Lipstick [Imayoshi Shoichi]

Aku saranin baca dulu chapter imayoshi yang sebelumnya ;0w0)a
Happy reading~
~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~

Kedekatanmu dengan imayoshi sudah melangkah sampai ke tahap pra-weding. Hanya tinggal menghitung dua bulan hingga hari Hnya. Sebab itu lah imayoshi ingin memperkenalkanmu kepada relasi bisnisnya.

Beberapa hari yang akan datang imayoshi hendak menghadiri sebuah pertemuan bisnis, berupa jamuan makan malam. Nah, di sana lah ia memutuskan untuk memperkenalkanmu pada publik.

Dengan seringai menempel di wajahnya, ia melangkah menuju kamarmu. Tangan panjangnya mengetuk pintu [your door's color]mu namun tak ada jawaban sama sekali. Sudah dua kali ia memanggil namamu. Masih saja tak ada jawaban.

Akhinya ia memutuskan untuk masuk ke dalamnya. Beruntung pintu mu saat itu tak dikunci. Jadi ia leluasa punya alasan jika seandainya kau marah ia masuk tanpa permisimu.

Ketika itu rupanya kau tengah asik membaca fanfiction di ponselmu seraya berbaring tengkurap di atas ranjang yang nyaman dan headset yang tergantung menutupi indra pendengarmu. Wajar jika kau tak mendengar panggilan imayoshi beberapa saat yang lalu.

Imayohi tersenyum tipis, sontak ide jahat menghampiri pikirannya. Ia mengendap-endap menghampiri tubuh mungilmu. Jemarinya meraih satu sisi headsetmu, kemudian menariknya lepas dari lubang telingamu.

Merasa ada yang menarik headsetmu, segera kau tengokkan pada sosok tinggi di tepi ranjangmu. Ia imayoshi lengkap dengan seringai killer/?nya.

"Maa.. Pantas kau tak dengar aku mengetuk." Ucapnya seraya membaringkan tubuh di sampingmu.

"Apa yang membuatmu sampai lupa datmratan begitu?" Ia bertanya polos. (A/n: Atau sok polos apa lah terserah kamu //alice lagi greget)

"Lupa daratan?"

"Yep. Kau lupa aku mau datang?"

"Ah!" Kau langsung bangkit duduk bersila. "Jam berapa ini?" Jemari menekan timbol di ponsel, mengembalikannya pada lockscreen. Di sana tertera jam. "Aaah.. Aku kelabasan. Gomen shoichi!" Ekspresi berubah jadi panik dan menyesal. Imayoshi terkekeh halus melihat kelakuan yang baginya imut, salah satu dari daya tarikmu.

"Hidoi no [y/n]. Suamimu mau datangnmaalah dilupakan." Okay, yang barusan itu gurauannya belaka. Meski kau mengerti dia bergurau, tetap saja kau tak bisa menahan pukulanmu padanya.

"Itu masih dua bulan lagi, tahu." Gemas kau memukul pelan lengannya. Dan sekali lagi imayoshi terkekeh.

"Maa.. Sama saja." Tiba tiba ia menarikmu ke dalam dekapannya. "Kau harus menebusnya." Seringai  jahat kembali menempel di wajahnya.

Kira kira apa yang ia maksudkan dengan menebus? Apa yang ia inginkan darimu? Mlihat ekspresinya kau yakin itu bukanlah hal yang baik. Entah mengepa wajahmu terasa memanas. Entah karena kedekatan jarak di antara kalian, atau.. Akibat isi pikiranmu.

"M-menebus bagaimana?" Mendengar pertanyaannmu imayoshi merasa ingin tertawa lepas. Reaksimu sangat lucu, terlebih ia sangat menikmati ekspresi malu malumu ini.

"Aku diundang jamuan bisnis lusa nanti. Aku ingin kau ikut." Ujarnya masih menyeringai. Sejujurnya ia sedang menahan tawanya pecah.

Jamuan bisnis adalah hal besar untuk karir calon suamimu. Sebab, hanya orang orang petinggi di perusahaannya ia bekerja lah yang melakukan kegiatan tersebut. Imayoshi hanya lah pegawai biasa, dan tak berpengalaman mengingat ia masih menempuh pendidikan untuk meraih gelar sarjananya. Namun berkat bakat dan daya pikirnya yang jenius, ia segera dpaat promosi jabatan, dan diundang pada perjamuan bisnis itu adalah berita mengembirakan. (A/n: sasuga horror senpai 'A')< )

"Hontou?! Perjamuan bisnis?!" Kedua manik [e/c]mu melebar dan senyuman terkembang, menanggapi senang berita tersebut.

"Ya, dan perjamuan itu diadakan dengan mitra perusahaan kami juga. Biasanya ada yang membawa istri mereka ke perjamuan tersebut. Makanya.." Ia mengaitkan helaian rambut yang menjuntai menutupi sebagian wajahmu pada telinga. "Aku ingin membawamu kesana, sekaligus memperkenalkanmu pada relasiku."

"Apa itu tak apa? Maksudku, kita bahkan belum menikah."

"Tinggal dua bulan lagi. Sama saja kan" imayoshi mengecup keningmu singkat. "Ayo cari gaun yang pas untukmu, Hm?" Tanpa menerima komplainmu, ia membawamu ke sebuah pusat perbelanjaan.

SKIIP

Ketika itu kau tengah melihat lihat gaun di sebuah butik pada suatu perbelanjaan. Jemari menyibak gaun demi gaun yang tergantung menjadi barisan di sebuah rak besi. Beragam macam model, beragam macam warna, terpajang rapih di sekelilingmu. Semuanya nampak indah hingga kau kebingungan hendak memilih yang mana.

Sementara kau sibuk memilih, imayoshi juga menyebukan dirinya dengan han yg sama sepertimu. Hanya saja Ia mencari di sisi yang bersebrangan dengan dirimu. Mari katakan butik itu lumayan luas, sehingga kau berada pada jarak yang agak jauh dengannya.

Seorang petugas butik menghampiri imayoshi. Wanita itu tersenyum ramah menyambut calon pembelinya. "Ada yang bisa dibantu?"

Calon suamimu menoleh pada petugas itu kemudian berkata, "Ya, aku butuh gaun formal untuk istriku. apa kau punya sesuatu yang bagus untuk perjamuan bisnis?"

Di saat yang bersamaan petugas lainnya juga menghampirimu. "Ada yang bisa dibantu, dik?"

Dik? Ia memanggilmu adik?

"Ya, aku mencari pakaian yg pas untuk pertemuan bisnis." Ucapmu berterus terang.

Pegawai tersebut tersenyum seraya berkata, "aku rasa ada yang pas untukmu. Mari, ikut aku." Dengan itu ia membawamu pada sisi lain butik.

Sekiranya satu menit setelah mencari, ia menyerahkanmu sebuah gaun dengan desain floral selutut berwarna biru laut tanpa lengan. Sabuk coklat muda menggantung mengelilinginya, dan sebagai pengganti lengan, gaun tersebut memiliki bahan yang dijahit menyatu dengan gaun tersebut dan melingkar di sekitar leher. Ruas jari jarinya panjang menjuntai hingga sikumu.

Harus kau akui desainnya simpel, dan terkesan formal. Hanya saja ada yang mengganjal di pikiranmu.

"Gaun dengan tope seperti ini sesang sangat digemari di kalangan anak SMP. kami juga memiliki stok warna yang lain." Jelas petugas tersebut.

Nah, kini kau tahu apa yang salah. Gaun tersebut memang sedikit.. Kekanak kanakan.

"Anak SMP?!" Tanpa sadar kau mengitarakan isi pikiramu dengan lantang.

"Ada apa?" Imayoshi yang mendengarmu segera menghampiri.

Petugas di hadapanmu nampak kebingungan dengan situasi ini. "Ano.. Apa aku salah bicara?" Ia nampak menyesal.

"Aku seirang mahasiswi, bukan pelajar SMP." Ucapmu mengibaskan tangan di depan dada.

Petugas yang tadi melayani imayoshi menghampiri kalian berdua. "Ini tuan beberapa pilihan terbaik kami yang aku rekomendasikan untuk istri tuan." Ucapnya seraya menunjukkan beberapa buah gaun.

Imayoshi mengambil semuananya dan menyerahkannya padamu. Ini, coba yang ini." Ujarnya. Pelayan yang memegangi gaun biru dihadapanmu kemudian terngaga dan mulai membungkuk minta maaf karena menyebutmu bocah SMP.

SKIIIP

Imayoshi tak henti menahan tertawa setiap kali mengingat kejadian di butik. Jujur saja kau merasa risih dengan sikapnya itu kau puruskan untuk menegurnya. "Sudah, ah, kau tertawa terus." Wajahmu sedikit tertekuk akibat kesal.

"Serius deh, memangnya aku pedofil mau menikahi anak SMP?" Imayoshi masih tak bisa berhenti menahan tawa. "Kalau diingat ingat, ini bukan kejadian satu dua kali kan?"

Bola matamu memutar, kesal mendengarkannya. "Ya ya ya sekarang berhenti tertawa."

Ketika sampai di kamarmu, kau membanting tubuh ke atas ranjang sementara imayoshi mengurusi sedikit urusan dengan [bro/sis name]. Bukan karena kau tak senang dengan gaun barumu, hanya saja, kau kepikiran perkataan pegawai di butil tadi. Ya, hal itu tak terjadi sekali dua kali. Kau masih bisa memaklumi jika orang orang mengira kau anak SMA, tapi SMP?

Rasanya hal itu sangat mengganggumu. Apa lagi sebentar lagi kau akan menikah. Aneh saja jika kau terlihat seperti anak SMP iya kan? Apa karena makeup yang kau gunakan kurang? Sejauh ini kau hanya menggunakan make up seperlunya saja, sih.

Sudut matamu melirik pada meja rias. Setelah memandanginya beberapa lama, akhirnya kau bangkit menghampiri meja tersebut. Kau lihat, ada sebuah benda yang sebisa mungkin ingin kau hindari di atasnya. Yaitu lipstik dengan warna pekat. (A/n: kalau kau tak ada masalah dengan lipstik warna pekat, just pretend! :""v)

Sebuah bisikan mendengung pikiranmu. Mungkin jika kau menambahkan warna tersebut di bibirmu, kau bisa terlihat lebih.. Dewasa? Pemikiran yang bodoh, huh? Tapi setidaknya ibumu pernah berkata jika wajahmu nampak lebih dewasa jika menggunakan makeup. Lalu mengapa tak dicoba?

Ragu ragu kau meraih dan membuka tutupnya. Jemari telunjuk dan ibu jari memutar stir di bagian bawah. Begitu lipstik siap digunakan, kau mendekatkan diri pada kaca meja riasmu. Perlahan memoles bibir bawahmu dengan lipstik [random color] tersebut.

Oh, tidak. Ini memalukan!

"[y/n]?" Sebuah suara milik seseorang yangsaat ini tak ingin kau temui terdengar memanggil namamu dari mulut pintu. Di aana berdiri imayoshi menatapmu sedikit aneh.

Ia mendekatimu sedikit menyeringai. "Aah.. Shoichi. Sudah selesai?" Ujarmu basa basi. Punggubg tanganmu hendak menghapus polesan lipstik di bibirmu, namun sayangnya imayoshi menahan hal itu terjadi.

"Ini sesuatu yang baru, kau menggunakan warna seperti itu." Ujarnya dengan nada sedikit menggoda.

"Ini, aneh ya. Baru mau ku hapus."

Imayoshi merebut lipstik di tanganmu. Kemudian ia menangkup wajahmu, manik nan tersembunyi di balik juntaian ravennya memandang lurus ke bibir [lipstick color]. Hati hati ia poleskan lipstik tersebut pada bagian bibir yang belum tersentuh oleh warnanya.

"Kata siapa." Komplimen imayoshi berimplisit. Tentu kau mengetahuinya. Wajahmu mendadak merona akibatnya.

Pemuda di hadapanmu menatapmu seraya terkekeh. Ia juga mengatakan hal semacam ini, "warnanya membuatku lapar." Seringainya mengerikan  seolah ia tengah memikirkan hal licik atau menyeramkan lainnya.

Apa maksud dari perkataaannya barusan? Imayoshi membungkukkan tubuhnya perlahan mendekati wajahmu. Ia akan menciummu? Kedua patami terpejam menantikan sentuhan lembutnya pada bibirmu.

Sedetik..

Dua detikk..

Tiga detik..

Tak terjadi apa apa.

Kauang merasakan hembusan nafarnya menggelitkk wajahmu. Tapi.. Kemana dia? Kau mengintip sedikit dan menemuka imayoshi berhenti di tengah jalan. Ia memberimu serjngai besar ketika kembali tegak.

"Ah.. Tidak. Akan ku tunggu sampai kau yang memintaku."

Dat creep.

~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~

Alice greget banget sama si senpai horror di cahpter ini :" gatau kenapa ._.
Readertacchi, would you hit him? Or let me do that to him!! //aura membunuh//

~AFTER A WHILE~

//udah tenang// gomen sama kekacauan sebelumnya. Etto.. Apa chapter ini baik baik saja? Bagaimana menurutmu? Bagus atau tidaknya cerita ini tergantung padamu hehe. Jangan sungkan ungkapkan pendapatmu di kolom komentar yo 'w')/ dan bantu aku tingkatkan ke-ic-an chara. 

makasih buat mama alice yang nyuruh alice buat pake lipstik, katanya biar keliatan dewasa -.- akhirnya terciptalah ide untuk chapter ini :"

Akhir kata, voment req?
NEXT:
~silahkan lihat di chapter sebelumnya karena aku lagi malaas :"""" //digampar bulak balik//

Love,

Alice

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top