Declaration [Akashi vs Kagami]

#53

Ini lanjutan chapter 'Red Umbrella'

Gaje gak gaje gak jamin, pokoke happy reading~

~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~

Musim panas akhirnya tiba. Libur? Jangan harap jika kau adalah anggota klub basket Rakuzan. Akashi salah satunya. Padahal ia sudah menantikan momen ini setelah sekian lama untuk menemui seorang gadis bernama [full name], teman lamanya, si gadis berpayung merah, yang kini menjadi gadis pujaan hatinya.

Rakuzan memiliki jadwal camp selama seminggu penuh. Akashi mau tak mau menuruti hal tersebut, sebagai anggota klub dan kapten tim tentunya. Dirinya tentu sangat menginginkan kemenangan yang sempat direbut oleh Seirin kembali untuk Rakuzan.

Seirin... [y/n] pernah menyebutkan nama sekolah itu dalam emailnya. Kalau tidak salah gadis itu dipindahkan ke sana. Dan Akashi ingat jelas bahwa gadis itu juga bercerita bahwa dirinya kini menjabat sebagai manager tim basket.

Suatu siang Pelatih Shirogane mengumumkan bahwa Rakuzan akan bertanding sekali lagi bersama Seirin dalam latihan tanding, yaitu pada hari terakhir camp. Sumringah tertahan kuat di wajah Akashi—aslinya dia sangat senang. Seirin akan datang ke Kyoto, itu artinya [y/n] juga akan datang.

Siapa yang tidak antusias jika seseorang yang kausuka akan datang berkunjung?

Akashi sangat antusias, sampai suatu hari ia mendapat sebuah email mengejutkan dari [y/n]. "Akashi-kun, kau masih ingat Kagami? Katanya kalian pernah beberapa kali bertemu."

Mengapa seorang [y/n] menanyakan hal itu? Padahal tidak ada angin maupun hujan, atau jangan-jangan besok akan turun salju?

"Ya, aku masih ingat," balas Akashi.

"Itu bagus! dia sangat antusias bertemu denganmu hari sabtu nanti, loh," balas [y/n] lagi.

"Kau berteman dengannya, [y/n]?"

"Ya... sangat dekat!"

Kening Akashi menyernyit. Sangat dekat, huh? Jadi tidak sabar ingin melihat seberapa dekat kalian, pikirnya.

***

Hari itu, masih hari kamis. Camp Rakuzan sudah kedatangan tamu latihan saja, Seirin itu sendiri. Pintu gym terbuka lebar, di ambangnya berjejer para anggota Seirin yang telah dinanti. Semuanya menunduk memberi salam, termasuk dua orang gadis yang ikut bersanding bersama kelompok lelaki bertubuh tinggi itu. Aida Riko dan [full name].

Mata Akashi mengerjap ketika sosok itu menampakan wajah di hadapannya. Rambut [h/c] cantik yang terikat ke belakang, netra [e/c] yang menawan, serta tubuh mungil terbalut seragam musim panasnya. Sekali lagi sosok itu membuatnya terkesima.

"Akashi-kun!" panggilnya menyapa, tersenyum seraya melambaikan tangan. Gadis itu berlari kecil menghampirinya di bench.

Saat itu tim Rakuzan tengah melakukan istirahat selama lima menit, mengetahui Seirin telah tiba di kawasan sekolahnya. Pemuda dengan rambut merah itu tersenyum tipis menyambut kedatangan [y/n]. "Hissashiburi. Perjalananmu pasti panjang, ya?" katanya berbasa-basi.

[y/n] membalas senyumnya seraya mengangguk. "Hissashiburi. Benar, tapi aku menikmatinya. Sudah lama sekali tidak ke Kyoto, dan lucunya aku masih mengingat jalan menuju sekolah ini," tuturnya bersemangat.

"Kau belum ada setahun meninggalkan Kyoto," balas Akashi.

"Ah, benar...," [y/n] mengetuk kepalanya sendiri, pelan.

Baru saja mereka melepas rindu, baru saja mereka kembali berbicara setelah sekian lama terpisahkan jarak, belum ada semenit, seseorang dari Seirin sudah memanggilnya bench di seberang lapangan.

Seorang Kagami Taiga berjalan mendekat. "[y/n], waktunya briefing," ucapnya seraya menunjuk bench seberang menggunakan ibu jari.

"Taiga-kun," [y/n] menyunggingkan senyum, "segera ke sana!" katanya.

Kagami masih berdiri di sana, berkacak pinggang, tak ingin kembali sendiri ke timnya tanpa [y/n].

[y/n] kembali menatap Akashi, masih dengan senyum di bibirnya. "Kita ngobrol lagi nanti, Akashi-kun. Jya...."

Akashi masih memandangnya, meski gadis itu kini sudah tidak lagi menatapnya. Hanya punggung berbalut seragam musim panas yang kian menjauh. [y/n] menghampiri Kagami dengan raing, serta menggandeng tangan pemuda itu menuju timnya.

Perasaan aneh pun menjalar ke seluruh penjuru tubuh seorang Akashi. Sedikit amarah, rasa sakit, serta perasaan iri berkecamuk dalam hati. Inikah yang namanya cemburu?

***

Rakuzan dan Seirin melakukan latihan bersama. Saat ini kedua tim sedang berlari mengelilingi wilayah sekitar sekolah. Tim Rakuzan tentu memimpin sebab merekalah yang paling tahu lintasan lari tersebut.

Akashi memperlambat langkahnya sebab ingin berlari di samping Kuroko. Bagaimanapun juga, mereka adalah teman semasa SMP, di saat seperti ini tentu ia manfaatkan untuk reuni kecil. Namun, keberadaan Kuroko saat ini tidaklah lepas dari sosok Kagami. Mereka berdua berlari berdampingan.

"Mungkin sudah waktunya untuk mengungkapkannya, Kagami-kun," ucap Kuroko terdengar di telinga Akashi. Sepertinya mereka berdua sedang memiliki pembicaraan yang dalam, Tidak enak jika ia menyerobot menyapa mereka sekarang, pikir Akashi.

"Entahlah, Kuroko...," ucap Kagami. "Aku masih khawatir ditolak. Kau tahu sendiri dia itu seperti [y/n]-semua-orang. Bagaimana jika dia menjauhiku nanti?"

"Kau tidak akan tahu sebelum mencobanya, Kagami-kun. Sejak kapan kau jadi penakut seperti itu? Aku yakin [y/n] tidak akan sampai menjauhimu jika ia menolakmu," balas Kuroko.

"Mengapa kedengarannya seperti [y/n] benar-benar akan menolakku, ya?" Kagami menghela napas.

Akashi sungguh tidak bermaksud menguping, namun semua itu terlanjur terdengar sampai ke telinganya. Kagami menyukai [y/n], begitulah yang Akashi tanggap.

Apa-apaan ini? Rival cinta? Dengan Kagami itu?

Langkah Akashi semakin melambat, kemudian berhenti dan membiarkan Kuroko serta Kagami melewatinya. Berjeda beberapa langkah, Kuroko ikut berhenti, begitu juga dengan Kagami yang bingung mengapa Kuroko berhenti.

Kuroko membalikan badan menghadap sang mantan kapten Teiko, bingung. "Akashi-kun?"

Akashi menatap sepasang cahaya-bayangan Seirin di depannya, datar. Ia tersenyum tipis, saaangat tipis pada Kuroko, lalu melayangkan pandang pada pemuda tinggi di sebelah mantan teman satu timnya tersebut. "Kagami... bisa bicara sebentar? Hanya berdua."

***

[y/n] tengah sibuk berbincang dengan Aida ketika kedua tim kembali ke dalam gym. Dengan gercap, ia menyodorkan handuk dan botol minuman untuk para pemainnya.

"Hai, douzo," katanya ketika mengulurkan handuk pada Kagami.

Kagami menerimanya dengan senang hati untuk mengeringkan keringat di sekitar wajahnya. Pemuda itu duduk di bench dengan tenang. Terbilang cukup tenang bahkan untuk seorang Kagami Taiga. Ia bahkan tidak menyahuti ketika [y/n] menyapanya. Hal ini membuat [y/n] sedikit bingung.

Akhirnya gadis itu memutuskan untuk menghampiri Kuroko, si pemuda cyan yang bersandar di dinding belakang bench sambil memuaskan dahaganya. "Kuroko-kun, Taiga-kun kenapa? Apa terjadi sesuatu di luar tadi?" tanyanya,

Kuroko tersenyum tipis--sangat tipis--namun [y/n] sangat yakin bahwa temannya itu tersenyum padanya. "Sesuatu memang terjadi. Tapi, jangan dipikirkan. Sekarang ini, pokoknya Kagami-kun sedang fokus ingin mengalahkan Rakuzan," kata pemuda itu.

[y/n] ber-oh. "Mengapa mendadak? Padahal sebelumnya dia santai-santai saja dengan Rakuzan," ucap [y/n] lagi, namun kali ini Kuroko tidak menjawab.

Kuroko hanya menepuk pucuk kepala [y/n] lalu mengalihkan pembicaraan. "Waktunya kembali ke bench."

Para pemain Seirin dikumpulkan dalam satu lingkaran yang padat mengitari Aida yang memberikan sedikit arahan sebelum memulai permainan kecil dengan tim seberang. Sementara itu [y/n] berdiri di luar lingkar menatap punggung Kagami. Entah kenapa dia memiliki suatu firasat bahwa sesuatu yang mengkhawatirkan akan terjadi.

Pluit berbunyi, para pemain segera dikumpulkan di tengah lapangan. Satu persatu pemain inti Seirin mulai meninggalkan bench, tak terkecuali Kagami. Pemuda itu beranjak paling terakhir bersama Kuroko.

"[y/n]," panggil Kagami sebelum ia benar-benar menginjakan kaki ke dalam lapangan. Pemuda itu melirik sang manager, serius. "Seusai dari sini, kau ada waktu, kan?" tanyanya.

[y/n] mengerjap bingung, tetapi mengangguk pada Kagami. "Kenapa?"

Kagami ingin menjawab pertanyaan [y/n] barusan; mengajak gadis itu ke suatu tempat. Hanya saja Aida terlanjur menendangnya agar cepat memasuki lapangan.

Pertandingan dilakukan untuk 1 babak.

***

Senja menjelang, pelatihan pun disudahi. Para pemain bergantian pergi mandi sementara manager, pelatih, dan staf lain menyiapkan panggangan untuk acara bakar-bakar malam nanti. Akashi berpapasan dengan Kagami di koridor; Akashi hendak kembali ke gym dan Kagami menuju kamar mandi bersama Kuroko. Keduanya melempar tatapan tajam, tanpa mau berhenti sejenak demi bertukar sapaan.

"Jangan mengganggu rencanaku malam ini," kata Akashi saat mereka berada sejajar.

Kagami langsung menghentikan langkah, memutar badannya menatap punggung Akashi. "Kau tidak bisa melakukannya malam ini. pertandingan tadi pun berakhir seri!" protesnya.

Kuroko yang sedari tadi menemani Kagami hanya bisa diam menyimak.

Akashi turut menghentikan langkah lalu melirik Kagami untuk terakhir kalinya. Tatapannya masih saja mengintimidasi seperti biasa, benak Kagami.

"Bukankah aku yang lebih banyak mencetak angka dibanding kau?" sinis Akashi.

Kagami bungkam. Memang benar jika diingat-ingat, tetapi, "Tapi perjanjiannya bukan itu!" bantah Kagami lagi. "Jika timmu menang, kau baru bisa mendekati [y/n] lebih jauh. Dan mala mini, tidak ada di antara kita yang menang. Jadi tidak ada yang akan mendekati [y/n] malam ini," tuturnya lagi.

Akashi menghela napas pelan, kini seutuhnya menghadap Kagami. Namun, belum sempat ia berucap, Kuroko menyela.

"Aku punya ide," katanya merebut perhatian kedua temannya. Entah sejak kapan pemuda itu sudah berdiri di antara Kagami dan Akashi. Kagami ingin berteriak, dia pikir Kuroko sudah pergi mandi tanpanya.

"Karena kalian berdua sudah berniat mengutarakan perasaan pada [y/n] jauh-jauh hari, mengapa tidak utarakan sama-sama saja pada acara barbeque nanti malam?" saran Kuroko.

Akashi dan Kagami kembali beradu pandang, tanpa suara. Mereka berdua membuat Kuroko menunggu dengan tidak sabar di tengah mereka. Sejujurnya dia sendiri khawatir mereka berdua akan menolak ide ini. Tetapi kuroko sendiri tidak bisa diam ketika keduanya bermusuhan seperti itu, diluar lapangan, apalagi menyeret-nyeret orang lain seperti [y/n].

"Mana bisa. Sangat diluar rencana. Yang ada aku diganggu nantinya," tutur Kagami agak kekanak-kanakan.

"Jangan khawatir, aku juga tidak sudi," Akashi menimpali.

"Malam ini, aku duluan yang menyatakan." Kagami marah.

"Jika kau tidak kalah cepat," namun Akashi menyahuti dengan sangat tenang.

"Kau tidak boleh mencuri start!"

"Kau punya wewenang melarangku?"

"Tidak juga, sih..."

"Aku yakin [y/n] tidak akan menolak jika kuajak pergi berdua."

"Hei!"

Akashi berhenti membalas. Ia hanya menyeringai lalu pergi tanpa menghiraukan panggilan Kagami di belakangnya.

Kagami menjadi gusar, khawatir Akashi akan mendahuluinya menyatakan perasaan. Namun, Kuroko sebagai seorang teman yang telah mengenal Akashi sejak lama, bermaksud menenangkan dengan berkata, "Akashi-kun pasti tidak akan melakukannya di momen yang tidak mendukung."

"Begitukah?" balas Kagami, "aku tidak yakin dia tidak akan bergegas."

TBC.

~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~

Gak sadar udah banyak yang diketik tapi belom kelar ceritanya ;; mau dibunag-buangin, tapi bingung juga -,-" Yaudah, dipenggal di sini aja biar gak kepanjangan. Kasian pegel nge-scroll entar wkwk. Keknya bakal jadi 4 part ini mah /slap. Liat nanti.

See you!

Love,

Alice

��

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top