xlii - She Got Kidnapped by His Enemies

Participants and Pairing

AisakiRoRa - Kiyosoph

rorovii_ - GavinAsa

queenofjoker_ - Jorielle

Asakura_Haruka - VicRora
.
.
.

KiyoSoph

Sophie akhirnya bisa melihat dunia tanpa harus melihat kegelapan lagi ketika kereta yang membawa nya memasuki sebuah kota kecil. Sejak tadi, penglihatan gelap karena jalan yang ia lewati adalah terowongan.  Sudah dua jam berlalu sejak ia diculik ketika Sophie akan mengunjungi toko parfum milik Kashuu, tunangannya. Namun tiba-tiba saja ia di culik oleh seseorang dan berakhir di sini. 

Sophie melihat ke arah jendela yang ukurannya kecil, ia melihat banyak pedagang dengan tubuh kekar--walaupun tidak semua, menjual beberapa barang yang seharusnya tidak dijual. Sekarang Sophie mengerti, ketika ia melihat pamflet bertuliskan 'Black Market'. Ia diculik untuk dijual. Sophie bergidik ngeri. Kemudian, ia mengalihkan pandangannya.

Aku harus segera keluar dari sini, batin Sophie. Tetapi ia harus bisa melepaskan ikatan di tangan dan kakinya. Namun sebelum Sophie sempat untuk menjalankan semua itu, kereta perlahan mulai berhenti. Bahkan, ia bisa mendengar percakapan diluar dengan sangat jelas. 

"Boss, kami berhasil mendapatkan apa yang Boss perintahkan tadi." Ucap seseorang berbadan besar itu, Sophie bisa melihatnya dengan jelas di jendela. 

"Bagus, aku yakin setelah ini Marquess Kashuu akan segera kemari." Pria dengan tubuh pendek dan dipanggil dengan sebutan Boss berjalan mendekati kereta. Sophie yakin ia akan membuka kereta ini. Rasa takut mulai menghampiri Sophie; ia memejamkan mata.

"Berhenti! Angkat tangan kalian semua!"

Teriakan tersebut, membuat Sophie membuka kedua matanya. Suara itu, suara yang Sophie kenali. Kashuu. Itu Kashuu. Ia datang untuk menyelamatkannya. Rasa khawatirnya mulai berkurang. Ia tahu kalau Kashuu akan menyelamatkannya. Karena mereka berdua tahu, mereka memiliki ikatan batin yang kuat satu sama lain.

***

Kashuu bersama beberapa pasukannya, membawa para pedagang illegal yang menculik Sophie secara paksa. Karena membuat tunangannya merasakan ketakutan dua jam terakhir. Membuat Kashuu sendiri cemas. Sehingga sekarang, ia berhasil menemukan Sophie dan memeluk gadis tersebut dengan erat. Tidak ingin melepaskan Sophie dan hanya menjadi miliknya seorang.

 Mereka berdua melepaskan pelukan. Kashuu menatap Sophie lembut, membelai pipi sang gadis dengan rasa rindu. Sophie menggenggam tangan Kashuu yang membelai pipinya. Air mata Sophie sendiri perlahan mulai mengalir. Penderitaan ini akhirnya berakhir.

"Maaf aku terlambat, Sophie." Ujar Kashuu pelan nan lembut. Sophie hanya memgangguk pelan. Merasakan kehangatan yang Kashuu berikan.

"Tidak, kamu tidak terlambat. Aku justru berterima kasih karena kamu menyelamatkan ku."

Balas Sophie kepada Kashuu, mereka saling merasa lega.

"Setelah ini, jangan pergi kemana-mana lagi dan tetap bersama ku ya?" Kashuu mencium kening sang gadis dengan pelan. 

"Selalu."

-------------------------
GavinAsa

Sudah bukan rahasia umum bahwa kerajaan PAW terbagi atas tiga kubu. Kubu Kerajaan, Kubu Katedral, dan Kubu Menara Sihir. Pada dasarnya ketiga kubu ini kurang akur, dan jarang adanya hubungan antar kubu yang tanpa adanya tatapan sinis atau kalimat halus berbumbu sarkas. 

Namun Duke muda Bai Gavin bukan orang yang memperdulikan hal-hal superfisial seperti itu. Terlebih lagi menyangkut sang pujaan hati (I.e: Asakura Haruka) yang merupakan salah satuvorang kesayangan di Katedral, yang membuat Gavin tidak bisa dengan bebas mendekat kepada Asakuranya tercinta.

Ditambah dengan ketidak pekaan (atau pura-pura tidak peka?) Asakura dan juga pemikirannya yang justru terlalu memikirkan hal superfisial seperti pandangan orang lain.

Walau Gavin ingin menunjukkan rasa sayangnya (oh, percayalah, tidak ada satu cacing pun di tanah kerajaan PAW yang tidak mengenal cintah bodoh Bai Gavin, hanya satu orang saja yang akan pura-pura tidak mengerti dengan isyarat tubuh sang duke yang jatuh dalam pengaruh asmara) namun Asakura selalu menolak, entah dengan tidak mengertinya, atau karena terlalu memikirkan perkataan orang. Sama halnya seperti sekarang.

"Duke, bukankah anda ada rapat parlemen sekarang?"

"Aku datang karena ingin melihat wajahmu, Asakura."

"Tidak boleh begitu, Duke. Anda harus segera melaksanakan kewajiban anda, lagipula wajah saya tidak ada spesialnya!"

Lagi, Gavin hanya tersenyum tragis kepada Asakura, lelah dengan ketidak pekaannya—Gavin bersumpah, bahkan jika Gavin menyebutkan bahwa dia mencintai Asakura pasti wanita itu akan menyalah kaprahkan lagi perkataannya. Mungkin karena itu pula Gavin akhirnya hanya langsung pergi untuk menjalankan tugas yang Asakura pinta; rapat parlemen. Rapat parlemen itu membosankan, diisi dengan 4 kepala keluarga Duke kerajaan yang saling adu pendapat dan tidak ingin kompromi, baru saja Gavin ingin rapat itu cepat-cepat selesai, ada sebuah info yang membuat rapat itu mau tidak mau harus Gavin tinggalkan.

"Asakura telah diculik?!"

Setelah itu bagaikan ada badai yang mengikuti Gavin. Entah sejak kapan Gavin sudah kembali ke kediamannya, mempersiapkan diri, membawa pasukan, dan entah sejak kapan Gavin sudah
di depan orang yang menculik Asakura tersayangnya yang tidak peka. Baru saja pedang Gavin akan menghunus kepada penculik itu, jika saja Asakura tidak menahannya.

"Jangan! Sepertinya ada kesalahpahaman, duke. Saya tidak di culik, saya sendiri yang pergi bersama mereka karena mereka meminta pertolongan—salah satu dari mereka ada yang terluka parah."

Seolah ketegangan di tubuh Gavin hilang begitu saja, Gavin menghela nafas dan menyuruh anak buahnya untuk keluar dengan isyarat tangan. Begitu hanya berdua, Gavin memeluk Asakura.

"Lain kali, jika ingin pergi berkabarlah. Aku sangat khawatir, tahu." Tangan mungil Asakura menepuk punggung Gavin, berusaha menenangkannya. "Tapi duke… kenapa anda begitu khawatir dengan saya?"

Gavin menghela nafas.

"Duke, saya turut berduka cita…" tiba-tiba terdengar suara, itu orang yang tadi hampir Gavin tebas, rupanya dia masih ada.

-------------------------
JoRiell

Joonghyuk adalah putra mahkota, sementara Rielle adalah putri dari negara yang menjadi sanderanya- dari keluarga Edmund. Seharusnya Rielle dijatuhi hukuman terberat karena suatu kasus politik dalam kerajaan, tetapi karena Joonghyuk menilai Rielle sebagai putri yang cerdas pada masanya, dia membiarkan Rielle hidup. Bahkan perlahan sang putra mahkota perlahan jatuh cinta padanya, walaupun para bangsawan agak ragu karena tidak menyangka sosok yang dingin dan emosian bisa luluh.

Rielle juga ternyata memiliki pendidikan dalam kedokteran, yang cukup berat untuk dipahami dan tidak sembarangan dipelajari. Joonghyuk mempercayainya sebagai salah satu dokter kerajaan yang dipercayai, selain menjadi putri kerajaan dan tunangannya.

Beberapa kali Joonghyuk berkomunikasi dengan Rielle, baik ketika waktu luang atau acara penting. Sejauh ini relasi mereka tergolong sehat meskipun ada konflik, naik turun dalam kehidupan mereka. Karena Rielle adalah putri asing, kondisi ini agak membuat konflik dua pihak kerajaan, tapi Joonghyuk masih bisa menanganinya meskipun prosesnya lama.

Sampai suatu saat, Joonghyuk mendapatkan selembar surat dari seorang pelayan. Surat itu dikirimkan tanpa nama pengirim, dan ditemukan secara misterius. Tidak ada yang berani membuka pesan itu, selain sang putra mahkota.

Kondisi di dalam istana juga agak sepi, padahal Rielle baru saja pergi kemarin sore untuk menghadiri acara penting sebagai perwakilan. Tapi, pagi itu, tidak ada kabar apapun, mau dari jendral, para penjaga dan tentara yang mengawal Rielle, maupun Rielle sendiri. Aneh, karena biasanya Rielle sering mengirimkan surat sebagai media komunikasi kepada Joonghyuk ketika dia keluar. 

Surat itu terbuka, dan Joonghyuk membacanya pelan-pelan. Setiap kata dan setiap kalimat dibaca teliti-- itu bukan tulisan Rielle. Tulisan Rielle jauh lebih rapi, dan bahasanya lebih berkelas. Kedua tangannya meremas kuat surat itu, tidak perlu mempertanyakan siapa yang bertanggung jawab atas hilangnya Rielle.

Satu sisi, di dalam hatinya, Joonghyuk merasa kasihan pada Rielle yang harus terkena imbas dari permasalahan kerajaan. Dia telah berjanji padanya- tunangannya- bahwa dia melindungi Rielle dalam kondisi apapun.

“Pengecut!! Memancingku keluar dan menjadikan Rielle sandera, yang benar saja!!” seru Joonghyuk, sampai merobek surat itu akibat amarahnya. Emosinya yang tidak stabil karena kehilangan Rielle, sekarang berurusan dengan musuh-musuhnya. 

“Mereka telah berurusan dengan Putri Rielle. Jika mereka tidak mau menyelesaikannya baik-baik denganku…” lalu Joonghyuk mengeluarkan pedangnya dari sarung, dan sorot matanya menajam, “... artinya mereka mendeklarasikan perang. Kita habisi mereka, jangan sampai ada yang tersisa!!”

-------------------------
VicRora

Victor menggeram rendah sambil merobek kertas yang ada di genggamannya. Dari raut mukanya, jelas sekali dia murka. 

"Goldman, siapkan kudaku." Titah Victor pada bawahan terpercayanya. 

"Tapi, hari ini ada rapat di daerah Duke Bai…"

"Beritahukan kepada mereka aku sedikit terlamabat. Karena Palladin yang bertugas untuk mengawalku harus kujemput terlebih dahulu." Victor memberi penekanan pada kalimat terakhirnya. Membuat Goldman bergidik ngeri. 

Bukan tanpa alasan, jika sang Duke Li sudah mengeluarkan aura mencekam seperti ini sudah jelas akan ada pihak yang kehilangan kepalanya. 

***

Rora menatap beberapa orang yang mengikat kedua tangannya, melancarkan beberapa mantra terlarang yang membuatnya tidak bisa berkutik dan tidak bisa melawan saat orang-orang itu menghajarnya. 

Hari ini Rora seharusnya pergi ke kediaman Li karena Duke muda tersebut diagendakan memiliki rapat bulanan bersama Duke Bai. Tapi di tengah perjalanannya dari Cathedral, Rora justru diserang dalam perjalanannya. Mereka menggunakan mantra terlarang sebelum Rora sempat mengangkat senjatanya. 

"Huh, gara-gara Palladin ini kita kesulitan membunuh tiran itu!" Umpat salah seorang lelaki sambil menendang tubuh Rora. Rora tetap diam, tidak ingin membuat penculiknya memiliki rasa senang karena mendengar rintihan atau erangannya. 

Dari percakapan mereka, Rora tahu bahwa orang-orang yang menyerangnya adalah anak buah dari beberapa pejabat korup di daerah kekuasaan Duke Li. Mereka bahkan menyewa pembunuh bayaran untuk melenyapkan Victor dan beberapa diantara mereka menguasai sihir dan mantra terlarang. 

Victor… Sungguh Rora tidak berpikir bagaimana dirinya karena dia tahu Cathedral tidak akan tinggal diam jika sesuatu menimpa salah satu Palladin terbaik mereka. Tapi gadis itu tidak bisa membayangkan sesuatu terjadi pada Victor. 

Selama beberapa bulan terakhir, Rora mendapat tugas untuk menjadi pengawal pribadi sang Duke dan ia tahu… Victor adalah lelaki baik yang peduli namun tersembunyi di sikap dinginnya. Belum lagi sifat strictnya membuat orang-orang banyak yang tidak menyukainya. 

BRAAAAK! 

Samar-samar Rora mendengar suara pintu tempatnya disekap didobrak. Gadis itu tidak bisa melihat dengan jelas karena ia menderita luka cukup parah pasca dianiaya oleh para penculiknya. Rasa kantuk yang hebat mulai menyerangnya. 

"DUMMY, JANGAN TUTUP MATAMU!" Kini suara Victor terdengar cukup jelas. Ia bisa mendengar ada nada panik di suara sang Duke. 

"Aku kemari untuk menjemput Palladinku. Jika kalian ingin Palladin lain, dengan senang hati aku akan memberikannya pada kalian." Setelah mengatakan hal itu beberapa Palladin menyerbu dan meringkus orang-orang tersebut. 

Victor sendiri berlari ke arah Rora dan menggendong gadis itu dengan perlahan. 

"Vic…" Suara Rora terdengar lirih dan lemah membuat Victor menggigit bibirnya dan tanpa sadar mengecup dahi Rora. 

"Palladin bodoh macam apa yang bisa diculik seperti ini, hm? Kurasa selain aku, Asakura akan menceramahimu nanti."

Published 10th of November, 2022
#PAW

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top