What if Batman accidentally killed someone.
Di bawah langit malam yang muram, Batman mengejar sosok yang melarikan diri dari sebuah bank yang baru saja dirampok. Pelarian tersebut, seorang pria dengan wajah tertutup, berlari dengan panik, menyusuri jalan-jalan gelap Gotham. Batman, penuh tekad, meluncurkan batarangnya dengan presisi yang biasanya tak tertandingi.
Namun, malam itu, takdir berbalik. Batarang tersebut meleset dari sasaran dan menghantam seorang pria yang sedang berjalan pulang dari tempat kerja. Tubuh pria malang itu tersungkur ke trotoar, darah mengalir di antara kepingan kaca dari jendela yang pecah. Batman merasakan jantungnya terhenti sesaat. Dengan tergesa-gesa, ia turun dari atap dan berlari menuju pria yang tergeletak di bawah.
Dalam kegelapan, ia mencoba memberikan pertolongan, namun pria itu tidak bergerak. Rasa ngeri dan penyesalan yang mendalam menghantui setiap detik. Saat sirene polisi mendekat, Batman berdiri terdiam, tidak bisa menahan air mata yang jatuh dari bawah topengnya.
Kehilangan yang mendalam melanda Gotham saat berita tentang kematian pria itu menyebar. Batman, biasanya seorang pahlawan, merasa seperti penjahat. Setiap langkah di jalanan malam terasa seperti beban berat di pundaknya. Ia menyaksikan wajah-wajah warga Gotham yang memandangnya dengan ketidakpercayaan dan kemarahan. Di hati mereka, ia bukan lagi pelindung, tetapi penyebab penderitaan.
Dalam keheningan ruang bawah tanah Batcave, Batman berlutut di depan layar komputer, meneliti foto pria yang menjadi korban—seorang ayah yang baru saja merayakan ulang tahun putrinya. Setiap detik di depan layar adalah siksaan. Ia menulis surat panjang untuk keluarga pria itu, mengungkapkan penyesalannya yang mendalam, meski tahu kata-kata tidak akan cukup untuk menghapus luka mereka.
Namun, dalam malam yang gelap dan hujan, Batman menghadapi kenyataan pahit. Setiap kali ia meluncurkan batarang, atau berlari di jalanan, bayangan pria itu selalu mengikuti. Penyesalan menyertai setiap langkahnya, dan di malam yang sunyi, ia berdoa agar Gotham—dan dirinya sendiri—dapat menemukan cara untuk memaafkan.
Dalam heningnya Batcave, di tengah gelap dan kehampaan, Batman tahu satu hal: meski ia bisa membasuh tangannya dari darah yang tak pernah seharusnya ada, rasa penyesalan itu akan selalu menghantui, mengajarkannya bahwa bahkan seorang pahlawan pun bisa terperosok ke dalam kegelapan.
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top