Red Umbrella [Akashi Seijuurou]
#50
Btw ini yang aku selipin itu translate lagu Red Umbrella dari G-FRIEND. Lebih bagus kalau baca ff ini sambil denger lagunya. Biar lebih ngefeel, www...
Happy reading~
~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~
"Akashi?" Tegur Hayama yang menyernyit di sebelahnya. Habis sedari tadi, sang kapten melamun sambil melihat jalanan yang dibasahi hujan. Tepatnya hari ini tim basket Rakuzan tengah terjebak hujan di gelanggang olahraga sekolah. Mereka —kecuali Akashi yang berdiri bersandar di muulut pintu— duduk melingkar di dekat pintu sambil menyantap cemilan yang dibawa Mibuchi. Hujan turun tanpa terprediksi, dan semua anggota basket Rakuzan tidak ada yang membawa payung.
"Kok, malah diem di situ? Masuk angin, loh! Masih galau karena kekalahan kita, Aka—" tambah Hayama, seketika dibungkam oleh kedua temannya.
Akashi tidak mengindahkan perkataan Hayama meski ia tahu kalimat lengkapnya. Sepasang siswi melintas di bawah guyuran hujan dengan menggunakan payung merah, hal itu membuatnya terbuai nostalgia mengenai seorang gadis yang ia temui ketika ia masih duduk di bangku SMP, sekitar tiga tahun silam.
When I see a red umbrella
I remember that day and your face that I forgot
~Flash back~
Akashi Seijuurou adalah seorang siswa yang cukup disegani di sekolahnya. Semua tahu itu, bukan karena ia pewaris Akashi, melainkan pribadinya yang memang mengagumkan. Sebagian orang melihatnya sebagai sesuatu yang menyeramkan, oleh sebabnya banyak yang tak ingin berurusan dengannya. Tetapi, heroine di kisah ini berbeda.
Saat itu ia tengah berdiri di depan lobi SMP Teiko sambil menunggu hujan reda. Sebenarnya, bisa saja ia menyuruh supirnnya untuk membawakan payung untuknya, tetapi ia tak mau semakin dilirik karena dijemput seperti itu. Apalagi, masih bayak orang lalu lalang di hadapannya. Akhirnya Akashi memutuskan untuk menunggu, meski hanya dia yang tersisa di sana, berdiri sendirian.
"Ano..." Tiba-tiba sebuah suara menginterupsinya. Akashi menoleh pada si pemilik suara. Seorang gadis berdiri di sebelahnya sambil menggenggam sebuah payung berwarna merah menyala. Gadis itu adalah kau.
"Kalau tidak salah, tadi pagi kita datang dari arah yang sama. Kau kelas satu juga, kan?" tanyamu, "mau menumpang payungku?"
Suddenly, rain fell and I got drenched
But you came to me and shyly said
Wanna use this together?
Kau nampak tak mengenali sosok di sampingmu. Akashi sampai terperangah. Dengan senyum sopan, Akashi menolak, "Tidak, terima kasih. Duluan saja."
"Tidak apa-apa! Daripada menunggu hujan lama di sini."
"Aku benar, tidak apa-apa."
"Betulan?"
Petir mengilap di udara, seketika itu juga guntur bergemuruh dahsyat. Kau sedikit melompat karena terkejut, bahkan sempat menjerit. Akashi menatap langit saat itu juga. Ia berkalkulasi dengan sang langit, entah apa itu. Tetapi sesaat kemudian ia berkata, "Baik, aku ikut sampai halte."
Kau pun tersenyum lalu mengagguk setuju. Kaubuka payungmu kemudian kalian berdua berjalan beriringan dalam satu payung. Tak sekedar berbagi payung, kalian juga bercengkrama akrab. Akashi berpikir, ia tak akan memberitahukan identitasnya pada si gadis berpayung merah, takut kau merasa canggung. Habis, jujur saja Akashi cukup nyaman dapat berbicara santai denganmu.
The stories we shared
Underneath the umbrella
I thought we got a little closer
Waktu berlalu begitu cepat, tak terasa kalian sudah tiba di halte, padahal percakapan belum terselesaikan. Keduanya melambaikan tangan untuk berpisah. Akashi berpura-pura hendak menunggu bis datang, sedangkan kau melanjutkan perjalanannya ke blok sebelah.
Sorot pandang Akashi masih tak lepas dari punggungmu yang selangkah demi selangkah perlahan mulai menjauh. Sesuatu terasa mengganjal di hati Akashi, seperti ada yang terlupakan. Tapi apa? Ia terus mencari tahu jawabannya.
Oh, ia tahu apa yang terlupakan. Akashi melupakan satu hal: menanyakan namamu.
"Ano...," Akashi hendak memanggil kembali demi mengutarakan pertanyaannya. Namun, saat Akashi tersadar, kau sudah berbelok di perempatan jalan.
Akashi selalu mengingatmu, tetapi tak pernah sekalipun kalian bertemu lagi. Akashi bahkan sempat mencari ke seluruh sekolah, tetapi nihil hasilnya.
But like the rain that stopped
You had disappeared
And only the bright sky was there
~Flashback end~
Hari ini pun hujan nampaknya akan segera turun. Akashi melirik ke luar jendela kamarnya sambil berpikir, apakah ia harus membawa payung hari ini atau tidak. Jika ia tidak membawanya maka... bisa jadi ia akan terjebak di bangunan sekolah untuk waktu yang lama, sama seperti kemarin. Jujur saja Akashi tidak menyukai terjebak lama-lama seperti itu.
It's a sunny day today
Might be a rain shower
Should I bring an umbrella or not?
Ia juga merupakan manusia biasa yang tak luput dari kata 'lupa'. Akashi tak henti mengutuk dirinya yang lupa membawa payung, padahal ia sudah menyiapkannya sendiri di atas meja belajarnya. Dan sekarang ia harus berdiri di depan loker sepatu sambil menunggu hujan reda.
Kesal, sih, tetapi suatu pemikiran membuat hatinya tersenyum. Ini sangat mirip dengan kejadian saat ia bertemu dengan si gadis berpayung merah. Tetapi bedanya, kini kau tak mungkin datang menawari payung untuknya, sama seperti dahulu. Keberadaanmu saja di mana, ia tidak tahu.
Every time this happens
There's someone I think of
Hujan pun sudah tak begitu deras. Satu per satu siswa sudah mulai meninggalkan bangunan sekolah, tetapi Akashi masih setia menunggu hingga hujan reda. Matanya memperhatikan satu persatu payung yang berhamburan di bawah hujan, perlahan meninggalkan gerbang sekolah. Beruntung sekali mereka yang membawa payung, pikirnya.
Kemudian pada saat itu, ia melihat sesuatu yang sangat menarik perhatian. Seorang siswi tengah berdiri di sampingnya, siap membuka payung hitamnya sebelum menempuh perjalanan pulang. Kedua mata Akashi membelalak, benarkah apa yang ia lihat ini? Seseorang yang kian lama tinggal di dalam ingatannya, si gadis berpayung merah. Siapa sangka bahwa nasib kembali mempertemukan mereka?
Huh? That person?
Whoa! That person?
I believe that I'll see you again
Akashi terpaku di sana. Diam membisu. Pandangannya tak lepas dari sosok cantik di hadapannya, mengikuti setiap langkahmu yang kian menjauh dengan terburu-buru. Ia tak mungkin salah melihat, kan? Gadis yang barusan berdiri membuka payung di hadapannya adalah kau!
I'm waiting for it to rain again
Honestly, your face is fading
Tanpa pikir panjang, Akashi segera melesat ke dalam guyuran hujan. Ia sudah tidak peduli pada pakaiannya yang mulai terasa berat karena basah, atau resiko flu yang akan ia dapatkan kelak. Yang ia pikirkan hanyalah: mengejarmu.
Matanya tak henti mencari ke kanan dan kiri. Agak sulit menemukanmu yang mengenakan payung berwarna hitam, seperti yang kebanyakan orang pakai—apalagi dengan seragam yang sama dengan kebanyakan orang pakai di sekitarnya.
Nihil, Akashi kehilangan jejakmu. Ia hampir menyerah apalagi sebab penat yang muncul tiba-tiba di kepalanya. Tetapi tekatnya terlanjur bulat mencarimu dan tubuhnya basah kuyup, sudah terlambat untuk kembali ke tepat teduh. Akashi melanjutkan pencarian hingga ke luar gerbang sekolah. Ke arah mana kau pergi, kira-kira? Akashi terlihat memikirkannya sambil melirik ke kanan-kiri di depan gerbang.
Suddenly, there was a rain shower
And I was looking around
"Ano...," sebuah suara menginterupsi. Akashi menoleh dan mendapati kau berdiri di dekatnya, entah sejak kapan.
Kau tersenyum tipis pada sang kaisar, "Kalau tidak salah... kita pernah berteu, ya? Apa kau lupa membawa payung lagi?"
Akashi mengerjap, menyadarkan dirinya dari delusi sesaat. Kini gadis yang selalu ia cari selama berada di SMP Teiko nyata berada di hadapannya. Seperti mimpi saja.
"Kau masih mengingatku?" tanya Akashi, dan sangat melegakannya kau mengagguk.
"Kita pernah bertemu saat SMP, kan?"
Akashi mengangguk.
Kau tersenyum kemudian berjalan mendekatinya agar dapat memayunginya. "Ano... mau gunakan payung ini bersama?"
Then you came to me and shyly said
Wanna use this together?
Kalian berdua berakhir berjalan beriringan di sepanjang jalan trotoar. Akashilah yang memegang payungnya. Perjalanan kalian pun tak sunyi, percakapan ringan turut menemani. Rasanya begitu nyaman dan nostalgik hingga membuat seorang Akashi terbuai begitu saja.
Ia menyukai waktunya mengobrol bersamamu, dahulu maupun sekarang. Akashi sangat bersyukur dapat menikmatinya sekali lagi, bahkan ia harap untuk selamanya.
The stories we shared
Underneath the umbrella
I thought we got a little closer
"Ah, waktu SMP... hari itu adalah hari terakhirku sebelum pindah rumah," ceritamu, "aku jadi pindah sekolah juga, tentu saja kau tidak akan menemukanku di seluruh penjuru Teiko! Tetapi, aku senang bertemu alumni Teiko di sekolahku ini. Setidaknya di satu hari terakhir."
"Terakhir?" Akashi menyernyit.
"Iya. Besok ayahku pindah sector kerja, itu berarti kami sekeluarga juga harus pindah rumah."
"Mau pindah ke mana?"
"Tokyo," jawabmu. Akashi yang mendengar ini hanya bisa menelan ludah. Baru saja dia menemukan gadis berpayung merahnya, tetapi secepat hujan yang mereda pula ia harus kehilanganmu lagi.
"Kalau begitu, ini terakhir kalinya aku melihatmu," ucap Akashi menahan getir di hati.
Namun, kau menampar bahunya dengan cukup keras. "Kita masih bisa bertemu! Nenekku tinggal di kota ini. kalau liburan, aku pasti main ke sini," katamu dengan senyuman lebar.
Akashi sempat menutup mulutnya demi fokus menggosok bagian yang tertampar olehmu.
"Namamu Akashi-kun, benar? Kita nanti, ngobrol lagi, ya!" tambahmu.
Tanpa sadar Akashi menyunggingkan sebuah senyuman. Dan dari saku seragamnya, ia mengeluarkan sebbuah gaget. "Beritahukan aku nama dan alamat surelmu," katanya. "Setidaknya jika ingin bertemu lagi, kita harus saling menjaga komunikasi. Apa pendapatmu?"
Awalnya kau terdiam dan mengerjap demi menyerap maksud pemuda di sebelahmu. Tetapi kemudian secercah senyummu kembali. Kau mengangguk dengan antusiasnya, "Tentu!"
But like the rain that stopped
You had disappeared
And only the bright sky was there
Akashi merasa cukup puas meski ia harus kembali berpisah denganmu. Setidaknya kali ini ia selangkah lebih maju daripada ia yang dulu, saat masih menjadi siswa Teiko. Kini ia mengetahui namamu, bahkan mendapatkan alamat surelmu.
Sesekali jika kau mengintip ke dalam ruang OSIS saat Akashi sedang sendiri, kau akan menemukannya melamun sambil menatap langit di luar jendela. Saat ponselnya bergetar menandakan sebuah email masuk, ia akan segera membacanya. Dan pada saat itulah kau akan melihat Akashi tersenyum sendiri. Penyebabnya ialah email darimu, kalian rupanya saling membalas email. Menjaga komunikasi agar tidak hilang kontak, kata Akashi.
Hari demi hari, malam ke malam lagi, menceritakan setiap kejadian yang terjadi di hari kalian sebodoh apapun itu. Kau tak menyangka bahwa seorang Akashi dapat menjadi teman mengobrol yang asyik. Bahkan kenyataannya melebihi expectation. Berbeda dengan Akashi yang sudah menduga dari awal bahwa kau adalah pendengar sekaligus responder yang baik.
Akashi sangat menikmati waktu mengobrol denganmu, bahkan terlalu menikmatinya. Dan seiring waktu kenyamanannya terhadapmu bertambah, kemudian sebuah benih perasaan baru tumbuh di hatinya. Apa kau tahu apa perasaan itu?
Ya, cinta.
Tetapi, kalian belum pernah bertemu lagi sejak hari itu, dan Akashi tak yakin dengan perasaanmu untuknya. Apakah kau memiliki perasaan yang sama dengannya atau tidak. Siapa yang tahu? Mungkin saja sekarang ini kau sudah melupakan wajah Akashi sebagaimana wajahmu yang mulai buram di ingatan Akashi.
Rasa cintanya tak berkurang sedikitpun untukmu, bahkan rindu pun membuatnya gila setiap hari. Setiap malam Akashi berusaha mengingat wajahmu, senyummu, dan caramu memandang dirinya. Segala sesuatu yang dapat membuatmu tetap terasa dekat dengannya, meski hanya sebatas memori.
I'm gonna place you somewhere in my memories
I'm going to gather you
Are you listening to my heart that is waiting?
Akashi telah membulatkan tekatnya. Liburan musim panas tahun ini saat kau berlibur ke Kyoto, ia akan menyatakan perasaannya padamu. Pasti.
To be continued!
~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~
Nyaha~ apa ini? Yep, belom kelar :v ntar lanjutannya pake acara cinta segitiga antara kamu, Akashi, dan satu lagi...... sapa hayo? www
maap kalau gaje ini ;-;
Request done!
MichaelisAckerman21 (Akashi x reader tapi bukan yang sad ending—done!),
yumikokawaigaru,
Hirukaichi (Akashi x readers—wait, reader'S'?!),
Wulan_0810,
Sabang6D,
AgAirrrrr (Akashi x reader thor—THOR-SAN, iruka? Dicariin desu/slap. Naah, just kidding),
ReiTsubaki (akashix reader x saiki kusuo—aku gak main di fandom itu, beb :')
Beberapa dare belom sempet aku jawab, masih proses pengerjaan :" ntar aku publish kalau ada waktu senggang lagi :"
Okay! See you!
Love,
Alice
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top