Chrismast Wish [Furihata kouki]
Requested by blinggirl99
Hei hei ho~ kono alicia is back again ini chapter kedua untuk hari ini, setidaknyaa.
Oh, masih ingat ini ?
Y/n : your name
H/c : hair color
F/c : favorite color
H/l : hair lenght
E/c : eyes color
Bf/n : best friend (prefer girl) name
Harap diingat yo~
Happy reading~ xD
~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~
"Hei (y/n)."
"Ya?"
"Apa kau punya permintaan?"
"Permintaan?"
"Ya, aku akan mengabulkannya seperti santa!"
Sinar matahari merembes masuk melewati celah jendela kamar (y/n). Gadis ini terbangun dari mimpi masa lalunya. Mimpi tentang seorang anak laki-laki yang berjanji akan mengabulkan apapun permintaannya. Seperti santa yang mengabulkan keinginan anak-anak baik di seluruh dunia.
Hal itu sudah lama berlalu, ketika itu ia masih duduk di bangku SD. Anak laki-laki itu selalu mengabulkan permintaan (y/n) bagaimana pun caranya. Entah bagai mana ia terobsesi dengan santa. Sampai sekarang, ia masih menyimpan janjinya pada (y/n), meski kini ia telah tumbuh menjadi anak yang pemalu dan sensitif, dan (y/n) sudah lama tak mengatakan keinginannya pada sang anak laki-laki tersebut. Anak laki-laki yang sering disebut dengan nama, furihata kouki.
"Oke, mari bersiap sebelum santa datang menjemput." Dengan itu (y/n) berlari menuju kamar mandi, dan memulai rutinitas pagi harinya.
ONE AFTERNOON
"(Y/n), anu, apa kau sudah selesai?" Furihata menghampiri (y/n), teman semasa kecilnya di kelas. Ketika itu (y/n) tengah mengerjakan tugas tambahan dari guru (worst subject). Terima kasih pada kemampuan luarbinasanya hingga harus gagal di test (worst subject).
"Ya, ya, sedikit lagi." (Y/n) menaikkan kecepatan menulisnya. Tak berniat sedikit pun membuat sang sahabat dan juga cinta pertamanya menunggu lama.
"Pelajaran (worst subject) lagi?" Penasaran furihata mengintip hasil kerja pemilik surai (h/c) hati-hati. Sesekali ia berkedip kagum dengan kecepatan menulis sahabatnya yang bisa dibilang, buru-buru. Ia bahkan tak yakin (y/n) menjawab soal dengan teliti.
"Yep. Selesai!" (Y/n) mengangkat buku tugasnya di depan wajahnya seraya menghela nafas lega. Furihata sempat melompat ke belakang saking terkejutnya dengan reaksi (y/n) yang mendadak.
"Kau yakin semua jawabannya sudah benar?" Furihata mengingatkan. Ia mengambil posisi duduk di depan (y/n).
"Tentu." Tiba-tiba pemuda bersurai coklat ini merebut buku tugasnya. "Oh, hei, apa yang kau lakukan?"
"Um.. Memeriksa jawabanmu?"
"Pfffft.. Nilaimu tak berbeda jauh denganku."
"Setidaknya aku lolos di test kemarin, (y/n)" ia terkekeh malu.
Sekilas kerutan muncul di kening (y/n). "Apa kau sedang mengejekku?"
"Bukan! Tidak (y/n) em, anu,-" sontak furihata menjadi gugup. Tak tahan Melihat reaksinya (y/n) memecahkan tawanya. Baginya, furihata terlihat manis di saat gugup seperti ini.
"Haha, tidak kouki. Aku bercanda. Tolong periksa jawabanku, ne" (y/n) melempar senyum manisnya, tanpa ia ketahui wajah sang lawan bicara memerah tak karuan dibuatnya. Furihata sedikit merunduk agar helaian-helaian rambutnya turun lebih jatuh untuk menutupi wajahnya.
"Hari semakin malam. Ayo segera bereskan ini dan pulang." Ujar furihata.
furihata sering membantu (y/n), meski ia sering tak sadar telah membantu. Di lain sisi sang gadis menyadarinya, hanya memilih diam. Banyak hal yang telah dilakukan, seperti membantu memanggang kue kering untuk hari valentine, menyelinapkan seekor burung yang terluka ke dalam rumah untuk diobati, menemani ketika sedang dihukum membersihkan halaman rumah, menghibur ketika burung pipit yang mereka rawat mati, dan hal hal lainnya.
Furihata yang selalu baik, Bagaimana ia tak menyadarinya ia telah banyak membantu (y/n) Padahal ia yang meminta (y/n) untuk memintainya bantuan.
Biasanya (y/n) hanya harus menghubungi furihata dan mengatakan permohonannya. seperti, seorang anak kecil yang memohon pada santa.
Ingatan kilas balik mendominasi pikiran (y/n). Kilas balik ketika ia dan furihata duduk di bangku SD. Ketika ia jatuh cinta untuk yang pertama kalinya, Ketika furihata masih cukup berani untuk mengatakan isi hatinya.
Bukan salahnya sekarang ia menjadi sedikit Pemalu. Hanya saja (y/n) telah tumbuh menjadi remaja yang aktraktif. Membuat pemuda ini semakin jatuh hati setiap harinya.
"Kouki"
"Ya?"
"Masih ingat yang kau katakan ketika kita duduk di kelas 5? Soal santa?"
Sontak aliran darah furihata memanas, memunculkan semburat merah muda di wajahnya. "Y-y-ya"
(Y/n) menyadari apa yang terjadi pada wajah sahabatnya. Ia mengalihkan arah pembicaraan akibat khawatir. "Kouki, ada apa? Kau demam?" Ia bahkan bangkit untuk menyentuh kening sahabatnya.
"Tidak aku baik-baik saja" furihata menepis tangan (y/n) secara halus seraya memalingkan wajah. "Hanya masih merasa panas akibat latihan. Hari ini latihan sangat berat. Kuroko bahkan sampai muntah." Ia mengelak.
Seulas senyuman muncul di bibir (y/n) "baiklah. Ne kouki. Aku punya permintaan. Apa santa kouki mau mendengarnya?" Ujar sang gadis sedikit menggoda sahabatnya. Hal ini semakin meronakan semburat di wajah furihata.
"(Y/n) kau memanggilku begitu, itu.. Um.. Memalukan." Keluh furihata sedangkan (y/n) terkekeh pelan.
"Apa.. Permintaanmu?" Ucap furihata pelan.
Seringai mengembang di bibir (y/n) "aku mau kau menemaniku belanja mencari hadiah natal. Jika kau punya waktu."
"Tentu. Kapan?"
"Lusa, jam 3 sore. Di jam besar stasiun"
Furihata berkerut "lusa malam matal. Kau belum menyiapkan hadiah sama sekali?"
Ia membuat lawan bicaranya menghela nafas. "Ya! Hanya beberapa lagi sih. Jadi kau mau atau tidak?" Bola matanya berputar.
"Tentu-"
"Yay! Santa kouki mau menemaniku belanja!"
"(Y/n)..!"
AT THE PLANED TIME
(Y/n) berjalan santai menuju tempat yang di janjikan. Terlambat 2-3 menit, tak masalah bukan? Lagi pula ia yakin furihata belum akan sampai.
(Y/n) mengenakan Setelan dress diatas lutut berbahan silky dan katuun berwarna (f/c) dibalut oleh mantel flanel putih. Stoking hitam/putih menutupi kakinya, tak lupa sebuah sepatu kets/boot (f/c) berhak 3cm menghiasi kakinya. (Y/n) bahkan menggunakan makeup dan menata surai (h/c) (h/l)nya dengan aksesoris. Padahal ia tak pernah melakukannya ketika hendak pergi bersama furihata. Hanya saja kali ini ia merasa, spesial. Seperti.. kencan misalnya?
Namun dugaan (y/n) meleset. Rupanya furihata sudah tiba lebih dulu. Remaja itu mengenakan jaket kotak-kotak biru-putih dan vest (a/n: kalau aku tak salah menulisnya) woll abu-abu hangat. Tak lupa setelan jins dan syal hangat ia kenakan. Tentu cuaca di bulan desember cukup dingin, dan mungkin sebentar lagi akan turun salju.
Mendapati sosok furihata deengan dandanan bebasnya (selain seragam) pipi (y/n) memerah karena kagum. Betapa tampan dan manisnya furihata di dalam setelan itu. Bergegas (y/n) mempercepat langkahnya dengan berlari kecil menghampiri furihata.
"Kouki! Apa sudah lama menunggu?" (Y/n) berbasa-basi. Namun sayangnya furihata tak memberikan respon apa-apa. Ia membeku seperti patung dengan sorot mata memandang sosok (y/n) dan telinga yang memerah.
"Aa... Kouki?" (Y/n) melambai-lambaikan tangannya di depan wajah sang sahabat. Syukurlah itu berhasil.
Furihata melempar senyuman pada gadis cantik di hadapannya seraya berkata, "(y/n), kau terlihat..." Ia memotong perkataannya untuk mencari kata yang tepat untuk meneskripsikan (y/n). Namun terlalu lama hingga alis (y/n) mengangkat.
"...berbeda" furihata menyelesaikan kalimatnya. Ia bahkan terkejut mendengar kata itu keluar dari mulutnya. Ia menjadi panik. "M-m-maksudku bukan begitu! K-k-kau t-t-terlih-hat b-berbeda d-dalam artian yang bagus, s-s-eperti-"
"Terimakasih. Kau juga terlihat luar biasa, kouki." (y/n) menyela. Sebuah senyuman khas menempel si wajahnya. Furihata kehilangan kata-katanya. Ia tersenyum tipis menghela nafas leganya.
"Jadi, bisa kita pergi sekarang?"
"O-Oh, ya, ya. Ayo"
Kedua sahabat ini mulai menjelajahi kota tokyo, mencari hadiah untuk natal. Berbagai toko dikunjungi. Berbagai kedai dikunjungi. Pakaian hingga aksesoris. Dan pernak-pernik lainnya.
Meski acara belanja ini hanya akal-akalan saja agar bisa kencan dengan furihata, namun harus (y/n) akui bahwa ia cukup bersenang-senang memburu hadiah natal.
"Ini hebat. Terimakasih mau menemaniku hari ini, santa" ujar (y/n) menggoda furihata dengan senyuman 5 jari di wajahnya. Kini ia tengah berjalan di antara kerumunan orang dengan beberapa tas belanjaan di tangannya.
Telinga furihata selalu memerah ketika (y/n) menyebutnya santa. Sempat terpikir jika (y/n) sudah melupakan soal itu, karena sudah lama (y/n) tak melontarkan kata tersebut.
"Itu memalukan (y/n), masa itu sudah lama berlalu."
"Tapi kau tetap mendengarkan permintaanku." (Y/n) menyangkal pernyataan pria yang berjalan di sebelahnya itu. Kemudian ia mengambil nafas panjang tuk memberanikan diri. Ini lah saatnya. Ia berlari kecil beberapa langkah ke depan kemudian berbalik menghentikan langkah furihata.
"Tapi aku-hachi!!!!" (Y/n) bersin di saat yang tak tepat. Padahal baru saja ia akan mengatakan hal yang penting.
"Kau tak apa-apa?" Furihata mengambil langkah mendekati (y/n) seraya melepas syal yang ia pakai.
"Aku baik"
"Cuaca semakin dinging, (y/n)" kini ujung sepatu mereka saling bersentuhan. Furihata secara lembut melilitkan syalnya di leher (y/n).
Dalam jarak seperti ini, (y/n) dapat mendengar suara nafas dan detak jantung furihata. Jantungnya berdegup semakin kencang seiring tangan sang pemuda melingkar-lingkarkan syal di pundak sang gadis. Perlahan pipi dan telinganya memerah tersipu malu.
"Sudah selesai. Kau harus berhati-hati, pelatih bilang bulan ini sedang musimnya penyakit flu." Setelah selesai furihata kembali ke possisi awalnya, menjaga jarak antara (y/n) dan dirinya.
Namun (y/n) hanya terdiam membeku, membuat pemuda di hadapannya bingung. Satu tangannya menarik syal ke atas hidungnya hingga seluruh mulutnya tertutupi oleh kain.
"Ini hangat. Terima kasih" ujar (y/n) dengan rona wajah yang belum padam.
Furihata menyadari ini dan wajahnya juga ikut memerah, parah sekali. "S-sama sama"
(Y/n) memalingkan wajahnya sedikit, tak berani menatap atau menghadapi furihata sendiri. "Aku masih punya permintaan."
Furihata tak menjawab dan hanya menatap (y/n) grogi. (Y/n) memberanikan diri mengambil langkah mendekati sahabatnya. Dan saat ujung sepatu mereka kembali bertemu, (y/n) sedikit berjinjit untuk pengecup pipi sang sahabat.
"Aku harap furihata kouki bisa jadi pacarku." Ujar (y/n) berterus terang. Ia telah mempersiapkan ini sejak lama. Termasuk bagai mana jika furihata menolaknya. "Mungkin santa tak akan mengabulkan permintaanku kali ini." (Y/n) kembali menatap tanah, bersiap mendengar reaksi furihata.
Jemari furihata perlahan merambat ke pipinya, tempat (y/n) meninggalkan kecupannya. "(Y/n).."
"Aku tahu ini terlalu mendadak kan? Jadi tolong pertimbangkan ini Dengan baik. Tak perlu buru-buru, haha."
Furihata kembali diam untuk sesaat. "Tapi kita.. Aku pikir.. Sahabat" ujarnya . Andai ia tahu jika kalimatnya telah menghancurkan dinding harapan (y-n).
(Y/n) segera mengembangkan kembali senyum di wajahnya, dengan dipaksakan. "Kau benar, haha. Apa yang aku pikirkan. Tentu kita sahabat" meski ia tersenyum. Itu hanya akal-akalannya saja untuk menutupi rasa sakit yang ia terima. Ia menahan agar air matanya tak jatuh.
"Lupakan saja, aku akan pulang sekarang. Terima kasih lagi hari ini kouki!" Dengan itu ia berbalik dan mulai melangkah jauh,
1
2
3
4
Akhirnya furihata tersadar. Senyuman terkembang di wajahnya. Sejak lama ia menyukai (y/n) dan takut mengatakannya yang pertama karena takut merusak persahabatannya. Sosok (y/n) jauh di hadapannya ketika ia tersadar.
"Tunggu! (Y/n)" maka secepat yang ia bisa, ia mengejar sang gadis. Meski sedikit sulit menemukannya diantara kerumunan orang seperti ini, furihata tak menyerah.
"(Y/n), tunggu!" Furihata mengeraskan suaranya agar (y/n) mendengarnya. Sayangnya sang gadis tak mempedulikannya dan terus berjalan.
Ia terus mencari, hingga sampai di suatu penyabrangan jalan ia menemukannya. "(Y/n)!"
"Apa lagi kouki?! Tolong biarkan aku sendiri dulu!" Akhirnya (y/n) mau berhenti berjalan dan menatap sahabatnya. Manik (e/c) beningnya sudah berkaca-kaca, siap menghujani pipinya yang merona.
Furihata kehilangan kata-katanya ketika itu terjadi. Untuk waktu yang cukup lama hingga (y/n) kembali berjalan meninggalkannya.
"Sampai jumpa di sekolah, kouki"
Tak ada yang bisa ia lakukan. Pada malam natal ini, furihata, merasa sangat tak berguna dan penakut.
NEXT MORNING
"Aku tak percaya aku mengatakannya duluan (bf/n)" (y/n) menjatuhkan kepalanya ke atas meja, frustasi mengingat kejadian kemarin. Mereka tengah menikmati secangkir coklat hangat bersama di dapur.
"Kurasa bukan kau satu-satunya perempuan yang menyatakan perasaanmu duluan."
(Y/n) mengangkat kepalanya dengan segera. "Ya tapi mereka bukan aku! Oh, mengapa aku mengatakannya pada kouki? Hancur sudah hubungan persahabatan kami."
"Dan berkat ulah siapa kah itu?"
(Y/n) kembali menjatuhkan kepalanya ke meja. "Aku"
"Ahaha jangan khawatir. Aku yakin dia juga mencintaimu."
"Bagi kouki aku ini hanya sahabatnya." Ujar (y/n).
(Bf/n) sebagai kawan yang sabar menghela nafasnya. "Kau butuh hiburan. Ayo lah, ini natal. Jangan memasang wajah seperti itu."
"Aku tak bisa"
"Kau pasti bisa! Ayo. Apa yang ingin kau lakukan untuk natal? Bagai mana kalau melihat pohon natal di pusat perbelanjaan?" (Bf/n) tak menyerah, membujuk (y/n) agar tetap semangat.
"Aku baru saja dari sana kemarin."
"Ayo lah, ku mohon? Suasananya juga pasti berbeda dengan yang kemarin."
(Y/n) terdiam setelahnya. Ia tahu (bf/n) tak akan diam sampai ia menyetujuinya. Dengan berat hati (y/n) menghela nafas dan mengatakan "baiklah aku pergi"
"Yay! Itu baru semangat natal!" (Bf/n) memberinya pelukan erat sebagai rasa syukurnya.
"Ya, ya, tapi kau juga ikut!"
"Jangan khawatir. Aku pulang dulu bersiap-siap. kau juga! Janjian di sana saja, ya. bye!" Tanpa memberikan (y/n) kesempatan bicara, (bf/n) melesat ke rumahnya.
FEW HOUR LATER
(Y/n) berdiri menunggu (bf/n) di dekat pohon natal sendirian. Syal milik furihata ia kenakan membalut lehernya. Orang-orang lalu lalang melewatinya. Kebanyakan sepasang kekasih, sedangkan (y/n) hanya sendirian.
Baka (bf/n). Inilah mengapa aku tak ingin ketempat ini saat natal. Batinnya.
Rasa sesak memenuhi dadanya, masih mengingat kejadian kemarin. Andai saja ia tak mengatakannya, mungkin hari ini ia bisa menghabiskan natal bersama furihata. Penyesalan kembali ia rasakan. Rasanya ingin menangis, namun ia tak bisa.
"(Y/n)!" Suara yang familiar memanggil namanya. Namun suara itu bukan milik (bf/n). Melainkan furihata.
"Kouki?" Kedua manik (y/n) membulat ketika mendapati sosok furihata berlari ke arahnya.
Nafasnya tersenggal-senggal ketika sampai. Uap dingin keluar dari mulutnya. "Syukurlah ketemu." Ucapnya.
"Kenapa kau ada di sini?" Ujar (y/n) kebingungan.
"Aku diberitahu kalau kau ada disini." Sahut furihata. Sontak pikiran (y/n) langsung mengarah kepada (bf/n). Ini pasti ulahnya.
"Hei, dengar." Furihata sudah selesai mengatur nafasnya. Kini ia berdiri dengan tegap. "A-Aku belum selesai bicara kemarin." Telinganya memerah.
"Ha?"
"Aku pikir kita sahabat. Aku pikir itu yang kau pikirkan selama ini. Dan tak akan bisa menjadi.. L-lebih. Tapi kalimatmu kemarin.. Kalimat terbaik yang pernah ku dengar." Furihata mendekatkan jarak diantara mereka. Kedua tangannya meraih milik (y/n), mengangkatnya sejajar dada. Tangannya bergetar, sangat bergetar, saking gugupnya. Tak pernah ia merasa setegang ini bahkan ketika menghadapi akashi seijuurou di final wintercup kemarin.
"J-Jika kesempatan itu masih ada, b-b-biarkan a-aku m-m-mengabulkan permintaanmu." Ucapnya tergagap, namun ia berhasil mengatakannya hingga tuntas. Kalimat yang telah ia latih semalaman dengan tim basketnya hingga lancar. "Aku menyukaimu sejak lama (y/n). Maukah kau menjadi pacarku?"
Manik (y/n) berkaca-kaca. Kali ini bukan karena ia sedih, ia senang, tubuhnya dipenuhi dengan kebahagiaan yang tak terhitung. Seperti pop corn caramel yang meletup. Bahkan lebih manis lagi.
"Ya. Ya, kouki, ya!" Senyuman kebahagiann muncul di bibir (y/n) sedangkan Sebulir kristal bening jatuh dari sisi matanya. Kouki membalas tersenyum lembut seraya menyeka air mata sang gadis.
Suara tepuk tangan terdengar mengelilingi mereka. Rupanya sedari tadi mereka tengah menjadi sorotan publik. Orang orang bergantian mengucapkan selamat pada sepasang sahabat yang baru menjadi sepasang kekasih ini. Beberapa meneriakan agar furihata mencium (y/n) yang jelas membuat wajah furihata merah padam.
Tentu ia ingin melakukannya, tapi di tempat seperti ini? Mentalnya langsung menciut. Ia mungkin sudah berani untuk mengatakan perasaannya, namun mengecup (y/n) itu hal yang berbeda. Keringat dingin berjaruhan dari pelipisnya, tak yakin apa yang harus ia lakukan.
"Kouki.." Suara (y/n) menyadarkan dirinya. Pandangannya menatap pada wajah sang gadis, yang kini tengah menatapnya dengan wajah memerah.
"B-b-bolehkah?" (Y/n) mengangguk malu menyahuti. Furihata memperpendek jarak diantara mereka, kemudian merunduk untuk menggapai bibir (y/n) dengan miliknya. Sentuhan lembut dan manis, serta hati-hati seolah bibir (y/n) adalah porselain yang mudah rapuh. Siapa sangka furihata dapat melakukan hal seperti ini. Sang gadis, (y/n) meletakan satu tangannya di tengkuk kekasih, menariknya untuk lebih menciumnya.
Semua orang memberikan tepuk tangan yang semakin meriah, namun kedua sejoli ini tak mempedulikannya. Hanya saja, ciuman mereka terhenti oleh sinar terang dari sisi mereka. Rupanya lampu pohon cemara raksasa tengah dinyalakan, menambah suasana romantis di antara mereka.
Setelah melepaskan ciuman, wajah keduanya sama-sama merah seperti hidung para rusa kutub. (Y/n) memegangi kedua pipinya untuk menyembunyikan semburat merah di wajahnya.
"Selamat natal kouki."
Furihata tersenyum salah tingkah. Ia kembali mendekatkan wajah dengan wajah (y/n), kali ini untuk mengecup keningnya. "Selamat natal"
~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~
Dan selamat natal untuk semua readercchi!!!!!
Ofhsorbsufjegdjsdu TOO MUCH KAWAIINESS!!! FURIHATAAA!! //digamvarin masa//
Ahem, oke. Ini pertama kalinya aku nulis furihata dan aku ga tau kalau furihata incharacter atau ooc! //gulingguling//
Jadi, buat siapa saja, aku mohon -dengan strawbery dipuncak- bantuannya untuk komen dan bantu aku meng-ic-kan furihata -kalau furihatanya ooc- Aku merasa ada yang mengganjil dengan furihata tapi ga tau apa squint emotikon
Sekian buat hari ini, req voment follow ditunggu~ Dan sekali lagi selamat natal!!! XD
NEX
Kuroko
Imayoshi
Nijimura
Kiyoshi
Mayuzumi
Love,
Alice
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top