Sin [Haizaki Shogo]

#43
Requested by Yahisa_Nashimi24
Semoga ga ooc, semoga ga mengecewakan. Edisi habis nulis narasi dongeng :v
Happy reading~
~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~

SMP Teikou. Sekolah elit yang melahirkan Generasi Keajaiban. Yaitu generasi yang hanya lahir setiap 10 tahun sekali. Tak aneh jika Teikou merebut banyak medali kemenangan, terutama berkat Generasi Keajaiban tersebut. Namun, cerita kali ini tidak akan membahas tentang Generasi Keajaiban tersebut, melainkan kisah musuh bebuyutan antara [full name] dan Haizaki Shogo.

Sejak duduk di kelas 1, [y/n] dan Haizaki terbilang cukup dekat. Namun bukan berarti mereka akur, melainkan arti sebaliknya. Mereka seperti anjing dan kucing, selalu ribut setiap hari.

Seperti saat ini misalnya, [y/n] tengah asik duduk di kantin menikmati makan siangnya. Satu paket makanan [fave meal] plus [fave drink] plus [fave fruit]. Tentu [y/n] tidak makan sendiri, ia ditemani Alice, kawan sebangkunya [a/n: ngingetin aja, kemaren ada yang comment aku pake (bf/n), jadi aku pakai namaku sendiri :'v].

Ditengah kedamaian makan siang itu, tiba-tiba sesosok surai perak duduk di depannya. Ya, itu Haizaki. Ia menyeringai lebar pada [y/n].

"Mau apa lagi, kau?" Tegur [y/n] dingin. Dia sudah tahu jika Haizaki pasti memiliki suatu maksud.

"Maa.. Maa.. Jangan judes lah [y/n]-chan~" ucap Haizaki dengan nada mengoda, "Aku cuma mampir, duh." Kemudian satu tangannya menjulur menuju kotak makanan [y/n]. Apa yang hendak ia perbuat? Apa lagi kalau bukan mencicipi lauk milik [y/n].

Sayangnya [y/n] lengah hingga dia kecolongan. Haizaki memang selalu tahu celah untuk mencuri lauk [y/n]. Hal ini bukan kejadian sekali-dua kalinya. Sudah sering —memang, rutin hampir setiap hari.

"Yaaa!!" [y/n] memekik kesal. "Aku tahu hal ini akan terjadi! Oh, sial! Mati sana Haizaki kumpret!" Emosinya sudah tidak terbendung, [y/n] berteriak-teriak memaki si rambut perak. Beberapa anak di kantin bahkan terkejut, bahkan ada yang sampai melompat, tak terkecuali Alice disampingnya.

Namun Haizaki sama sekali tidak gentar. Ia malah tertawa terbahak-bahak melihat wajah marah [y/n] yang seperti tomat, sangat merah.
"Terima kasih atas makanannya!" Setelah mengucap seperti itu dia langsung kabur dengan santainya.

Duh.. Anak itu!

***

Itu hanya di kantin. Beda lagi kalau ada di kelas. Sebab tempat duduknya yang berada di belakang [y/n], ia lebih banyak memiliki kesempatan menggoda gadis itu.

Sebuah ujung pensil ia tusuk tusukkan ke punggung [y/n], atau melempar potongan penghapus ke kepala [y/n], atau duduk tidak mau diam dan mengirim pandangan dingin hingga punggung [y/n] bergidik.

[y/n] sangat tidak nyaman berada di kelas. Apalagi ketika ada Haizaki di sana. Rasanya ia ingin kabur. Memaki? Tidak bisa dia lakukan ketika ada di kelas atau sensei akan mengeluarkannya dari kelas. Yang bisa dilakukannya hanya bersabar dan bersabar.

Why da duck, seorang Haizaki begitu giat menggodanya? [y/n] tak henti bertanya-tanya.

Pernah suatu sore, [y/n] memergoki Haizaki tengah main di salah satu game station pada mall terdekat. Padahal tadi di sekolah, [cousin name] —sepupu [y/n], dari tim basket sedang sibuk mencarinya. Dia bolos?

Langkah [y/n] berbelok arah menuju posisi Haizaki. Tepatnya di depan sebuah mesin ia tengah memainkan game kungfu battle LAN. Apa asiknya sih?

"Haizaki." Suara [y/n] mengejutkan pemuda silver itu. Haizaki menengok ke belakang —tempat [y/n] berdiri.

[y/n] menatap pemuda itu penuh pertanyaan. "Apa yang kau lakukan di sini?"

"Apa yang kau lakukan di sini? Aku yang harusnya bertanya," sudut bibir Haizaki menyungging membentuk sebuah seringai. "Kangen ya?" Ia meledek.

Berkatnya, muncul perempatan simetris di pelipis [y/n]. Emosinya naik. Memang sih Haizaki sering menggodanya. Tapi semakin sering [y/n] malah semakin marah, bukannya terbiasa.

What the fish plus duck?

"Kau dicari klub basketmu. Kau bolos ya?" Ucap [y/n] berusaha tenang.

"Hah? Apa urusanmu. Mending duduk disini temenin aku main." Haizaki membalas tanpa menoleh sedikitpun pada gadis [h/c] di belakangnya. Berani sekali dia.

"Tch.. Lebih baik aku pulang." [y/n] sudah lelah, lebih baik dia pulang. Namun sebelum itu..

Tuut.. Tuut..

Suara nada sambung terdengar samar di telinga Haizaki. Penasaran dia menoleh ke belakang. Rupanya [y/n] tengah menelpon, menggunakan mode speaker.

"Telpon siapa kau?"

"[cousin name]— HEY!!" Tiba-tiba ponsel [y/n] direbut, membuatnya memekik heboh pada si pelaku. Siapa lagi kalau bukan Haizaki.

"Jangan coba-coba, [y/n]. Atau kuhancurkan ponselmu!" Haizaki memain-mainkan ponsel [y/n] diudara. Duh, bagaimana jika ponselnya terselip dan jatuh?

"Okay-okay! Balikin ponselku!" [y/n] mencoba menggapai ponselnya, merebut kembali dari tangan Haizaki.

Namun Haizaki masih lebih gesit. Pemuda ini menjulurkan lidahnya meledek [y/n]. "Ponselmu kusita sampai aku selesai. Kenapa tidak nikmati saja dan duduk disini?"

"Demi apa juga, tidak! Apa hakmu? Kembalikan ponselku—!"

"A-ah." Haizaki berpose hendak melempar ponsel milik [y/n]. "Ponselmu hancur loh. Mau coba?"

Glup,

Tidak adakah apa pilihan lain?

Haizaki menyeringai seraya menjilat ibu jari sebelum kembali fokus pada ronde baru, game yang ia mainkan.
"Payah."

***

Suatu hari, terjadi kehebohan di sekolah. [y/n] yang baru tiba itu tentu bertanya-tanya ada apa. Namun ia tidak melepaskan kalimat tanyanya hingga tiba di kelas. Disana Alice tengah duduk mengerjakan PR.

"Ohayou, Alice." Sapa [y/n].

"Ohayou mo." Nampaknya Alice sedang serius. Tidak sedikit pun ia melirik [y/n].

"Lupa bikin PR lagi—?"

"I can get it! Jangan khawatir, dont worry. Aku bisa selesaikan ini tepat waktu. Hehe..." Alice menyela dengan melebarkan telapak tangannya ke arah wajah [y/n] seraya menyeringai. Kemudian fokusnya kembali menuju sang buku tulis.

"Hm..." [y/n] melepas nafas Ya-Sudahlah. Manik [e/c] itu kembali menyorot kawan di sebelah bangkunya itu.
"Hey, hari ini orang-orang kenapa ya?"

Pletuk,

Isi pensil mekanik yang digunakan Alice tiba-tiba saja patah.
"Aah.. Sial." gerutunya. Segera ia meraih tempat pensil untuk mengganti isi yang patah tadi.

"Kau sudah tahu? Sekolah ini heboh. Ada apa ya?" [y/n] kembali bertanya, disahuti oleh tawa aneh dari kawannya.

"Kau tidak tahu?" Tanya Alice disahuti gelengan kepala oleh [y/n].
"[y/n].." Alice menatapmu serius. "Memang benar ya, kamu.. Pacaran.. Sama Haizaki?"

What?

"Hah?!" sontak mulut [y/n] terbuka lebar. "Kata siapa?! Sejak kapan aku pacaran sama orang sedeng kayak begitu?!"

"Hiyaaa [y/n]-chan pelankan suaramu!" Alice berdesis. "Aku tidak tahu, siapa yang menyebarkannya pertama kali. Tapi katanya ada yang melihat kalian berdua kencan di game center kemarin. Memang iya?"

"Tidaak! Aku hanya kebetulan terpaksa ada di sana, itu saja!" [y/n] nampak kacau sekarang.

"Sial Haizaki. Dimana dia sekarang? Apa sudah datang?"

"Tadi sih sudah. Tapi tidak tahu lagi."

"Okay, aku harus mencarinya. Ini harus diklarifikasi! Kami tidak pacaran. Titik!"

Tanpa membiarkan Alice mengucap satu kata lagi, [y/n] pergi meninggalkan kelas.

***

"Haizaki, itu betulan? [y/n] pacaran denganmu?"

"Yaaah.. Kami pacaran. Haha.."
Di koridor rupanya Haizaki sedang ditanyai pertanyaan yang sama. Bedanya adalah, ia menyahuti dengan santai.

"Jadi kalian betulan pacaran?" Ucap salah seorang siswa. Haizaki menjilat ibu jarinya, kemudian menyeringai seolah menyetujui pernyataan itu.

"Yah, kalian sudah tahu jawabannya."

Brak!

Sebuah pintu digebrak. Sontak orang orang yang ada di sana menengok pada asal suara. Rupanya itu [y/n] tengah berapi-api kesal.

"Kenapa malah iya iya saja? Haizaki. Cukup katakan itu tidak benar! Katakan yang sejujurnya kenapa aku bisa ada di game center itu!"

Hening.. Semua orang terkejut melihat [y/n] memarahi Haizaki. Kecuali pemilik surai perak itu tentunya. Seringainya melebar sebelum mengatakan, "Aw, [y/n]-chan malu-malu."

Cukup sudah. Emosi [y/n] sudah tidak terbendung lagi. Ia menghampiri dan menendang kaki Haizaki kuat kuat hingga korbannya meringis kesakitan.

"Sialan! [y/n]! Oi!" [y/n] sudah tidak mempedulikan perkataannya. Ia balik kanan segera meninggalkan lokasi.

[y/n] tidak habis pikir, kenapa Haizaki selalu seperti itu? Tidak bisakah pemuda itu membiarkannya hidup dengan tenang di sekolah? Setiap hari selalu saja ada kelakuannya. Apa salahnya hingga diganggu terus begitu? [y/n] lelah berurusan dengan Haizaki.

Kakinya membawa [y/n] ke atap. Disana langit biru masih berawan, teduh dan sejuk, diterpa angin pagi hari. Sangat menenangkan. Kedua kaki [y/n] seolah kehilangan kekuatannya. Ia jatuh terduduk di lantai menatap langit.

Apa salahku?

Buliran-buliran air mata berjatuhan dari sudut mata, merefleksikan cahaya langit hingga terlihat bagaikan buliran kristal. Entah mengapa ia menangis. Mungkin ia sudah sangat frustasi menghadapi Haizaki.

Ngiik..

Suara pintu dibuka mengibterupsi keheningan tersebut. [y/n] menoleh ke belakang —asal suara tersebut. Disana berdiri Haizaki tanpa ekspresi apapun. Namun setelah maniknya bertemu dengan milik [y/n], ia menyeringai. "Apa-apaan ini? [y/n] menangis? Pfft."

[y/n] cepat-cepat berdiri dan menghapus air matanya. "Mau apa lagi kau?" Ucapnya dingin tanpa ampun.

Haizaki malah tidak mempedulikannya, dia melangkah mendekati [y/n]. "Maa.. Tidak perlu sampai marah seperti itu kan?"

"Marah? Bagaimana aku tidak marah?!" lagi-lagi emosi [y/n] melunjak. Ia berbalik menatap Haizaki penuh amarah.

"Apa salahku?! Kau selalu saja menggangguku! Tidak puas, hah?! Setiap hari aku sudah cukup bersabar! Tapi mengatakan aku pacarmu, Haizaki kau sudah kelewatan! Aku benci kau Haizaki! Aku benci kau!"

Nafas [y/n] tersenggal-senggal. Lalu tubuhnya terasa lebih ringan. Ya, meluapkan emosinya seperti tadi memang sangat menguras energi. Tapi setelah semuanya keluar, rasanya sangat lega. entah [y/n] harus bersyukur atau tidak.

"Kau.. Sebegitunya membenciku?" Kening Haizaki berkerut.

Lagi lagi [y/n] menatapnya, masih kesal. "Apa tadi itu kurang jelas?"

Haizaki mendengus. "Yah.. Salahmu? Apa ya." Dia melangkah mendekati si gadis. Tak lupa sebuah seringai di wajahnya, selalu berhasil membuat [y/n] kesal.

[y/n] mengambil langkah mundur seiring lawan bicaranya mendekat. "Kau mau apa? Jangan mendekat! Uwaa!" Namun ia kalah cepat tentunya.
Haizaki meletakkan satu tangannya di punggung [y/n], menariknya ke dalam dekapan. Satu tangan lainnya ia letakkan di bawah dagu [y/n], mengangkatnya hingga pandangan mereka bertemu.

Dan tanpa peringatan sebelumnya, Haizaki mendaratkan sebuah benda lembut ke permukaan bibir [y/n]. Si penerima sontak melebarkan kedua matanya, tak percaya dengan apa yang baru saja dilakukan pemuda silver dihadapannya.

Jarak mereka sangatlah dekat, bahkan seinchi pun tidak ada. Dari jarak sedekat ini [y/n] dapat merasakan degupan jantung dan mendengar suara hembusan nafas si pria. Jantungnya ikut berdegup tak karuan. Wajahnya memanas hingga bersemu warna merah.

[y/n] benar-benar dibuat tidak berdaya. Melawan? Tidak bisa. Haizaki memiliki kekuatan yang lebih darinya sehingga apapun yang ia lakukan itu percuma. Lama kelamaan Kakinya mulai lemas, larut dalam kenikmatan aksi lawan. [y/n] pun merileks-kan diri dalam cumbuan Haizaki.

Setelah beberapa detik si predator —Haizaki, melepaskan mangsanya. Nafas mereka berdua terengah-engah kehabisan nafas. Mereka masih mengunci pandangan sampai [y/n] mendorong tubuhnya menjauhkan diri.

Ekspresinya benar benar tidak karuan, dia bingung, malu, dan marah, bercampur menjadi satu. "A-a-apa-apaan barusan!! Sialan kau Hai—"

"Itu salahmu. Itu dosamu [y/n]." Haizaki menyela kalimat [y/n]. Tangan kirinya melebar, ia letakkan di dada dekat uluh hati.

"Kau mencuri apa yang tidak seharusnya kau curi. Sepertinya aku menyukaimu."

~~~~~~~~~~~~~~~~~
Huyaaa~ done. Aku makin lama update ya? :""
Semoga kamu gak bosan nunggu hehe, setelah membaik nanti aku janji bakal nulis update kebut semalaman dan open req lagi XD uyeee!!
/ga ada yang peduli kok nak/

Request are closed

Tinggalkan jejak jika kamu suka~
Semoga kamu suka ;-;

Love,

Alice

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top