xlvi - They're Spending Christmas Eve Together
Participants and Pairings :
Healerellik - MasaKao
Kurogane_Luna - KiyoSoph
queenofjoker_ - SamaRain
IshikawaKaori - ErnestOcha
RainAlexi123 - SenAi
.
.
.
» MasaKao
Jam dinding yang terpasang di tengah toko berdentang sembilan kali. Waktu yang cocok untuk menutup bisnis pada hari ini. Kaori yang turut andil dalam penjualan kali ini meregangkan badannya. Cukup lelah setelah melayani pembeli yang membludak karena event diskon yang diadakan oleh tokonya dalam merayakan kedatangan Natal; yang tinggal tiga jam lagi. Setidaknya itu membantu mereka menutup tempat itu lebih cepat.
Setelah memastikan semua karyawannya pulang, maka Kaori melakukan pengecekan terakhir. Saat akan menutup tirai jendela, gadis itu pun terpana. Salju mulai turun, seolah memberitahukan bahwa puncak bulan ini akan segera tiba. Begitu indah. Membuat Kaori membuat catatan mental bahwa dia harus memainkan butiran putih itu di perjalanan pulang nanti.
Namun, manik violetnya kemudian menangkap sosok tiga lelaki yang saling sikut, tepat di depan pintu toko yang dia tutup sepuluh menit lalu. Maka dia pun bergegas untuk membukanya begitu menyadari ketiga lelaki itu siapa.
"Eh? Masamune-san, Shigezane-san, dan Kojuro-san?"
"Kan, sudah kubilang dia masih ada di sini," sahut seorang lelaki dengan cengiran lebar.
"Diamlah, Shigezane." Lelaki yang tampak paling dewasa di antara mereka menimpali. Sementara yang di tengah hanya berdeham sebentar, lalu bertanya, "apakah kami boleh masuk?"
Kaori pun lantas menepuk kening, meminta maaf berulang kali, lantas mempersilakan mereka untuk masuk. Biasanya, dia akan menolak jika ada yang berkunjung di saat tokonya sudah tutup. Namun, mengingat ketiganya adalah rekan bisnis yang amat dia kenal, tentunya dia memberikan pengecualian.
"Silakan dinikmati hidangannya." Kaori meletakkan sekeranjang kue kering berikut empat gelas cokelat panas di atas meja, lalu mendudukkan diri di kursi yang tersisa, "kalau boleh tahu, ada keperluan apa kalian ke sini? Apakah ada masalah dengan kontrak terbaru kita?"
"Tenang saja, ini bukan masalah pekerjaan. Tapi repotnya melebihi itu," jawab Kojuro. Shigezane yang ada di sampingnya tidak bisa menahan tawa. Tentu saja membuat Kaori menaikkan sebelah alis.
"Nanti akan dijelaskan oleh Masamune. Tapi sebelum itu, apakah kami boleh pindah meja?" Shigezane tersenyum simpul, lantas mengedipkan sebelah mata kepada Kojuro yang menganggukinya.
Kaori yang sudah terlalu bingung dengan sikap mereka dari awal bertemu hanya mengiyakan saja. Apalagi melihat Shigezane yang begitu santai membawa gelas miliknya dan keranjang kue ke meja yang berada di pojokan sana bersama Kojuro. Sampai dia sadar bahwa hanya dirinya dan Masamune yang berdua di meja itu.
"Sebentar, akan kuambilkan kue—"
"Tidak perlu, Kaori," cegah Masamune begitu melihat Kaori akan bangun dari kursinya. Maka si puan kembali duduk dengan segudang pertanyaan, terlebih begitu Masamune meletakkan sebuah kotak berwarna emerald bercampur ruby di atas meja.
"Sebenarnya, ini ada apa? Kalian dari tadi bersikap aneh."
Pertanyaan Kaori mebuat Masamune segera mengatur napas. Sekilas ada rona merah di telinganya. "Maaf memperlambat kepulanganmu. Namun, apa boleh aku ... merayakan Natal denganmu?"
Jawaban Masamune seketika memperjelas semuanya. Kaori segera melihat Shigezane dan Kojuro yang seolah-olah bersikap mereka tidak ada; keduanya pasti yang mengusulkan ide ini kepada pria dengan penutup mata tersebut.
"Ini inisiatifku sendiri. Keduanya hanya menemaniku karena ... kau tahu aku seperti apa," Masamune mengeluarkan napas dengan sedikit kasar di kalimat terakhir, "dan ini adalah kue yang aku buat. Semoga kau suka."
Hubungan mereka yang berawal dari bisnis hingga menjadi 'pertemanan' seperti ini cukup membuat Kaori tahu bagaimana Masamune dalam menjalin hubungan. Alhasil, rona pipinya kian memerah begitu menyadari niat lelaki itu. Apalagi ketika dia melihat Masamune yang tersenyum lembut kepadanya. Sial, detak jantungnya kian meningkat mengikuti dentang jam yang terdengar.
"Tentu saja aku suka!"
__________________
» KiyoSoph
Terkadang ada masanya sosok Kashuu ingin merutuki tuntutan pekerjaan yang kadang tak melihat waktu, harusnya dia bisa liburan dengan tenang dalam pelukan sang istri, namun disinilah dia, di depan cermin sambil meriasi diri untuk salah satu live dalam list panjang jadwalnya pada hari ini.
"Dasar, padahal hari ini, hari natal, bisa-bisanya tidak ada kelonggaran sedikit pun." Sang pria menggerutu di sela-sela mengecat kuku dengan warna merah layaknya warna kedua matanya.
Yasusada yang memperhatikan gerak-gerik Kashuu dari pantulan cermin di depannya hanya menghela napas sambil tersenyum miris. "Ya, mau bagaimana lagi, sudah tuntutan pekerjaan kita juga." Mendengar jawaban yang tak diinginkannya, Kashuu mendengus sebal. "Padahal aku ingin menghabiskan waktu dengan Sophie," cicitnya pada dirinya sendiri.
Melihat betapa suntuknya wajah sang sahabat membuat Yasusada tersenyum iseng, Kashuu tidak perlu tahu apa yang direncanakan oleh dirinya dan istri pemilik rambut coklat itu secara diam-diam, namanya juga surpise, bukan?
***
"Semuanya! Terima kasih sudah datang! Di dinginnya musim dingin sorakan kalian semua sudah menghangatkanku!" Walau bibir berkata demikian, batinnya berucap lain, 'Yah pelukan Sophie lebih hangat, sih."
Di kala matanya menatap kerumunan penggemarnya, matanya menangkap sosok yang sudah terlalu familiar di matanya. Dari gaya rambutnya, jenis pakaian yang dikenakan, dan senyumannya, tentu saja Kashuu tahu sosok itu siapa. Mana mungkin kau tak mengenali istrimu sendiri bukan. Bahkan di kerumunan sekalipun Kashuu pasti akan bisa dengan mudah menemukan sosok istrinya.
"Sophie! Apa, apa yang kau lakukan disini?" Backstage menjadi tempat pertemuan rahasia mereka, Kashuu tanpa diminta langsung memeluk sang istri. "Hm, mau menonton suamiku, tidak boleh, ya?" Kashuu tersenyum kecil lalu mencubit kecil hidung sang perempuan. "Kau tahu maksudku bukan itu, kan?"
Sophie tertawa kecil. Dengan lembut ia mengelus pipi suaminya, "Aku ingin menghabiskan waktu natalku yang sudah sedikit karena pekerjaanku dan suamiku yang sibuk." Kashuu yang mendengarkannya juga ikut tertawa pelan. Kedua dahi mereka bertemu, menunjukkan rasa rindu yang tertahan. "Selamat natal Kashuu."
"Selamat natal, Sophie."
__________________
» SamaRain
Kusarankan hari ini kamu pulang menemui istrimu, pekerjaanmu bisa ditunda.
Pesan dari superiornya, Taiko Katen, mengejutkan Samatoki. Jarang-jarang dia mendapatkan pesan di sosial medianya, terutama kalau sudah menyangkut pekerjaannya. Posisinya kini sedang patroli di Yokohama bersama rekan-rekannya, Jyuto Iruma, dan Riou yang duduk di kursi belakang.
"Kenapa, Samatoki? Ada misi baru?" tanya Jyuto, melirik sejenak ke arah Samatoki sambil menyetir mobilnya.
"Ah, bukan, ore mendapat pesan dari boss untuk libur kerja. Mumpung natalan, kali," balas Samatoki, langsung mengantongi hpnya di saku celananya.
Sang yakuza baru teringat juga hari itu adalah tanggal 24 Desember. Dia terlalu sibuk bekerja sampai lupa mengunjungi Rain, istrinya, selama hampir sebulan. Rain mewajarkan kesibukan Samatoki, tapi ini kali pertamanya Samatoki agak menelantarkannya. Kalau beberapa hari lalu Jyuto dan Riou tidak mengingatkannya untuk menghubungi Rain menanyakan kabarnya, Samatoki tidak ingat karena isi pikirannya yang penuh dengan tugas.
"Pulanglah, kalau begitu. Aku juga akan pulang cuti dari tugas. Masalahnya, ya, kamu juga sebentar lagi berkeluarga, dan Rain juga prioritas utamamu, jadi nikmatilah waktu bersama," lanjut Jyuto, tersenyum tipis.
"Ung, sekalian kejutan untuknya mumpung nanti malam natal," sahut Riou.
***
Jyuto mengantar Samatoki pulang setelah pembicaraan itu. Setelah yakuza itu turun dari mobil, dia segera bergegas masuk ke dalam rumahnya. Pintu rumah tidak terkunci, menandakan Rain ada di rumah. Hidungnya juga mencium adanya bau kue yang asalnya dari dapur. Baunya juga membuatnya rindu dengan suasana di rumah ketika tidak sibuk.
"Oi, Rain, ore pulang!" Samatoki melangkah ke arah dapur, dan sengaja meninggikan suaranya.
Samatoki mengintip ruangan dapur, mendapati Rain yang sedang membuat kue. Perempuan berambut pirang itu terlihat sangat kaget, dan dia baru saja menaruh kue yang dipanggangnya di atas meja.
"KOK PULANGNYA CEPET SIH, SAMATOKI AOHITSUGI?!" seru Rain, membalas teriakan Samatoki dan menatapnya tajam.
Samatoki entah harus tersulut juga karena Rain ngegas, atau justru takut karena nama lengkapnya disebutkan lengkap. She is the law begitu statusnya mereka adalah tunangan. Tapi karena kebiasaan mereka yang selalu adu mulut dan intonasi sudah sering terjadi sejak awal pertemuan mereka, Samatoki ikut ngegas.
"DIH, ORE PULANG GA DIPELUK, GA DICIUM, GAMAU DIBANTU NIH?!" Samatoki mengeraskan suaranya, menatap Rain tajam.
"DIH, NYEBELIN!"
Rain niatnya membuatkan kue sendiri untuk malam hari, ketika mereka berdua selesai makan malam. Hitungannya adalah kejutan untuk Samatoki, sekali-kali karena biasanya Samatoki yang memberikan hadiah Natal tiap tanggal 24 Desember sejak masa pacaran mereka. Sang CEO ingin membuat perubahan, apalagi tahu Samatoki yang sangat sibuk dengan pekerjaannya.
Untungnya, hubungan mereka cepat membaik hingga malam itu. Samatoki dan Rain memutuskan untuk makan di rumah, karena mereka berdua yang memasak-- itupun Samatoki dipaksa ikut sebelum jambul rambutnya ditarik brutal oleh tunangannya.
Waktu berdua saja di dalam kediaman Aohitsugi- Eastaugffe lebih penting, untuk menyembuhkan relasi mereka perlahan.
__________________
» ErnestOcha
Otsukare Mizuhara-Sensei"
Wanita berambut hitam pendek itu tersebut lalu melambaikan tangannya ke salah satu rekan kerjanya sebelum memasuki ruangannya. Ia menghela nafas sambil melepas jas putih lalu menatap jendela di sebelahnya. Di luar sana, Salju telah turun dari langit yang kini sudah gelap.
Senyum kecil terpatri di bibir kecil Ocha. "Salju" Ucapnya pelan.
Harusnya hari ini dia berada di rumah, menikmati salju sambil meminum cokelat panas ditemani film yang sudah ia unggah di salah satu aplikasi. Tapi apa daya, pekerjaannya sebagai Dokter Neurologi membuatnya tidak bisa menikmati liburan hari ini. Berterimakasihlah kepada rekan kerjanya yang meminta cuti hingga 3 hari kedepan.
"Haahh"
Lagi, wanita itu menghela nafas, mendudukan dirinya di kursi putar lalu menyenderkan tubuhnya yang lelah. Pasien kali ini lebih banyak dari hari sebelumnya membuat dirinya lelah. Manik itu memandang jam yang ada di dinding, pukul 7 malam, dua jam lagi ia bisa pulang dan beristirahat. Mungkin ia ingin memenjamkan matanya sebentar untuk menghabiskan waktunya sebelum pulang kerumah. Toh badannya juga sangat lelah.
Baru saja Ocha memenjam matanya, suara ketukan pintu terdengar membuat wanita itu kembali membuka matanya malas dan menghela nafas panjang. "Oh ayolah..." Gerutu Ocha sambil berdiri dari kursinya lalu berjalan ke arah pintu.
Memegang handle pintu, Ocha pun langsung membuka pintu dengan tarikan sedikit kencang. Namun seketika ia langsung terkejut ketika seseorang menyodorkan karangan bunga besar dan sebatang cokelat ke arah dirinya.
"Ehh?"
"Otsukare ojou-chan~"
Manik biru tua itu membola setelah mendengar suaranya. "Ernesto!" Dan memanggil namanya dengan terkejut. "S-Sedang apa kau disini?" Sambung Ocha dengan pertanyaan.
Ernesto salas, Kekasih dari Mizuhara Ocha itu tersenyum lima jari. "Yo, apa aku menganggu waktumu?" Tanya pria pirang itu.
"Tidak, aku sedang istira--jangan mengalihkan pembicaraan Ernesto! Bukannya saat ini kau ada di Brazil? Kenapa kau ada disini?"
Mendengar rentetan pertanyaan Ocha, membuat Ernesto memasang wajah melas seraya berkata "jadi, aku tidak boleh menemui kekasihku yang imut ini? Kau benar-benar jahat Mizuhara- Sensei, hatiku terluka"
Ocha yang melihat wajah melas Ernesto seketika langsung kalah, menyuruh kekasihnya masuk kedalam ruangannya.
"Jadi, kenapa kau ada disini?bukannya kau balik ke Jepang 2 hari lagi?" Tanya Ocha lagi setelah menutup pintunya.
"Hmm... Cerita singkatnya setelah dari afrika aku memang ke Brazil, tapi memang urusan disana lebih cepat dari yang kuduga maka dari itu aku bisa balik ke Jepang lebih cepat dari jadwal"
Mendengar cerita itu membuat Ocha mengedipkan matanya berkali-kali "benarkah?" Tanya Ocha dengan nada tidak percaya membuat Ernesto mencebik.
"Oh Ayolah aku berkata fakta"
Mendengar itu Ocha tertawa kecil "Baiklah-Baiklah, aku percaya" Ujarnya sambil tersenyum.
Ernesto pun yang ikut tersenyum, menjatuhkan karangan bunga dan coklat batang yang ia pegang ke lantai dan langsung memeluk Ocha dengan erat membuat wanita itu terkejut.
"Ernesto..."
"Aku Merindukanmu"
Wajah Ocha seketika memerah, menenggelamkan wajahnya di dada sang kekasih sembari memeluknya balik. Sudah hampir seminggu mereka tidak bertemu karena pekerjaan Ernesto yang mengharuskan dirinya pergi ke luar kota maupun Luar Negri. Sebagai wakil direktur, tentunya ia harus membantu ketua Direktur untuk bertemu dengan para relasi dan membuat persetujuan dagang. Dan itu membuat mereka jarang bertemu dan menghabiskan waktu bersama. Skalinya ada waktu luang, Ocha dan Ernesto akan menggunakan waktu mereka sebaik mungkin.
"Aku juga, aku merindukanmu"
Ernesto mengecup puncak kepala ocha, menghirup wangi dari rambut hitam sang kasih sampai memenuhi rongga pernafasannya. "Aku ada waktu luang sampai 3 hari kedepan, bagaimana malam natal ini kita habiskan waktu bersama?"
Mendengar tawaran itu membuat Ocha senang bukan main, tapi seketika ia teringat kalau ia masih bekerja sampai 3 hari kedepan. "Tapi aku masih ada pekerjaan yang tidak bisa ditinggalkan" Ucap Ocha dengan lesu.
Ernesto pun tertawa gemas lalu mengecup kening Ocha dengan penuh kasih sayang.
"Tenang saja, aku akan menemanimu dirumah maupun ditempat kerja. Dengan begitu kita bisa bersama, jadi gimana? Kau setuju dengan usulku?"
__________________
» SenAi
Libur akhir tahun? Apa itu? Apa itu semacam makanan baru?
Itulah yang berputar di kepala Ainawa selama seminggu terakhir. Bukan tanpa alasan, di saat murid lain sibuk merencanakan apa yang akan mereka lakukan saat natal dan akhir tahun nanti, Ainawa di sini harus fokus membaca deret demi deret buku Biologi dan puluhan soal latihan karena Olimpiade antar sekolah yang dia ikuti akan diadakan pada tanggal Satu Januari.
"Yousuka, kau melingkari jawaban yang salah."
"Oh—"
Ainawa sontak meraih penghapus dan menghapus jawabannya tanpa pikir panjang. Irisnya menoleh ke arah si pemilik suara.
"Terima kasih, Ishigami-senpai."
Laki-laki yang dipanggil namanya itu, Ishigami Senkuu, hanya tersenyum miring kemudian kembali fokus pada bukunya. Ainawa sendiri ikut kembali menatap kertas soal latihannya, membaca ulang soal yang salah. Namun kedua alisnya mengerut setelah selesai membaca soal tersebut, dan melihat jawaban yang baru saja dia hapus. Ainawa mengangkat kepalanya dan menatap kesal lawan bicaranya.
"Senpai—"
Ainawa menghentikan ucapannya saat mendapati laki-laki yang duduk di seberangnya sedang menopang dagu sambil tersenyum miring.
"Hm?"
Kedua pipi Ainawa merona, sebelum akhirnya membuang pandangannya.
"Jawabanku sudah benar, tapi sepertinya senpai sudah tahu dan sengaja melakukannya," gumam Ainawa masih kesal.
"Biologi bukan bidang keahlianku," sahut Senkuu, "tapi aku tidak perlu melihat soalmu untuk tahu kalau kau sedang tidak fokus, Yousuka."
"Uh, maaf."
Senkuu tidak menjawab, dirinya justru merapikan bukunya lalu berdiri.
"Kita sudah terlalu lama di sekolah, ayo pulang."
"Eh? Tidak apa-apa?"
"Sensei justru akan marah jika tahu kita sibuk belajar di hari seperti ini."
Ainawa mengerutkan alisnya, namun tetap merapikan bukunya seperti Senkuu. Setelah memastikan ruang belajar dikunci, mereka pun berjalan keluar sekolah.
"Tapi tanpa belajar pun aku yakin bisa memenangkan Olimpiade," sahut Senkuu mendengus bangga, "dan aku percaya kau juga begitu, Yousuka?"
"Hahaha," balasan yang Ainawa hanyalah tawa datar yang dipaksa, "tidak semua orang berotak encer sepertimu, senpai."
"Walaupun begitu—oh tunggu di sini sebentar."
Ainawa memiringkan kepalanya saat Senkuu menunjuk bangku yang ada di dekat mereka, tapi tetap melakukan apa yang sang laki-laki pinta. Melihat Ainawa sudah duduk di bangku, Senkuu segera pergi entah ke mana. Menyadari dirinya ditinggal seorang diri, Ainawa melihat lingkungan sekitarnya yang sudah mulai bersalju.
'Menyedihkan sekali, menghabiskan Chiristmast Eve dengan belajar,' batin Ainawa tersenyum kecil.
Namun dirinya terkejut saat melihat minuman kaleng muncul di depannya, membuatnya mendongkak ke belakang—melihat Senkuu yang sedang menatapnya. Senkuu sendiri membalas tatapan Ainawa, sebelumnya menyeringai.
"Tapi yang kita bicarakan itu kau, Yousuka, aku percaya dan yakin kalau kau bisa memenangkannya."
Senkuu meletakkan minuman kaleng itu di tangan Ainawa.
"Anggap saja itu salah satu ucapan semangat dariku, juga hadiah untuk Chirstmas Eve."
Sesaat Ainawa yakin bahwa suhu di sekitarnya jadi panas—karena dirinya merasakan kedua pipinya memanas.
Published on 12th of December, 2022
#PAW
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top