Reuni [Aomine x Reader]
"Saia tantang semua kiseki no sedai reuni (Termasuk bang Niji sama Haizaki) 😂
Kalo boleh ada one shot ahomine x reader
Sankyuu :3"—Stella_Campbell @ Happy 10k votes!
Wadoh :" ini gimana caranya reuni? Okeh tantangan diterima! Hm... jadi terpikir suatu scenario. Kalau dijadiin kayak di bawah ini, gimana? Mungkin bakalan cheesy tapi... hope you like it.
And btw HBD KUROKO!
#48
REUNI [AOMINE X READER]
Jadi, ceritanya kau, Aomine, dan Momoi adalah teman semasa kecil. Sejak dulu selalu masuk di satu sekolah, TK, SD, SMP, sampai sekarang, di SMA. Entah bagaimana kalian selalu menempel satu sama lain, padahal Aomine orangnya agak... pemalas dan jorok. Mungkin sebab iba terhadap mama-Satsuki, kau bersedia menempel terus dengan mereka.
Tetapi bukan berarti Aomine selalu menyusahkanmu loh. Memang nyatanya kau selalu membantu Momoi untuk mendisiplinkan anak itu, tetapi Aomine sesungguhnya lelaki yang baik dan selalu ada kapanpun kau membutuhkannya.
Sudah beberapa tahun berlalu, kini kau duduk di kelas tiga SMA. Kau tengah asik duduk di kelas bersama Momoi—kebetulan kalian sekelas—sambil menikmati sekotak susu [favorite flavor].
Suara getaran dari ponselmu yang kau letakan di atas meja, menginterupsi. Sebuah notivikasi dari instagram, 'nijimura_sz baru saja membuat cerita setelah sekian lama'
Wah, notivikasi menarik. Tanganmu mulai menggulir layar ponsel, membuka lock screen dan menuju Instagram. Sebuah foto mantan kapten hebat Teikou tengah berpose di pusat perbelanjaan yang nampak tidak asing bagimu muncul di 'story' akun bernama nijimura_sz itu.
Matamu memeblalak dan segera menunjukan layar ponselmu pada Momoi. "Satsu-chan, ini di Shinjuku, kan?"
Momoi menatap foto di layar ponselmu dengan seksama sebelum mengangguk. "Iya, Shinjuku ... EHH?! NIJIMURA-SAN ADA DI SHINJUKU?!"
Kau mengangguk-angguk. "Ini gak salah lagi. APA DIA SUDAH KEMBALI KE JEPANG?!"
"Wah, hubungi! Tanyakan [y/n]-chan, tanya!"
***
Sore menjelang, waktunya menyudahi kegiatan di sekolah dan kembali ke rumah. Kau berjingkrak-jingkrak dengan hati senang sepanjang koridor menuju loker sepatu. Sebuah lagu abstrak namun ceria pun kau senandungkan, pokoknya kau benar-benar good mood sekarang ini.
Hingga ketika kau tiba di persimpangan koridor lantai satu, seseorang meneriaki namamu. Langkahmu terhenti, kau menoleh ke belakang—asal suara itu. seorang Aomine Daiki tengah berjalan santai ke arahmu sambil memanggul tasnya malas. Pandangannya tidak lepas menyorot sosokmu, dan kau yakini bahwa dialah yang memanggilmu tadi.
"Ngapain, sih? Kayak monyet aja loncat-loncat, mengganggu banget," protesnya sambil terus berjalan, mendahuluimu.
Kau pun menyamakan langkah dengannya. "Ye, biarin aja. Orang lagi hepi~"
Aomine menyeringai sambil mencuri pandang padamu yang berjingkrak di sebelahnya. "Ada apaan sampe hepinya kayak gitu?"
"Ah! Aku sama Satsu-chan belom bilang padamu, ya? Teikou angkatan kita bakal ngadain reuni—eh, dah seangkatan juga ding, Cuma yang deket-deket aja sama Nijimura-san," jawabmu, kali ini membuat satu alis Aomine mengangkat.
"Nijimura...-san?"
"Nijimura-san sudah kembali ke Jepang, jadi kita mau ngadain acara penyambutan kecil-kecilan."
Oh, ngomong-ngomong kalian sudah tiba di loker sepatu dan segera menggganti sandal ruangan kalian sepatu yang asli. Hari ini pun Aomine hendak mengantarmu pulang, seperti apa yang biasa ia lakukan bila bertemu secara tidak sengaja denganmu di perjalanan pulang. Jangan heran, ia sudah melakukan ini sejak SMP.
"Kita yang kumaksud itu, Akashi dan Kisedai yang lain selain kau. Atsushi sih belum ngasih jawaban, tapi Satsu-chan lagi mengusahakan membujuknya. Sisanya udah pada setuju, nanti kita bakal main ke Nagoya! Sekalian, mungkin bakal ada street ball juga selain makan-makan." ceritamu.
"He... kayaknya seru. Kisedai ya?"
"Kuroko dan Haizaki juga diundang, kok."
"He?" Aomine sedikit tertegun. Kalau Kuroko Tetsuya sih... sudah pasti akan diundang, tetapi Haizaki... "Siapa yang ngundang?"
"Aku."
"Kau?!"
"Dia kan mantan player juga, masa gak diundang," kau menjelaskan dengan polosnya.
Bukan itu loh, masalahnya, batin Aomine. Haizaki itu cowok berengsek yang nyaris menjebakmu untuk jadi korbannya, korbannya! Yah, kau memang tidak tahu menahu perkara ini, sebab Aomine sudah bertindak duluan sebelum ia bisa mendekatimu. Ia bahkan hampir menghajar Haizaki sebab berkata cabul tentangmu. Itulah salah satu alasan mengapa Aomine selalu menempelimu semasa SMP. Ia tidak sudi teman baiknya hendak diperlakukan bak habis manis sepah dibuang oleh pemilik nama Haizaki itu.
Aomine geleng-geleng kepala.
"Dai-chan," panggilmu. "Kau ikut, kan?"
Aomine melirikmu sekilas. Pandangan itu, pandangan yang kau berikan padanya ialah pandangan penuh harap yang sebenarnya sulit ditolak seorang Aomine Daiki. Pemuda berkulit tan itu menimbang-nimbang keputusannya, akankah ia ikut? Tetapi ada sesuatu yang ia benci jika berkumpul bersama Kisedai plus dirimu. Di lain sisi, ia tidak mungkin membiarkanmu pergi ke sana meski ditemani Momoi sekalipun. Masalahnya ada pada Haizaki.
Jauh dari yang kau ketahui, sebenarnya pada Kisedai sangat mengagumimu, terutama Midorima, Kise, dan juga Akashi. Ditambah Haizaki. Aomine dan Momoi mengetahui ini, tetapi berusaha tetap bungkam. Kalau Momoi, dia menutup mulut sebab diminta Aomine. Kalau Aomine sendiri, dia bungkam karena jelous.
Iya, cemburu. Entah sejak kapan api itu menyulut di dalam hatinya setiap kali melihatmu bersama para lelaki yang menyukaimu. Dan ia sadari bahwa ia menyukaimu, sejak dulu, tetapi tidak berani mengungkapkannya.
"Gak tau. Nanti lah pikir-pikir dulu," akhirnya Aomine menjawab, lengkap dengan helaan napas malas.
Jawabannya sungguh membuatmu kecewa. "Yah, kok gitu? Ikut lah ya, ya, ya?"
"Kalo aku bilang nanti ya nanti."
"Dai-chaan~"
"Diem."
***
Hari yang ditentukan telah tiba. Minggu, tepat hari ini adalah hari dimana reuni hendak dilaksanakan. Lokasinya di Nagoya, sengaja dipilih yang jauh sebab alasannya sih, Momoi butuh liburan sebelum ujian tiba. Dan kebetulan Nijimura akan tinggal di Nagoya untuk beberapa waktu, jadi ini akan memudahkan sang senpai yang ternyata lupa dengan jalanan di Jepang.
Kau, Momoi, dan Aomine berdiri berbaris di stasiun kereta. Aomine pada akhirnya ikut setelah dipaksa oleh Momoi.
"Ayolah, Dai-chan, kapan lagi bisa liburan sama [y/n]-chan? Lagian, kau gak mau kan, kalau [y/n]-chan yang berharga itu diambil orang waktu reuni nanti?"
Aomine sampai bergidik mengingat kejadian Momoi menjemputnya pagi tadi. Bisa saja menjadikan [y/n] sebagai alasan agar ia mau ikut pergi. Momoi memang tahu perasaan Aomine terhadapmu, dan kerap kali gadis itu menjadikannya bahan ancaman untuk Aomine.
"Lakukan atau kubeberkan perasaanmu!" seperti itulah.
***
Setibanya di Nagoya, kalian beranjak menuju sebuah warung ramen yang telah dipesan sengaja untuk acara ini.—makan siang bersama. Di sana rupanya sudah duduk Kise, Midorima, dan Akashi. Mereka menyambutmu penuh antusias, yah, meski Midorima nampaknya malah malu-malu kucing. Hal ini membuat antena cemburu Aomine naik sejaca imajiner, apalagi ketika kau bertegur sapa dengan mereka, atau tersipu pada pujian mereka.
Pemuda itu hanya kemudian duduk dalam diam, mencoba bermalas-malasan lagi. Siapa tahu nanti dia bisa enjoy sendiri? Setidaknya rival yang paling ia waspadai belum datang, dan semoga saja tidak datang.
"Haizaki-kun datang kok, bicara apa kau, Dai-chan?" tukasmu.
Aomine menghela napas lagi.
***
Setelah beberapa waktu berlalu, semua peserta reuni berkumpul termasuk Haizaki. Si playboy yang paling dikhawatirkan Aomine itu bahkan menyela duduk di antara ia dan kau. Sesekali ia berbisik seduktif di telingamu, berniat menggodanya dan berakhir mendapatkan cubitan maut dari gadis yang ia coba goda, begitu juga dengan umpatan lainnya dari member Kisedai, atau teguran dari Nijimura.
"Sepertinya yang lain jauh lebih merindukan kau ketimbang aku ya, [y/n]?" kata Nijimura ikut menggoda.
Kau menggeleng serta mengibaskan tanganmu. "Bukan, bukan, kami kangen Senpai, kok. Makanya ngadain acara ini."
"Atau modus aja biar bisa ketemu denganmu, [y/n]. Ah, Aomine mukanya biasa aja dong."
Mendengar perkataan Nijimura, kau menoleh pada Aomine. Dia memang nampak kesal, tetapi enggan bertutur kata.
"Kenapa mukamu, heh? Kayak orang nahan boker," ledek Haizaki.
"Elu kali nahan boker," balas Aomine, entah apa yang lucu tetapi Kise tertawa sangat kencang karena ini.
"Aomine-kun, kalau mau boker jangan di tahan. Gak baik."
"Aku gak nahan boker, tetsu!"
Kau ikut tertawa juga, kali ini karena kepolosan Kuroko, atau dia memang senaja berkata begitu?
"Lupakan," Haizaki kini beralih padamu lagi. Satu lengannya ia gunakan untuk merangkul bahumu, mendekap tubuhmu agar berimpit dengannya. "Hey, gimana kalau kita jalan berdua abis ini?" bisiknya sambil mengelus pahamu dengan tangan yang satunya.
Mungkin sebagian besar orang tidak melihatnya, tetapi Aomine melihat ini dengan jelas, sebab ia duduk di samping kalian. Haizaki mencoba berbuat mesum lagi padamu, dan untuk pertama kalinya Aomine bersyukur ia ikut dalam reuni ini.
"Aaahh... udah lah!" Aomine sudah tidak tahan. Ia berdiri dari kursinya dan menyeretmu pergi dari kerumunan itu sebelum kau dapat melakukan perlawanan terhadap Haizaki. Tangannya menarik milikmu, menggenggamnya protektif sepanjang jalan menjauhi warung ramen tadi. Ia marah, api cemburu masih berkobar di dalam hatinya. Serta kebenciannya tiada henti mengumpat nama Haizaki.
Aomine terlalu terlena dalam baying pikirannya hingga ia tidak menyadari bahwa ia membuatmu berlari demi menyamakan langkah dengannya. Kau coba panggil namanya tetapi pemuda itu tidak mau mendengar. Akhirnya terjadilah adegan seperti di dalam sinetron-sinetron.
"Aomine!" entah sudah berapa kali kau memanggilnya, kau tidak peduli sebab Aomine kini mendengarkanmu. Kalian berada pada pusat pedestrian yang cukup padat, Aomine bahkan tidak tahu kalian ada di mana. Sedari tadi ia melamun.
"Baka! Kau mau membawaku ke mana, hah?!" omelmu disela kegiatan menyelaraskan napas. Berlari kecil seperti itu cukup membuatmu lelah, terlebih dengan sepatu wedges yang kau kenakan. Sebenarnya kau tidak ingin mengenakannya, tetapi Momoi memaksa. Dan kau mengumpat sial pada dirimu sendiri sebab menuruti permintaan sahabatmu itu.
Aomine melepaskan tanganmu tanpa sepatah kata. Yang ia lakukan hanya memandangimu dengan ekspresi datar, hingga kau kembali memarahinya, mengatakan bahwa pergi seperti itu adalah tindakan yang tidak sopan dan semacamnya.
"Aku lelah, ayo kembali," ajakmu seusai puas berceramah. Saat itu kau sudah siap beranjak menyusuri jalan yang sebelumnya kau lewati. Kau siap dan bersemangat kembali. Ingin rasanya kau menampar keras wajah Haizaki, jika saja Aomine tidak menahan lenganmu.
"Berhentilah berlaga bodoh!" bentak Aomine. Ia bahkan mencuri perhatian sebagian pejalan kaki.
Oke, ini sedikit memalukan. Akhirnya kau mengajak Aomine pergi dari sana. "Pertama, ayo menyingkir dari keramaian dulu."
Untungnya Aomine mau menurut. Kau membawanya pada wilayah taman terbuka yang tidak terlalu ramai dilewati orang. Kini kalian berdua bisa duduk santai berdua, dan berbicara. Raut wajah Aomine masih terlihat kesal. Sejujurnya kau tidak tahu di mana kesalahanmu. Aomine tahu-tahu menghambur mengajakmu keluar dari lingkaran reuni. Suasana pun menjadi canggung.
"D-Daiki...," panggilmu. Aomine mendengus sebal.
"Kau gak tau dimana kesalahanmu, kan?" katanya dank au mengangguk ragu.
"Kau sadar tidak, sebagian orang yang ada di sana itu menyukaimu, terlebih si Haizaki itu," jelas Aomine.
"Lalu?" balasmu menyernyit.
"Aku tidak keberatan kalau yang lain berusaha mendekatimu, tetapi Haizaki..."
"Haizaki...?"
Aomine diam.
"Dai-chan, kau gak cemburu kan, sama Haizaki-kun?"
"Jangan pakai panggilan sok akrab dengannya."
"Lah, kami kan emang akrab dari SMP juga. Yah, dia emang nyebelin, tetapi anaknya punya sisi baik."
Kini Aomine melotot mendengarmu. "Baik darimananya? Kau... jangan-jangan selama ini menjalin hubungan dengannya di belakangku!?"
"Hahaha, biasa aja kok hubungan kami. Kenapa-kenapa? Dai-chan cemburu ya, ya, ya?"
"Ck. Nanya doing. Nyebelin, dasar."
Ia membuatmu agak marah. "Kau ini, kenapa sih? Kalau ditanya yang nyebelin itu siapa, ya Dai-chan!" omelmu. "Gak suka aku sama sikapmu yang seperti ini. Apalagi ini lagi acara reuni, harusnya Dai-chan ngeakrabin diri lagi sama temen-temen, bukannya masang muka asem seharian! Satsu-chan susah payah ngumpulin kalian semua, tau gak!?"
Emosimu keluar semua, dan pelupuk matamu entah mengapa terasa memanas. Sepertinya kau akan menangis, tetapi mana sudi kau menangis di depan Aomine? Terlebih setelah mengomelinya seperti itu. "Soal Haizaki. Aku tuh mau ngegampar dia tadi tuh! Kalau aja Dai-chan gak main tarik aku keluar gitu aja!"
Ah... percuma. Sekuat apapun kau menahan tangis, percuma. Mengingat kejadian ebberapa menit lalu bersama Haizaki saja membuatmu merinding, pria itu semakin kurang ajar seiring waktu. Tetesan-tetesan air mata mulai berjatuhan dari pelupuk matamu. Dengan sigap kau hapus menggunakan kedua tanganmu.
Aomine merasa bahwa hatinya tersayat. Ia akui bahwa ia telah berbuat seenaknya dan menyebabkan mereka jadi sorotan publik. Kini, ia bahkan membuat orang yang ia cintai menangis.
Mengesampingkan tingginya gengsi yang ia punya, Aomine menangkup wajahmu dengan satu tangan serta membantumu menghapus jejak air mata.
"[y/n]...," lirihnya, "biarin aku aja yang ngasih si Haizaki pelajaran."
Perkataannya membuatmu menenggak, hingga pandangan kalian saling bertemu. Aomine nampak serius, dan sedikit rasa bersalah terpancar di matanya.
"Seperti yang selalu kulakukan di SMP kalau ada laki-laki yang berani bikin kau menangis. Tapi asal kau tahu, kalau aku ngelakuin ini semua karena aku..." ucapan Aomine terpenggal. Lidahnya terasa kelu, padahal hampir saja ia mengucapkan kalimat itu. kalimat yang selalu ia tahan sejak SMP.
Kau masih memandang lurus padanya, tetapi kali ini dengan tatapan bingung.
"Aku..." ucap Aomine lagi-lagi tersendat. Ia mengumpat lagi dalam hati.
"Karena sebenarnya aku menyukaimu sudah sejak lama."
Respon terserah desu /dihajar/ silahkan berimajinasi ria~
~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~
Astaga, ini tbh panjang kalo mau diterusin :" entah kenapa ide lagi ngalir lancar banget hiks sayangnya udah keburu ketauan masih bangun jam begini sama ortu ;-; ide sisanya disimpen buat oneshot lainnya, lagian udah kepanjangan yak, ahay. Aku gak bakal kek begini kalau bukan karena ngebaca tantangan dari Stella! Arigatooouuuu! Akhirnya otakku bekerja, ahaha//slap.
Oke, selamat bobok! Sekali lagi Happy Kuroko Day!
Love,
Alice
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top