Unfinished Sorry [weird!Hanamiya Makoto]
Weee~ apa kabar radertacchi? //basa-basi// oke sebelumnya kalau yang belum baca chapter One More Time [Hanamiya Makoto] sebaiknya dibaca dulu biar ngerti dozu ehehe.. Dedicated to someone who I never though would be this means.. wish that miracle would tell you that I'm sorry..
Btw makotonya disini bakalan super ooc dan ceritanya bakalan super gaje. Kisah ini diambil dari kisah nyata ;u; perdana nih, Happy reading
~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~
-preview-
"Kumohon maafkan aku.. makoto-kun.. kembalilah.." tak kuasa lagi, [y/n] memeluk lututnya dan menangis dalam sunyinya pagi itu.
"[y/n].." terdengar suara hanamiya memanggil namanya. [y/n] menenggakkan kepalanya menghadap langit biru nan berawan tipis.
"aku mencintaimu, makanya jangan pergi.."
~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~
Mengingatnya saja membuat batin [y/n] sakit. Yang ia inginkan adalah sebuah kata 'aku memaafkanmu' dari seorang hanamiya makoto. Seseorang yang tak mungkin bisa ia temui lagi sampai akhir hayatnya. Kejadian itu memang sudah berjalan hampir 4 tahun yang lalu. Dan sudah selama itu pula ia berharap Tuhan memberinya kesempatan untuk bertemu sekali lagi saja dengan hanamiya.
Suatu pagi [y/n] terbangun dari mimpi tentang masa lalunya. Sudut bibirnya terangkat ketika menyadari apa yang telah ia alami. "yaampun. Sampai kapan aku mau begini terus?" gumam [y/n].
Sesaat setelahnya [y/n] pergi ke kamar mandi, bersiap pergi ke sekolah. Ia mengganti pakaiannya dengan seragam yang ia gantung semalam di dinding. Selesai merapihkan diri [y/n] pergi ke ruang makan, mengambil dua lembar roti lapis selai untuk dimakan selama perjalanan ke sekolah.
Paginya berlangsung dengan normal, meski ia merasa ada yang aneh dengan lingkungan di sekitarnya. [y/n] memeriksa dirinya sekali lagi. "buku pelajaran? Check. Air minum? Check. Jaket? Ku kenakan, check. Payung? Check. Ponsel? Check. Kaos kaki putih, Check." Ia bergumam selagi memeriksa diri dari ujung kepala hingga ujung kakinya."lalu apa yang kurang?" perasaannya menjadi-jadi. Ia yakin benar ada yang tak beres dengan dirinya pagi ini.
Menit demi menit berlalu, [y/n] melangkah semakin dekat dengan sekolah sambil bertanya-tanya pada dirinya sendiri. 'apa yang salah? Apa yang kurang?'Langkah semakin berat setelah melewati gerbang sekolah. Dan saat itu lah [y/n] menyadari..
Dirinya lah yang salah
Seharusnya ia sudah tak menjejakkan kaki di SMA kirisaki daiichi lagi. Seharusnya ia sudah tak mengenakan seragam lagi. Pandangannya menyapu ke seluruh sudut yang bisa ia gapai. Bangunan, aroma, dan suasana sekolah, tak ada satu pun yang berubah. Apa waktu baru saja bergerak mundur?"[y/n]-chaaan!!" seseorang berteriak tepat di telinga [y/n]. berkatnya lamunan gadis malang ini jadi buyar. [y/n] sampai sedikit melompat karena kaget.
Merasa penasaran terhadap pemilik suara yang membuyarkannya, [y/n] menengokkan kepalanya pada sesososk gadis yang sudah lama ia tak temui."[b-bf/n]? ohissashiburi! Kangen!!" tiba-tiba [y/n] memeluk sahabatnya itu melepas rasa rindu.
Sekiranya sekitar 3 tahun tak ia temui. Semenjak [y/n] dipaksa pindah ke luar jepang."[y-y/n]-chan.. sesak!" dengan susah payah [bf/n] melepaskan diri dari pelukan maut [y/n]. tak seperti [y/n] nampaknya [bf/n] tak merasa rindu sedikit pun padanya. ia berkacak pinggang seraya bertanya, "ada apa denganmu? Bukankah kita bertemu kemarin? Kau sakit ya?"
Kalimat [bf/n] barusan cukup untuk membuat [y/n] menyernyit. "h-hah? Tapi kan-" untung saja ia sempat menghentikan kalimatnya. Suatu pemikiran melintas dari kepala [y/n]. Aku ini kelas dua SMA iya kan? Berkat pemikiran itu lah [y/n] mengurungkan kalimatnya seraya melempar senyuman pada [bf/n]. "bukan apa apa, deh. Tapi benar rasanya sudah bertahun-tahun kita tak bertemu!"
[bf/n] menyipitkan pandangannya kemudian mengambil langkah mundur selangkah. "maa, apa yang hanamiya lakukan padamu kemarin sampai kau jadi aneh begini?"
[y/n] mengedip sekali seperti terkejut dengan ucapan [bf/n]. "apa yang ia lakukan? Ia memenuhi otakku sehingga aku tak bisa berpikir jernih" ia memutar bola matanya berdesah.
"heee..." kemudian ekspresi [bf/n] berubah lagi. Moodnya naik, seringai menggoda muncul di wajahnya. "kau mulai jatuh cinta pada hanamiya ya?"
BLUSH!
Saat ini samar-samar pipi [y/n] menampakkan semburat merah muda. "a-apa sih? Pada setan itu? Aku pasti sudah tidak waras."
"aah.. ya kau sudah tak waras. Tak waras karena mencintainya."
"m-mou [bf/n]-chan! Bisa berhenti menjodoh-jodohkanku dengan 'orang' itu?" [y/n] merasa sangat risih. Beruntungnya [bf/n] tahu dimana seharusnya ia berhenti, sehingga tak membuat [y/n] merajuk. Ia tahu pada batasan apa ia harus berhenti.
"ahaha baiklah. Ngomong-ngomong, nanti saja ngobrolnya di kelas. Aku tak mau ketinggalan piket pagi!" dengan begitu [bf/n] berlari meninggalkan [y/n] yang dengan pasti di kejar oleh sahabatnya itu.
Langkahnya kali ini penuh dengan nostalgia. Aroma rumput pagi hari, bau harum masakan dari kantin, suara percakapan para siswa, benar-benar sesuatu yang [y/n] rindu. Melewati lapangan rerumputan hijau, rak sepatu, koridor kelas, Ia melangkah dengan riang hingga akhirnya.. tiba di depan kelas.Jika ini adalah masa 'itu' apa kah 'orang itu' juga ada di sini?
Keringat dingin mulai bercucuran dari pelipis [y/n]. ia tentu sadar kalau hanamiya sudah meninggal, sudah tak mungkin mereka dapat bertemu lagi. Dan kalau pun itu terjadi, itu adalah sebuah keajaiban yang mustahil.
"[y/n]-chan? Kenapa diam saja di sana?" suara [bf/n] sekali lagi membuyarkan lamunan [y/n]. terimakasih untuknya, karena entah kapan [y/n] akan tersadar.
Aroma pengharum ruangan tercium menyengat hidung [y/n], cahaya matahari masuk melalui rongga-rongga ventilasi udara. Benar-benar tak ada yang berubah sedikit pun. Pandangannya menyapu ke seluruh kelas ketika berjalan menuju mejanya. Ia menggantungkan tas di sisi meja, kemudian duduk di bangkunya.
Ada satu titik yang menarik perhatian. Yaitu sekumpulan siswa tengah duduk-duduk di meja pojok depan kelas. Beberapa duduk di atas meja, beberapa lainnya berdiri, dan sisanya duduk di kursi. Kemudian seseorang meninggalkan posisinya. Saat itu lah [y/n] melihat sosok yang selalu membuatnya melamun itu sedang duduk bercengkrama dengan siswa di sana.
Hanamiya makoto.
"bohongan kan? Apa aku bermimpi?" gumam [y/n] tak percaya dengan apa yang tengah ia lihat saat ini sampai menepuk nepuk kedua pipinya sendiri.
Tidak sakit
Ia menyadari satu hal. Ini semua mimpi. Sekali lagi ia menepuk pipinya dengan kencang, tak terasa apa-apa. Ia yakin sedang bermimpi. Memang dari awal ia sudah menyadari kalau hal seperti ini terlalu mustahil untuk jadi kenyataan. Dan kalau pun ini terjadi..
"sebuah keajaiban!" tak sadar [y/n] menggumamkan isi hatinya dengan cukup keras.
"apanya yang keajaiban [y/n]-chan?" lagi lagi suara [bf/n] yang menyadarkannya. [bf/n] memandang [y/n] bingung. Tak hanya ia sendiri, sekelompok pemuda yang tengah bercengkrama dengan hanamiya pun ikut keheranan. Tak terkecuali hanamiya itu sendiri. seringai lebar menghiasi wajahnya ketika ia dan [y/n] saling berpandangan. Tak sengaja tentunya.
"apa? Ada sesuatu di wajahku?" hanamiya berucap. Suara yang sudah lama tak [y/n] dengar, akhirnya bisa menggema di telinganya kembali.
Gadis ini segera menurunkan pandangannya. "hah? Ya, ada. Ada injuk sapu yang berlebihan menempel di atas matamu. Lucu sekali orang orang tak menghiraukannya." [y/n] membalas ucapan hanamiya dengan santainya.
Yang dimaksud adalah alis tebal hanamiya. Seisi kelas yang ada sontak tertawa mendengarnya. Seperti biasa perdebatan [y/n] dan hanamiya adalah hal yang paling ditunggu kelas.
Gelak tawa hanamiya pecah. Namun berbeda dengan yang lain, ia memang sengaja tertawa. "sasuga [y/n]. sebegitu perhatiannya padaku disaat orang lain tidak. Haha. Jangan jangan.." pemuda berkulit pucat ini sengaja memotong kalimatnya. Sorot pandangnya semakin mengejeka, benar benar membuat [y/n] ingin menghajarnya.
"jangan jangan apa? Jangan besar kepala hanamiya!" sangkal [y/n] dengan nada kesal.Namun hanamiya masih belum puas menggodanya.
Dengan seringai ia mengatakan, "ah, tak apa [y/n] jika kau mau mengakuinya bisa ku pertimbangkan"
"tak ada yang perlu ku akui baka! Kalau kau punya waktu sebaiknya kau cabuti alismu satu persatu sampai rapih sana!" bohong. Jelas ada yang harus [y/n] akui pada hanamiya. Namun kekesalannya terlalu menjadi saat ini, mengambil alih keegoisan dan gengsinya.
"nah, kan? Ya, sebenarnya aku tak perlu perhatian darimu. Jadi jangan harap bungkukkan terimakasih loh." Si pria yang peka ini masih saja belum puas. Ini sudah seperti ritual di kelas setiap pagi.
"SIAPA YANG BERHARAP KUSO?!" bisa dikatakan [y/n] berada pada batasnya sekarang. Ia benar-benar teriritasi.
Memang inlah yang menjadi tujuan hanamiya. Ia menahan tawanya karena melihat reaksi [y/n] yang sudah lama tak [y/n] keluarkan itu. Sekarang nada bicaranya berubah melankolis, seolah dia yang ditindas. "hidoi.. [y/n] aku selalu baik mau mengajarimu tapi kenapa kau selalu berkata jahat padaku?"
"TEMEEE!!!!!" tak tahan lagi [y/n] menjerit. Benar-benar deh kalau masalah sandiwara sih.Wajah [y/n] sampai memerah karena kesal. Seolah ada asap yang mengepul-ngepul keluar dari pucuk kepalanya.
dilain sisi hanamiya menjulurkan lidahnya pada sang gadis, mengejek [y/n] lebih dalam. "benar tak ada yang ingin kau akui?" ujar hanamiya seolah mengingatkan [y/n].
Satu hal yang membuat [y/n] meredakan amarahnya. Ia jelas melihat hanamiya tersenyum, bukannya menyeringai. (a/n: ulangi, tersenyum! :'v //kepentok penghapus papan tulis) Entah matanya yang rusak atau hanamiya benar-benar tersenyum.
Ia menarik nafas dalam untuk menenangkan dirinya. hanamiya benar, ada yang harus ia akui pada pemudaitu. [y/n] tak peduli ia sedang bermimpi atau bukan, hanamiya yang ada di hadapannya ini asli atau hanya imajinasinya saja. baginya Tuhan tengah memberinya kesempatan. Kesempatan yang tadi ia sebut sebagai keajaiban, yaitu untuk berbaikan dengan hanamiya.
Sekeliling matanya mulai memanas, memikirkannya membuat [y/n] ingin menangis. Gadis ini menegapkan pandangannya agar menatap lurus dan langsung pada milik hanamiya. Sekuat tenaga ia menahan agar tak ada satu pun air matanya yang menetes, atas penyesalan yang ia buat selama ini. Di masa ia sekolah. "biarkan aku mengambil nafas, dan mencerna semua ini dulu." Ucap [y/n] miris terhadap dirinya sendiri.
Tak ada satu pun yang angkat bicara di kelas. Seolah mereka semua membisu, hanya percakapan antara [y/n] dan hanamiya yang ada. Meski [y/n] tahu seisi kelas akan selalu memperhatikannya ketika ia sedang berkelahi dengan hanamiya. Hanya saja saat ini, seolah tak ada siapa pun di sana. Hanya [y/n] dan hanamiya.
SKIIP
Sesudahnya bel berbunyi, kemudian seluruh siswa pergi ke lapangan untuk apel pagi. Sebuah kegiatan rutin yang dilakukan setiap minggunya. Para siswa berkumpul bersama di lapangan, tak lupa para guru dan staf. Membentuk sebuah formasi, memanjatkan doa sebelum memulai aktifitas.Jam pelajaran berlangsung biasa saja. Hanya, selama itu berlangsung tentunya [y/n] tak bisa berhenti gelisah.
Kenyataan ini diluar akal sehat manusia. Namun ia tak boleh menyia-nyiakan kesempatan ini.Bahkan di jam biologi [y/n] tak mencatat apa pun. Ia duduk melamun sambil memutar-mutar pulpen di andata jemarinya. Sebuah potongan penghapus pensil melayang tepat ke kepala [y/n]. arahnya dari depan pukul 1.
[y/n] memandang ke depan, tempat yang ia perkirakan sebagai kedatangan penghapus itu. Disana ada tempat duduk hanamiya. Pemuda itu melirik sekilas padanya, menambah keyakinan [y/n] bahwa ia yang melemparnya. Ini pasti dia!
"persetan hanamiya." Gumam [y/n] pelan. Ia memandangi potongan penghapus yang kini ia genggam di tangan kirinya. "apa lagi yang ku tunggu?!"
SKIIIP
Bagaikan sekejap mata, jam pelajaran usai begitu saja. Murid-murid yang lain segera merapihkan tempat duduknya dan pergi meninggalkan kelas. Yang [y/n] khawatirkan hanamiya juga segera pergi meninggalkan kelas. Satu persatu penghuni kelas mulai berkurang, hingga tersisa beberapa orang petugas piket -termasuk [y/n] dan..
Hanamiya.
Pemuda itu duduk di bangkunya dengan mengangkat satu kaki. Tak melakukan apa-apa, hanya menatap lurus tanpa bergeming. Tatapannya serius seakan tengah menghadapi soal yang rumit. Bahkan ketika kelas tengah dipiketi, ia tak beranjak sedikit pun dari tempatnya. Ia menunggu sesuatu.
[y/n] yang meyapu di luar kelas menepuk kedua pipinya sekali lagi untuk menyadarkan diri. Dengan ini mentalnya sudah mantap. Ia berniat mengatakannya saat ini juga. satu kalimat yang selalu ingin ia ucapkan pada hanamiya.
"yosh!" tanpa melepas sapu yang ia pegang, [y/n] berlari ke dalam kelas. Jantungnya berdebar entah apa reaksi hanamiya nanti, ia tak peduli.
Mampu kah ia mengataknnya? Mampu kah perasaannya tersampaikan? Mampu kah hubungan mereka ditenun dari awal?
"oi hanamiya!" suara [y/n] yang menyebut namanya menggema di ruangan itu. Hanamiya menoleh tepat kearah [y/n] berdiri. Ia melepaskan kedinginannya menunggu kalimat yang akan dilontarkan [y/n] selanjutnya.
Ketika itu sudah senja namun matahari tak terlihat memancarkan cahaya kejinggaan, melainkan cahaya secerah matahari pagi. Hanamiya bermandikan cahaya yang menyelinap melewati jendela kelas ini. cahayanya semakin terang menyelimuti seisi kelas. Sosok pemuda yang ada di hadapan [y/n] ini semakin lama semakin tenggelam diantara cahaya itu.
Tak tahan dengan silaunya [y/n] menutupi pandangannya dengan satu lengan. Cahaya aneh itu bukanlah sebuah kebetulan ada di sana. Cahaya itu adalah tanda bahwa waktu [y/n] telah habis.
Pagi menyinsing, cahaya matahari jatuh tepat di wajah [y/n].Ia terbangun dari mimpi lucidnya. Perlahan [y/n] membuka mata dan mendapati dirinya tengah berbaring di dalam kamar. Butuh waktu beberapa detik sebelum [y/n] benar-benar tersadar sepenuhnya.
Sudut bibirnya mengangkat sedikit, satu lengan ia pakai untuk menghalangi silau karena sinar matahari yang membangunkannya. Ia teringat ekspresi hanamiya sebelum menghilang dari pandangan. Ekspresi hanamiya yang belum pernah ia lihat sebelumnya. Ekspresi dengan tatapan lurus, lembut dan terkesan hangat. Benar-benar berbeda dari imejnya sehari-hari.
"hidoi.." [y/n] mendengus. "jangan pergi begitu saja. Setidaknya biarkan aku mengatakannya dulu dong." Pagi ini, untuk kesekian kalinya batin [y/n] kembali merasa sakit. Sakit akibat mengingat penyesalannya. Sakit akibat tak dapat mengutarakan penyesalannya. Seolah jatuh di lubang yang sama. Padahal ia telah diberikan kesempatan itu. Namun baginya masih saja, ia tak bisa memanfaatkannya. Entah kapan kesempatan itu akan datang lagi. Entah apakah akan datang atau tidak.
[y/n] berbaring menatap langit-langit kamarnya. Perasaan miris kembali menyelimuti dirinya. "aku menyedihkan ya? Makoto.. Sekali lagi aku menyesal.. karenamu.."
~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~
oke done ;-;
Lagi lagi baper nulisnya. Sebenernya kejadiannya ini tuh panjang, tapi aku tak mengingat semuanya. Kira-kira kejadiannya berlangsung selama 4 jam, tapi masih saja kurang untukku ;-; padahal kalimatnya tuh simple, Cuma satu kalimat, tapi kok susah bener ngomongnya? Memang alice payah orz
kenapa malah curhat? Sumimasen deshita. Sekali lagi aku minta maaf sebesar-besarnya terutama fansnya hanamiya, sumimasen deshita! Lain kali aku buatkan oneshot happy ending hanamiya makoto, okaaay~? Ecchi or Hentai? Pilih :'v //slapped #canda
NEXT:
Oreshi!Akashi
Kuroko
Imayoshi
Nijimura
Furihata
Req? Vote? Comment? Or maybe follow? :'v thanks for reading~
Love,
Alice
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top