Final


Jessica hanya memandang malas pemandangan yang terhampar di sampingnya dan hanya dibatasi oleh kaca jendela, ia lalu menghela nafasnya pelan sembari menempelkan dahinya di permukaan meja hadapannya. Tentu saja hal ini membuat sahabatnya, Tiffany, hanya memandang aneh Jessica di sampingnya. Tentu saja ia merasa heran, tidak biasanya Jessica seperti ini. Apalagi ini adalah salah satu mata pelajaran favoritnya, Biologi.

Ada yang salah dengan Jessica, batin Tiffany mencoba menerka-nerka apa yang dipikirkan Jessica saat ini. Ia lalu berniat menanyakan hal ini kepada Jessica nanti saat jam istirahat untuk makan siang tiba, karena tidak mungkin baginya untuk menanyakannya saat ini. Bisa jadi Guru Biologi yang sedang mengajar yaitu Pak Sirait akan menghukum mereka berdua. Tidak, ia tidak ingin merasakan hukuman yang akan diberikan Pak Sirait untuk kedua kalinya. Sudah cukup baginya merasakan hukuman yang menyuruhnya terpaksa untuk berdiri di tengah lapangan dengan posisi menghormat kepada bendera dan matahari yang bersinar terik di atas kepalanya. Bagaimana dengan kulitnya nanti? Oh tidak, ia sama sekali tidak siap jika kulitnya nanti menghitam seperti Saipul.

Akhirnya Tiffany bisa bernafas lega saat Pak Sirait menyudahi pemberian materi kepada muridnya pada pertemuan kali ini. Waktu belum menunjukkan pukul dua belas siang, masih tersisa tiga puluh menit lagi sebelum mata pelajaran itu berakhir namun Pak Sirait tiba-tiba menyudahinya dengan alasan ia harus menghadap Kepala Sekolah. Oh baiklah, alasan Pak Sirait tidak sepenuhnya benar, sejujurnya beliau ingin cepat bertemu dengan Bu Putri yang mengajar Bahasa Inggris untuk kelas sebelas. Maklum saja, beliau masih melajang sampai saat ini karena pembawaan sifatnya yang keras tentu saja membuat kaum Hawa yang menarik perhatian kepada Pak Sirait akan langsung mengambil langkah seribu.

"Jangan lupa pelajari Bab Spesifikasi Makhluk Hidup, kita akan mengadakan ulangan pada hari Rabu. Selamat siang.." ucap Pak Sirait dengan senyum yang menggantung di wajahnya dan berlalu pergi meninggalkan kelas, tentu saja raut wajah para murid yang semula berseri-seri harus menelan ludahnya saat Pak Sirait mengatakan jika beliau akan mengadakan ulangan pada hari Rabu. Gawat!

"Hari Rabu ulangan? Habislah aku jika begitu, padahal aku sama sekali tidak mengerti pembahasan bab ini." ucap seorang murid laki-laki menepuk dahinya frustasi.

"Aku juga sama sekali tidak paham dengan bab ini. Oh Tuhan, tolong selamatkan aku dari pelajaran menyebalkan ini." sahut seorang murid perempuan yang lain berteriak histeris.

"Lalu bagaimana aku akan menyontek nanti? Pak Sirait tidak akan membiarkan seorang pun muridnya yang mengikuti ulangan untuk menyontek."

Dan berbagai keluhan lain yang terucap dari mulut para murid membicarakan ulangan Biologi itu, beberapa terlihat pasrah karena kenyataannya mereka memang sama sekali tidak memperhatikan pembahasan yang diajarkan Pak Sirait. Namun Jessica tetap bersikap aneh, membuat Tiffany memberanikan diri untuk membongkar rasa keingintahuannya.

"Sebenarnya ada apa denganmu, Jessica? Kenapa kau terlihat aneh sekali hari ini? Apakah kau sakit?" tanya Tiffany langsung menghujani Jessica dengan berbagai pertanyaan, membuat gadis berusia enam belas tahun itu segera mengangkat kepalanya.

"Tidak, aku sama sekali tidak sakit. Aku tidak apa-apa." Sahut Jessica menggelengkan kepalanya, namun hal itu tetap saja membuat pertanyaan semakin menggantung di kepala Tiffany.

"Kalau begitu, berikan aku satu penjelasan kenapa kau bersikap aneh pada hari ini! Kau tahu, aku sampai bingung dan penasaran karena sikapmu ini." ucap Tiffany melipat kedua tangannya di depan dada.

Jessica menghela nafasnya pelan. Ya, rasanya memang tidak baik menyimpan suatu rahasia di hadapan orang lain. Apalagi hal itu membuat sahabatmu merasa penasaran sekaligus khawatir karena sikapmu yang memilih untuk memendamnya.
"Sebenarnya," Jessica sengaja menjeda ucapannya, membuat Tiffany semakin penasaran dengan apa yang sebenarnya terjadi kepada Jessica. Gadis itu lalu menghela nafasnya pelan. "Jadi, apa kau mengenal kakak kelas kita yang bernama Louis?"

"Tentu saja, kita semua satu angkatan tentu mengenal Kak Louis. Dia pintar, tampan, sopan dan kapten kesebelasan tim sepakbola sekolah kita. Lalu ada apa dengan Kak Louis? Apa dibalik sikapmu yang aneh ini berhubungan dengan Kak Louis?" tanya Tiffany semakin penasaran.

"Aku dan Kak Louis, kami berpacaran dari kemarin." Ucap Jessica menundukkan kepalanya dengan rona merah yang memancar di wajahnya, tentu saja hal ini mengundang reaksi terkejut Tiffany.

"Apa?" Tiffany tidak bisa mempercayai apa yang baru saja ia dengar dari Jessica. "Tapi, bagaimana bisa?"

Jessica lalu menganggukan kepalanya membenarkan ucapannya sendiri. "Dia menyatakan perasaannya kepadaku saat Kak Louis berkunjung kepadaku. Kau tahu bukan, jika Kak Vino adalah teman dekatnya?" Tiffany lalu menganggukan kepalanya, Vino adalah kakak laki-laki Jessica dan Tiffany mengetahui jika Vino dan Louis berteman dengan cukup akrab.

Mendengar hal itu, Tiffany refleks langsung memeluk Jessica bahagia. Ia tentu saja berbahagia, Louis adalah sosok yang baik dan Jessica beruntung karena bisa menjalin suatu hubungan yang melebihi hubungan antar teman. Ia pasti bisa melindungi Jessica dengan baik.


Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top