokteran begitu mengerikan. Kepala Jihyo serasa ingin pecah dengan berkutat pada layar monitor komputer dengan duduk yang harus tegap--tidak boleh menoleh ke kanan dan ke kiri. Bahkan, di dalam ruangan terdapat tiga pengawas yang matanya cukup tajam, akan menegur jika terdapat pergerakan yang mencurigakan.

Soal yang diperlihatkan oleh layar monitor komputer rata-rata Jihyo pahami dan sudah pelajari, hanya saja, ia merasa sangat tegang sehingga beberapa kali sering keliru. Beruntung, ia bisa dengan segera paham akan kesalahan yang ia perbuat.

Ujian dilaksanakan hampir dua jam dengan waktu yang telah dikelompokkan untuk mengerjakan beberapa mata pelajaran. Dalam hal itu, Jihyo berusaha untuk fokus walau sulit. Namun, mengingat orang-orang yang ia sayangi, fokusnya lantas kembali. Tidak disadari, ia telah selesai. Bertepatan dengan suara dari satu pengawas yang mewakili, menghitung mundur agar jawaban secara di kirim.

"Tiga!"

"Dua!"

"Satu!"

"Ujian telah selesai!"

Napas lega langsung Jihyo hembuskan. Matanya terpejam dengan mengarah pada plafon. "Benar-benar melegakan, untung aku bisa menyelesaikan dengan tingkat waktu yang sangat sedikit dengan banyak soal yang disediakan. Untung, hampir semua yang masuk sudah pernah aku pelajari saat sesi try out dan les yang disediakan sekolah," ucap Jihyo dengan mata yang terpejam.

Untuk beberapa saat, ia perlu menetralkan diri. Lantas, mata bulatnya terbuka dengan perlahan. Jihyo mengamati sekitar, satu persatu peserta mulai meninggalkan tempat ujian. Ia pun juga melakukannya, mengingat Jungkook pasti sudah menunggu cukup lama.

Ia lekas mengamati arloji. "Dua jam lebih, astaga. Aku jadi kasihan membuatnya menunggu sangat lama," kata Jihyo dengan pikiran yang berkelana ke mana-mana.

Kedua kakinya pun melangkah begitu cepat, meninggalkan area ujian dan kampus, menuju tempat yang disepakati sebelumnya. Tidak terlalu jauh dari kampus dan Jihyo sendiri enggan menghubungi Jungkook. Biarlah menjadi kejutan.

Sekitar lima menit berjalan kaki, Jihyo kini memegang knop pintu kafe. Dibukanya dengan pelan hingga menimbulkan suara bel--mengingatkan ia pada kafe Ryu. Alhasil, ia langsung menjadi sorot perhatian didetik itu juga.

"Baby, sini!"

Suara itu, kedua mata bulat Jihyo memicing--mencoba mencari pelaku utamanya. Ia bisa melihat sang kekasih yang duduk tidak jauh dari bagian kasir, lebih detail di pojokan dengan IPad yang menyala. Jihyo berjalan mendekat dengan senyum yang merekah.

"Maaf karena membuatmu menunggu lama, Jung." Seraya Jihyo mengambil tempat duduk, tepat di hadapan Jungkook.

"Kenapa harus minta maaf? Tidak masalah, Baby. Mau pesan apa? Kau lapar dan haus pasti," kata Jungkook yang kemudian menoleh ke kanan dan ke kiri. Ia mencari keberadaan waiter lalu memberikan aba-aba untuk mendekat.

Jihyo tersenyum lebar, pun ia melihat menu dan memilih beberapa makanan yang dihidangkan dan minuman sebagai pelengkap. Hal yang dikatakan oleh Jungkook memang ada benarnya dan kekasihnya itu sangat peka. Ia lapar dan sangat haus--semua tenaganya tertelan habis ketika melakukan ujian tadi.

***

Hari ini, mereka tidak pulang begitu saja. Lebih tepatnya, Jungkook mengajak Jihyo untuk menghabiskan waktu sebelum dirinya berangkat besok pagi ke Las Vegas--momen tersedih yang membuat Jihyo murung, sampai saat ini. Jungkook jadi bingung sendiri--tak tahu harus melakukan hal apa.

Jungkook dapat merasakan pelukan Jihyo yang begitu erat, seakan tak memberikan izin kepadanya untuk pergi. Hatinya mendadak gelisah sendiri. Motor yang ia kendarai, melaju tanpa arah. Akan tetapi, Jungkook tak menyadari jika melaju hingga ke arah Namsan Tower sehingga memutuskan untuk berhenti.

Jihyo mengintip, mengamati sekitar dengan kedua mata yang mengerjap. "Namsan Tower? Kenapa kita ke sini?"

Namun, Jungkook belum menjawab. Ia hanya menyuruh Jihyo untuk turun, disusul dirinya. Tanpa memberikan penjelasan, ia menggenggam amat erat jemari Jihyo, menyusuri area Namsan Tower.

"Ini kali pertamaku datang ke sini. Makanya terkejut." Jihyo kembali berujar. Soal Seoul, ia begitu tabuh mengingat dirinya asli Busan.

Jungkook mengangguk paham. "Baguslah, kita bisa menikmati banyak hal di sini. Salah satunya, gembok cinta atau Love Lock!" ujar Jungkook.

Tentu saja, Jihyo yang mulanya murung tampak tertarik dengan menoleh pada Jungkook. "Oh, aku pernah mendengar soal itu." Walau tak pernah berkunjung, Jihyo sering mendengar dan pernah mencari lewat sosial media.

Ya, di halaman Namsan Tower terdapat pagar-pagar yang dipenuhi oleh Gembok Cinta atau Love Lock. Dalam hal ini, pengunjung melakukan pemasangan gembok dengan nama yang telah ditulisi nama sepasang kekasih, pepatah-pepatah cinta, ataupun impian dan pengharapan cinta lalu ritual selanjutnya adalah melempar kuncinya ke bawah gunung. Filosofinya adalah cinta sang pemilik gembok takkan terpisahkan selamanya. 

Entah benar atau tidak, tetapi Jihyo pernah berharap ingin melakukannya. Lihat saja, Jungkook bahkan langsung pergi ke toko souvenir yang menjual gembok. Ia membeli satu dan terdapat spidol permanen digenggamannya.

"Sebenarnya, atidak terlalu percaya, tetapi kita bisa melakukan ini. Bukankah sangat mengagumkan?" ujar Jungkook yang diangguki oleh Jihyo.

Ia yang mulanya tidak bersemangat, kini kembali bangkit. Ia mendekat, ingin melihat apa yang ingin ditulis oleh Jungkook dan ternyata, gembok itu diulurkan kepadanya. "Kau yang menulis, Baby."

"Aku, kenapa harus?" tanyanya bingung.

Jungkook tersenyum tipis. "Lebih menarik jika kau, Baby. Lalu, kita akan melemparnya secara bersamaan. Tulis nama kita berdua, aku me-request secara langsung," ucapnya secara terkekeh.

Jihyo mendengus sebal, tetapi ia melakukannya. Lagipula, itulah yang ingin ia lakukan jika berada di Namsan Tower. Sesuai permintaan, ia melakukannya dengan segenap hati.

Jihyo and Jungkook, Forever.

Ternyata muat ditulis di sana. "Wah, untung gemboknya cukup besar," ucap Jihyo dengan tertawa pelan. Ia bisa melihat tulisannya dan Jungkook terpukau ketika melihatnya.

"Jung, mari kita menggemboknya. Kali ini, giliranmu dan kita akan melemparnya bersama-sama," pinta Jihyo.

Jungkook melakukan sesuai yang diinginkan Jihyo. Ia lekas memasang gembok dikumpulan gembok yang telah terpasang. Di sore hari yang ingin menjelang petang. Suasana sekitar bahkan mulai tampak sepi akan pengunjung.

"Sudah, ayo lakukan langkah terakhir," kata Jungkook yang menyodorkan kunci. Jihyo mengamati kunci itu dengan lekat, membuat matanya berkaca-kaca. Detik selanjutnya Jihyo menangis.

Jungkook panik. "Baby, kenapa? Apa aku melakukan kesalahan? Katakan, apa--"

Jihyo dengan cepat menggeleng. "Kau tidak melakukan kesalahan, Jung. Kau ... kau bahkan selalu membuatku tersenyum. Aku hanya terharu, kita berada dititik pendewasaan seperti ini. Kuharap, tidak ada yang berubah di masa depan nanti."

Jungkook paham maksud perkataan Jihyo. Bumi terus berotasi dan akan melakukan banyak perubahan, begitupun dengan manusia. "Memang tidak ada yang berubah, hanya kisah cinta kita yang semakin bertambah nantinya. Aku bisa berjanji dengan dibarengi aksi. Kau bisa memegang kata-kataku. Aku memang bajingan, tetapi aku bisa memegang janjiku seperti yang selalu diajari oleh kedua orangtuaku." Jungkook menjelaskan seraya menggenggam jemari Jihyo.

Jihyo yang tengah menundukkan kepala, perlahan mengamati Jungkook yang menatap penuh dengan cinta--tidak ada keraguan yang diciptakan kedua matanya. Alhasil, membuat Jihyo tersenyum pelan dan mengangguk. Bahkan, ia langsung memeluk Jungkook.

"Jung, aku mencintaimu ...."

Jungkook membalas pelukan itu. "Aku juga, Baby. Sangat mencintaimu dan akan selalu mencintaimu."

Hampir tiga menit, mereka berpelukan--menikmati momen begitu indah. Jika saja ponsel Jihyo tidak terus berdering, mereka mungkin masih berpelukan.

"Aku periksa sebentar," kata Jihyo ketika pelukan mereka terpaksa terlepas.

Jihyo menyalakan ponsel, dan melihat nama Hyena tertera.

[Hyena]: Ji, aku iseng dan melihat namamu di deretan calon dokter yang diterima di Seoul University. ASTAGA! KENAPA KAU TIDAK BILANG?

Tentu saja, Jihyo mendelik. Ia lupa, pengumuman memang dilakukan dihari itu juga, sekitar pukul lima dan sekarang sudah lewat dua puluh menit. "Astaga, kenapa aku bisa lupa?" Sembari menghapus air matanya yang tersisa, pun ia langsung memeriksa di akun Seoul University untuk lebih lanjut.

Jungkook dibuat panik sendiri. "Ada apa, Baby? Apa yang kau lupakan? Apa itu--"

"JUNG, AKU DITERIMA!" Jihyo memekik, tetapi Jungkook belum paham. Lekas, Jihyo memperlihatkan tampilan ponselnya, terdapat namanya diurutan kelima.

"Wah, selamat, Baby! Bukankah sudah kukatakan? Kau memang terbaik, Baby. Sungguh, aku senang melihat Dokter cantikku ini," kata Jungkook yang langsung memeluk Jihyo, melampiaskan kebahagiaannya. Dengan bahagia, Jihyo membalas.

"Terima kasih, aku benar-benar tidak menyangka. Terlebih, aku mendaftar untuk bagian beasiswa. Ini seperti mimpi," katanya lagi.

Jungkook mengangguk disela pelukan. "Aku sangat senang melihatmu bahagia, Baby. Dokter cantikku," katanya lagi.

Jihyo tertawa. "Aku belum jadi dokter!" Walau rasanya bahagia ketika Jungkook memanggilnya seperti itu.

"Aku tidak peduli, kau tetap menjadi dokter cantikku, dokter kesayanganku," katanya lagi. Kedua pipi Jihyo dibuat merona.

Disela pelukan, ia pun mengangguk. "Baiklah, Tuan. Aku ingin minta hadiah kalau begitu."

"Hadiah?"

Pelukan mereka perlahan terlepas, Jihyo yang melakukannya. Kepalanya memgangguk setelahnya. "Ya, kau'kan memiliki minat di bagian otomotif. Aku bisa melihatnya, di masa depan, kau pasti akan membuat banyak desain mobil dan melakukan produksi. Maksudnya, aku berharap bisa dibuatkan desain untukku," ucap Jihyo tetapi ia langsung tertawa. "Aku bercanda."

Namun, Jungkook langsung tersenyum tipis. "Aku akan membuatkannya untukmu, Baby. Itu akan menjadi hadiah pernikahan kita. Akan kulakukan," kata Jungkook dengan fokus pada Jihyo, berhasil membuat sang empu bergeming dan sedikit salah tingkah.

Astaga, padahal aku hanya bercanda, pikir Jihyo.

"Sudahlah, ayo kita lakukan ritual terakhirnya, Jung. Nanti keburu malam," kata Jihyo. Sedikit risih melihat Jungkook mengamatinya begitu lekat, ia serasa tak bisa bernapas. Jungkook seperti menelannya bulat-bulat.

Jungkook tertawa melihat ekspresi menggelikan dari kekasihnya. Ia pun mengangguk, lalu menaruh kunci tersebut di atas telapak tangan Jihyo, lantas ia berada di bawah jemari Jihyo--menggenggamnya sangat erat. Jihyo diam membisu mengamati pergerakan yang dibuat Jungkook.

"Aku akan selalu ada di setiap sisimu. Ketika menoleh ke belakang, aku akan ada, begitu di depan, kanan atau kiri. Jungkook selalu ada buat Jihyo," kata Jungkook.

Mendengar, membuat hati Jihyo terenyuh. Ia mengangguk dengan senyum lebar. "Sama dengan dirimu, aku juga seperti itu. Aku jelas akan selalu merindukanmu dan akan selalu menanam dan memupuk cinta untuk kita berdua. Karena pada dasarnya, cinta kita akan terus abadi. Itulah faktanya," ucap Jihyo, mereka saling memandang sebelum Jungkook mendorong jemarinya--menuntun untuk kunci tersebut di lempar ke bawah gunung.

Lantas, Jungkook merapatkan tubuhnya pada tubuh Jihyo, mengamati pemandangan yang ada di depan mata. Jihyo menyanderkan kepalanya pada pundak sang kekasih. Rasanya, tidak ingin melewatkan barang sejenak saja.

Memang, mungkin terdengar aneh, tetapi Jungkook merasa begitu dalam telah mencintai Jihyo. Ia bahkan tidak tahu, semua itu terjadi begitu saja dan Jungkook tidak ingin melepas Jihyo. Ia ingin terus bersama dengan Jihyo, hingga melewati berbagai kehidupan yang akan terjadi.

Alhamdulillah, tamat juga ini ya😻

Aku nggak nyangka sebenarnya, sudah nulis sejauh ini. Terdapat 52 bagian, terima kasih semuanya udah selalu nunggu dan memberikan suport, senang bisa bareng-bareng yaa🦋

Tapi, ada info lebih lanjut, tunggu yaaa🦋

Untuk cerita baru, nanti aku publish, nggak tahu kapan. Sabar aja, makanya jangan lupa Follow, biar bisa dapat notif dari aku.

Dapat salam nih dari Jungkook🦋

Dari mbak Jihyo juga🦋

See u pokoknya guys🦋 Sampai jumpa kembali😻

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top