Reunion [Akashi Seijuurou]
Biasanya di SMP aku selalu dapat peringkat pertama sebagai siswa dengan nilai terbaik, tapi ketika masuk SMA, nilaiku terkalahkan. Tak peduli bunga sakura bermekaran dengan indahnya di sepanjang jalan menuju sekolah (Rakuzan), moodku tetaplah bad-mood. Saat upacara penyambutan siswa baru, aku melihat siswa yang mengalahkanku itu untuk pertama kalinya. Rambutya merah, kedua bola matanya memiliki warna yang berbeda. Heterochromia ? Itu yang ku tahu. Penyakit yang kemungkinannya hanya 12 dari semuia orang di dunia yang memiliki penyakit ini.
Rival? mungkin bisa dikatakan begitu. Ternyata namanya Akashi Seijuurou. Dia naik ke panggung dan memberikan sambutan sebagai perwakilan siswa baru dengan nilai ujian masuk tertinggi. Tanpa berkedip memperhatikannya berpidato, aku mencermati penampilannya, menghafalnya karena aku orang yang sulit menghafal orang. selagi itu, aku pun pertekad 'aku akan mengalahkannya' dalam hatiku.
Entah sial atau apa, aku malah mendapatkan kelas yang sama dengan Akashi Seijuurou. Bukan hanya SEKELAS tapi DUDUK BERSEBELAHAN!!! Mood-ku semakin memburuk.
SKIP
Aku terpilih sebagai ketua kelas. Aku sudah Bisa tersenyum meski masih teringat nilaiku yang dikalahkan Akashi (Well, aku benci kalah). Sampai..
"Selamat ya, [f/n]" Akashi memberiku selamat. Dia tersenyum melihat ke bola mata [e/c]ku dalam. Apa dia mencoba bersikap baik denganku?
"Terima kasih." aku memalingkan wajah. Mood-ku kembali buruk. "Akashi-kun, aku akan merebut posisi pertama lagi" aku masih memalingkan wajah.
"Posisi pertama? Pf, maksudmu siswa terbaik? Tak mungkin, aku selalu menang" apa akashi baru saja menertawaiku???
"Selalu menang? baguslah kau bersemangat" kataku sebal. Kegiatan di kelas pun berlanjut.
SKIPP
Siang hari aku makan siang di meja bestfriend-ku, [bf/n] sementara Akashi pergi entah kemana.
"Neh neh, apa kau sudah dengar cerita soal Akashi Seijuurou si peringkat satu itu?" tanya [bf/n] berkilau padaku.
"Belum. Apa?"
"Dia itu..." dan mulailah [bf/n] bercerita soal Akashi. Bagaimana tenarnya dia sebagai kapten Generation of Miracle, sifat buruknya, motonya, dan akhirnya.. ".. tak ada yang berani menentangnya." [bf/n] selesai bercerita.
"Ano.. dimana kau dengar itu, [bf/n]-chan?" tanyaku.
"Informasi menyebar dengan cepat dari para gadis. Kau harus segera menjalin pertemanan, [f/n]-chan" [bf/n] mengedip.
"ahh soal itu kurasa aku harus minta tolong kamu lagi [bf/n]-chan, hehe"
"Yaa karena satu-satunya temanmu hanyalah aku. Hari pertama bukannya mendapat teman, malah mendapat rival!"
"Haha gomen gomen"
"Jangan hanya tertawa [f/n]-chan, aku serius tahu!"
"Wakatta wakatta. Arigatou [bf/n]-chan"
SKIPPP
Sore hari aku berjalan sendirian dikoridor lantai dua yang sepi dan sedikit gelap. Aku barusaja dari ruang guru, berurusan dengan wali kelas mengenai organizer kelas. Sambil menahan takut akan kegelapan, aku memeluk setumpuk berkas yang kudapat dari guru. Aku mempercepat langkahku sampai akhirnya aku berlari ke kelas. Kubuka pintu kelas secepat mungkin hingga suara dentamannya menggema di seluruh ruangan itu.
"Kau itu kenapa sih??" ternyata masih ada orang di dalam kelas. Itu Akashi sedang bermain sogi sendirian di meja kami. Rasa takutku sedikit berkurang.mengetahui masih ada orang selain di kelas.
"maaf" aku berdiri di samping meja, menaikan tas ku ke atas meja, memasukan berkas yang ku pegang ke dalamnya.
"Oi duduk di sini dulu sebentar." kata Akashi.
"Aku harus segera pulang." aku memakai tasku.
"Kau berani menolak perintahku?" Akashi memainkan guntuingnya snip snip snip
"Kenapa kalau aku menolak?" aku mulai panik. Akashi memberikan tatapan tajamnya padaku. Itu membuat kakiku lemas. Akhirnya aku duduk di kursi yang berada di belakangku beberapa langkah.
"Anak pintar" Akashi meletakan guntingnya di meja.
"Cepat selesaikan ini." kataku.
Akashi menghela nafas. "aku berusaha bicarfa baik-baik denganmu, oke? Jadi diam dan jangan mengeluh. Aku tak suka kau mengabaikanku dan bertingkah seolah aku ini orang asing. Harusnya ketika bertemu kau katakan 'oh, ohisashiburi!' bukannya malah cemberut!"
Aku terkejut mendengarnya dari Akashi. "Jadi benar kita pernah bertemu sebelumnya?" gumamku.
"kau benar-benar lupa ya?" Akashi berdiri dari kursinya, mengambil guntingnya dan berjalan ke arahku. aku berdiri mencoba lari tapi Akashi mendorongku duduk kembali. "aku emperor, aku absolute, kalau ku bulang kita pernah bertemu berarti pernah!" guntingnya mengacung padaku, dia terlihat kesal. Aku menelan ludah, aku takut!
"Kau takut?" Akashi menyipitkan matanya, tatapannya jadi lebih lembut. Aku masih saja diam, menatapnya penuh ketakutan. Akashi menjatuhkan guntingnya. "Kau tak perlu takut padaku, kau tahu itu." Akashi marah. Dia meletakan kedua tangannya di bahuku lalu mencium keningku.
Kilas balik melintas di kepalaku, tentang anak laki-laki yang melamarku ketika aku kecil. Anak laki-laki yang selalu melindungiku. Anak laki-laki berambut merah dan memegang gunting. Air mataku jatuh ke pipiku. Aku baru menyadarinya sekarang. Dialah anak laki-laki itu. Anak yang membuatmu berambisi untuk jadi nomer satu.
"Sei..juu..rou" aku menyeka air mataku. Seutas senyuman terukir si bibirnya.
"sudah ingat? Masih saja lambat" Akashi mencium keningku lagi, tapi lebih lama dari sebelumnya. Aku mendorongnya menjauh dari keningku.
"Apa itu barusan?!" aku marah.
"Itu karena kau mengagetkanku tadi" Akashi mencium bibirku, ciuman singkat.
"Itu karena kau melupakanku" Akashi menyeringai. Pipiku memanas.
"BAKA!" aku mendorong dadanya.
~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~
Agaaak... ooc yah? apa ooc beneran?!
Thanks for reading, semoga kamu suka. Vomentnya ditunggu ><
Love,
Alicia
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top