xlv - He/She Got Engaged with Other Woman/Man
Participants and pairing:
-KAGEYAMSMILK - TauMeli
queenofjoker_ - ToVierr
Cuzhae - KiyoSoph
.
.
.
» TauMeli
Lilin altar dinyalakan, dengungan nada suci terdengar oleh rungu kala upacara pengikat akan dimulai.
Gadis itu tersenyum pahit tatkala rasa sakit yang timbul dalam dada setelah mendengar ucapan absolut sang ayah. Sudut mata memperhatikan marquess yang berdiri dengan penuh harga diri tak lupa dengan kedua alis yang menekuk tajam.
Laufanis hanya bisa terdiam, tak ada keberanian yang tersisa untuk melawan sang marquess itu sendiri--sang ayah sekaligus pengusa wilayah perbatasan.
Hanya dengan sebuah 'ini semua demi kemakmuran keluarga kita.' sang gadis menjadi boneka hidup untuk memenuhi ambisi kepala keluarga itu.
Tanpa menyadari buliran air mata yang jatuh melalui pipi merah delima, hingga jatuh menuju gaun indah sang gadis.
'seharusnya bukan seperti ini.'
"ingat, ini adalah tugas mu sebagai seorang putri marquess." Pria tua itu pergi, meninggalkan sang anak gadis berdiri menghadap cermin besar yang menampik kan bayangan sang gadis itu sendiri.
Surai kelam nya disanggul dengan sebuah pin perak dengan berlian yang terhias, nampak elok dilihat, tak sama dengan ekspresi wajah sang gadis yang begitu sayu tak berjiwa.
Manik hazel nya menatap nanar pintu balkon, figur bak manekin itu berjalan mendekati, kedua tangan membawa selimut yang tersimpul satu sama lain.
Diri begitu nekat untuk kabur dari sebuah penjara kehidupan, hingga pada akhir nya sebuah bayangan tinggi memasuki tempat peristirahatan sang gadis, "taufan ?!"
Belum sempat tubuh bergerak mendekati, pemuda dengan surai dwiwarna itu segera mengahmpiri meli, memeluk nya secara erat sebelum pada akhir nya melepas kehangatan untuk selama nya.
"apa yang kau lakukan dengan selimut itu ?"
"aku ingin kabur, kumohon taufan bantu aku, aku tak ingin menuruti ayah." pemuda itu terdiam, setengah lidah kelu.
"aku tak bisa." iris sang gadis membelalak tak percaya atas ucapan sang putra duke, "ke-kenapa?"
"maafkan aku, aku sangat ingin melakukan nya tapi itu akan menjadi hukuman besar bagimu." taufan berucap sembari tangan mengusap pipi merah delima meli, "jika aku membawa mu pergi sang marquess tak akan segan untuk mengambil keuntungan, itu akan membuat perseteruan antar saudara, bahkan dengan bantuan kakak ku pun takkan cukup."
"apa kau tak bisa berbicara dengan ayah ? aku yakin dengan--"
"meli, kau tahu sendiri bukan aku tak sekedar dari seorang anak duke aku bukanlah pangeran yang
berkuasa seperti kakak ku, dilain sisi ayahmu menginginkan yang terbaik untuk mu, jikapun aku bersikeras." meli terdiam, apa yang dikatakan taufan ada benar nya, sang marquees--ayahnya haus akan kekuasaan, sang ayah sendiri pasti akan memilih kakak tertua dari pada taufan yang hanya seorang pangeran biasa.
"kalau begitu ini adalah pertemuan terakhir kita ?" gadis itu manatap taufan, raut wajah nya tak dapat digambarkan lagi, "aku bisa menemui secara diam diam, itupun kalau kau mau, aku tahu kau kecewa kepada ku tpi aku mohon jangan tatap aku seperti itu."
"sebentar lagi gadis cantik didepan ku akan bertunangan dengan pria lain." taufan mengambil napas dalam dalam, "tersenyumlah, kau boleh bertunangan dengan pria lain, tapi ingat, satu satu nya orang yang akan menikahi mu hanya aku seorang."
__________________
» KiyoSoph
Bingung melanda Kiyomitsu. Sebagai anak keluarga Marquess Fujishiro dia tidak bisa dengan bebas memilih pasangan hidup, semua itu sudah diatur yang bahkan Kiyomitsu sendiri tidak tahu-menahu tentang calon tunangannya.
Bukan tentang perempuan yang ditunangkan kepada Kiyomitsu tidak menerimanya ataupun sebaliknya, karena siapa pula yang akan menolak ketampanan serta kesohoran Marquess Fujishiro. Namun, ini mengenai Kiyomitsu yang sudah memiliki tambatan hati.
"Wajahmu terlihat seperti keset di kamarku, loh," celetuk Sophie. Cangkir berisi teh hangat ditaruhnya kembali ke atas piring kecil.
Kiyomitsu menatap datar pada Sophie. Apa wajahnya sejelek itu sampai disamakan dengan sebuah keset yang rendahan?
"Jangan samakan aku dengan benda kotor seperti itu. Wajahku mana pantas diisandingkan dengan sesuatu yang tidak elok," sanggah Kiyomitsu. Kentara terlihat tidak menyukai ejekan Sophie.
"Hahaha." Sophie tertawa renyah. "Makanya jangan terus menekuk wajahmu. Lama-lama kau seperti orang yang memikirkan sulitnya membayar utang," canda sang gadis.
Pipi Kiyomitsu memerah. Dia tidak sadar menunjukkan ekspresi yang serius saking terlarut dalam pikirannya. "B-Bukan begitu ...! Aku ... aku hanya sedang pusing soal pertunanganku."
Butuh beberapa detik untuk Sophie memahami perkataan Kiyomitsu. Sampai akhirnya dia terkejut, "Kamu sudah tunangan?! Kenapa tidak memberitahuku? Aku sedih, loh, sebagai teman dari kecil tapi tidak tahu kabar sebesar ini."
Kiyomitsu berdecak pelan. Jangankan memberi kabar kepada Sophie, Kiyomitsu pun tahu bahwa dia sudah ditunangkan dengan perempuan lain setelah pulang dari perjalanan bisnisnya.
"Memangnya aku mau bertunangan dengan perempuan asing! Aku sama sekali tidak sudi, Sophie," sentak Kiyomitsu sambil berdiri menggebrak meja. Sungguh dia merasa tertekan.
Pernah suatu kali Kiyomitsu ingin mengirimkan lamaran pada keluarga Lauvren, tetapi ayahnya menentang hal tersebut menngunakan alasan bahwa Lauvren tidak sejajar dengan Fujishiro, meski keduanya sama-sama dari keluarga Marquess.
Terbesit satu ide gila. "Sophie, ayo kita kabur."
"Hah? Kabur kemana? Jangan berpikir macam-macam, nanti yang ada permasalahan semakin rumit." Sophie menatap menatap tidak percaya kepada pemuda yang senang menghias kukunya itu.
"Sampai mereka membatalkan pertunanganku, kita bisa bersembunyi di Duke Sanjou. Aku yakin Duke Sanjou mau menerima kita di sana," lanjut Kiyomitsu.
"Tapi kenapa aku dibawa-bawa dan harus ikut kamu kabur?" tanya Sophie.
Mendadak Kiyomitsu tersipu. Mana mungkin ia secara gambling alasannya melarikan diri adalah karena menyukai Sophie. "P-Pokoknya kamu ikut saja, biar nanti Ichimonji yang memberi kabar secara berkala tentang perkembangan putusnya pertunanganku. Barulah saat itu kita bisa kembali."
"Sejujurnya aku tidak begitu mengerti dengan rencanamu, tapi karena kita sudah bersahabat lama, aku akan mempercayaimu," pungkas Sophie.
__________________
» ToVier
Vier Beilschmidt dan Tobio Kageyama sudah lama menjalin hubungan persahabatan hingga masa dewasa mereka. Keluarga besar Beilschmidt sudah menganggap Tobio sebagai bagian dari keluarga mereka, bahkan memperlakukan Tobio sebagai anak lelaki yang harus dijaga. Tidak hanya itu, Keluarga Kageyama juga memiliki hubungan yang sangat baik dengan Keluarga Beilschmidt jauh sebelum kelahiran keduanya.
"Kalau nanti kita sudah dewasa, nanti kita menikah, yuk?" ajak Vier, menatap polos Tobio.
"Eh, memangnya bisa ya?" tanya Tobio kembali, mengernyitkan dahinya.
"Nanti minta papa mama buat jodohkan saja, toh kita sudah dekat kan! Lagipula, cuma orang dewasa yang boleh menikah, katanya papa gitu!" jawab Vier semangat, memegang bahu Tobio dan menatap lelaki berambut hitam itu dengan mata berbinar.
Tobio tersenyum tipis, memeluk erat Vier. "Iya, nanti kita menikah. Janji ya, Vier?" balasnya.
"Kalau nggak, nanti kita nikah lari saja!"
"Kamu belajar ngomong gitu dari siapa?!"
Pembicaraan itu terjadi 20 tahun yang lalu, ketika masih berusia 6 tahun. Vier tumbuh menjadi seorang putri cantik yang menjadi penerus keluarga Beilschmidt, sementara itu Tobio melanjutkan tugasnya menjadi seorang ksatria. Hubungannya masih erat, untungnya, tetapi hubungan Vier dan Tobio sayangnya hanya bisa sebatas pertemanan.
Vier duduk di atas sofa, menundukkan kepalanya dalam. Air matanya mengalir deras, sementara itu dia berusaha menahan tangisannya. Di pangkuannya, terdapat selembar surat lusuh yang baru saja dia baca. Untuk pertama kali dalam hidupnya, dia mendapatkan berita buruk, melunturkan semua sisi ceria Vier yang selama ini diketahui. Di sisinya terdapat sosok seorang pelayan perempuan yang selalu melayani Vier dari masa kecil mereka.
Vier tahu bahwa Tobio juga diberitahu tentang pernikahan politik ini. Salah satu pelayan dalam rumah juga menceritakan kasus Vier kepada Tobio. Hanya saja, tidak tahu Vier akan dijodohkan dengan siapa, bahkan kedua orang tuanya tidak mau bercerita. Perempuan berambut perak itu juga tidak akan terkejut jika Tobio marah atau sedih karena janji mereka di masa kecil rusak karena kondisi keluarga. Mungkin jika mereka bisa melakukan tindakan yang lebih ekstrim...
"Jika pernikahan ini harus berjalan, aku akan mengambil tindakan ekstrim, yaitu membawa pergi Vier dan pergi jauh dari keluarganya."
Vier tidak tahu saja, Tobio sudah mengetahui berita tentang pernikahan politik itu. Dia telah menunggu waktu yang tepat, menunggu untuk mendekati Vier dan membawanya pergi setelah dia membaca berita itu.
Published on 3rd of December, 2022
#PAW
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top