xl - Their Child Wants a Pet

Participants and Pairing :

-KAGEYAMSMILK - KiyoSoph

ShizuReiku - ToVierr

queenofjoker_ - KeiShi

KiyoSoph

"T-rex..?" Tubuh mungil Sophie sedikit terperanjat, tak tahu menahu bahwa sang buah hati berbicara dengan penuh binar di kedua bola mata.

Akira dan Ren menampik senyum lebar lantaran mereka berhasil melakukan sebuah kebiasaan baik yang patut diacungi jempol, lantas kedua anak ingusan itu menagih sebuah hadiah yang dijanjikan oleh pria bermanik ruby pada Sophie.

"tanyakan saja pada papa mu." Wanita itu berbicara sedikit acuh, sebuah layar monitor masih menjadi titik fokus sophie saat ini, "tapi papa berkata, mama yang akan memberikan nya."

seketika itu juga Sophie mengalihkan pandangan nya, manik si kembar bertemu dengan manik violet milik nya.

"Shuu ?" Sophie berbisik, "mama akan bertanya pada papa, kalian berdua yakin ingin emm T- rex ?"

Jika disinggung sejujurnya Sophie sedikit tak paham dengan cara berpikir sang buah hati, dengan gembira kedua anak kembar itu saling melontarkan ucapan ucapan yangmengundang gelak tawa orang dewasa.

"tentu saja mama, ren dan akira ingin t-rex." Sang adik berucap dengan antusias, "kenapa harus t-rex ? bagaimana dengan kucing ? atau anjing ? kura kura ? kelinci ?"

Kini akira menggelengkan kepala nya, "kami berdua sudah memutuskan ingin t-rex"

Belum sempat Sophie menjawab ucapan sang buah hati, pria dengan surai hitam datang memeluk sang istri dengan erat, "tentu, tentu kita bisa membeli t-rex, akira dan ren tinggal pilih mau warna apa."

Kembar seiras itu tersenyum bahagia, tak nampak raut wajah curiga.

"shuu, t-rex sudah punah." Wanita itu membawa tubuh Kashuu mendekat, berbisik tepat pada telinga.

"kita belikan kerabat nya saja, mudah bukan ?" Nampak kerisauan mulai menggerogoti hati Sophie, "itu akan membuat si kembar kecewa shuu."

Kashuu terdiam, tak berselang lama sang kembar kembali mendatangi kedua orang tua mereka,"papa, ren tidak mau t-rex."

"akira juga."

Kini pasangan suami istri itu bertanya tanya, bagaimana bisa buah hati mereka begitu cepat mengubah keputusan mereka, "kenapa tiba tiba ?" kashuu bertanya sembari kedua tangan mengusap ujung rambut si kembar.

"t-rex terlalu besar, akira tidak mau mama dan papa kena gigit." akira berbicara, memberi gestur menggigit.

"ren juga tidak mau, t-rex terlalu berisik, rawwwrrrr." ucap ren kala ia sedikit meraung.

Sophie hanya bisa tertawa, begitu lucu sang buah hati saat memperagakan bagaimana cara t-rex mengigit dan bersuara, sudut mata melihat sang suami hanya menggelengkan kepala.

"baiklah jika itu mau kalian." Sophie bangkit dari tempat ia duduk, "kalau begitu, mau melihat kucing?"

Akira dan ren saling memandang satu sama lain, lagi dan lagi kedua bola mata besar mereka berbinar.

"kalau begitu akira/ren ingin bebek." Serempak kedua anak ingusan itu berucap.

Gelak tawa terdengar, kashuu hanya bisa tertawa melihat tingkah anak nya.

"baiklah, kalau begitu mari pergi membeli bebek untuk kedua pangeran kecil kita mama Sophie."

__________________

ToVierr

Dari banyak hal yang tak bisa Tobio lakukan-selain belajar tentunya-kenapa salah satunya justru diinginkan oleh anaknya?

"Papa, aku ingin punya anjing," Shou berujar sambil menatap penuh harap Ayahnya.

"Tidak! Jangan anjing! Kucing saja!" Kou yang berdiri di samping kembarannya menyahut cepat. Dua anak berumur 10 tahunan itu jelas terlihat tak mau mengalah.

"Untuk apa memelihara kucing? Tidak ada kerennya sama sekali dari hewan itu," Shou membalas dengan agak sinis. "Anjing jelas lebih hebat dari segala hal,"

"Kucing juga hebat!" Kou jelas tak mau mengalah dengan mudah.

Kedua bocah laki-laki itu kemudian saling berhadapan satu sama lain. Sementara Tobio terlihat kebingungan bagaimana harus menghadapi ini. Isterinya yang jelas berada di ruangan yang sama dengan mereka, nampak hanya tersenyum senang melihat suaminya kebingungan. Ia tak berniat membantu.

"Vier," Tobio memanggil.

"Hm?" Masih dengan senyum di bibirnya, wanita berambut perak berujung merah menyahut. "Ada apa, sayangku?"

Tobio tak menjawab. Hanya mengerutkan kening memberikan kalimat tersirat.

Dan Vier bisa memahaminya dengan mudah.

"Jujurlah," Vier menyarankan. Berpangku dagu sambil memandang suaminya yang duduk di sampingnya. "Kurasa mereka akan paham jika Papanya punya sedikit masalah dengan hewan,"

Tobio tak menjawab. Memandang Vier sesaat, lalu ganti ke arah dua putranya yang masih bersaing menunjukkan kelebihan hewan yang diinginkan mereka masing-masing.

"Tapi, aku tak mau mereka kecewa karena itu," Tobio akhirnya berpendapat. Dan ucapan itu cukup membuat Vier agak terkejut.

Karena yang ia tahu, Tobio adalah tipe yang tak suka menunjukkan kelemahannya. Pria itu akan berusaha sekeras mungkin, untuk menutupinya. Terutama di hadapan anak-anak kesayangan mereka.

"Kalau begitu, tidak ada salahnya mencoba dulu, 'kan?" Vier menyarankan, "kita bisa ajak mereka ke petshop, dan biarkan mereka melihat-lihat dulu,"

Tobio terdiam. Jelas memikirkan saran Vier.

"Kurasa ... boleh juga," sahut Tobio akhirnya menyetujui. "Mungkin saja, sekarang para hewan tidak takut padaku,"

Vier tertawa seketika. Yang mana tawa itu berhasil membuat kedua putranya menaruh perhatian kepada Ibunya. Sedangkan Tobio, pria bermanik biru blueberry itu terlihat heran melihat tingkah sang istri.

"Mama?" Panggil Kou, "boleh ya kita punya kucing?" Ia menatap Vier dengan penuh harap.

"Tidak! Lebih baik anjing ketimbang kucing," Sho menimpali, "benarkan, Mama?"

Vier terdiam kemudian sambil tersenyum. Menatap putranya bergantian, dan mengusap masing-masing puncak kepala mereka.

"Kenapa tidak keduanya saja?" Vier memberi saran, "jadi kalian bisa bergantian bermain dengan hewan yang berbeda,"

"Eh? T-tapi ...," Sho namoak ragu. Ia memandang manik red-violet ibunya sesaat, sebelum ganti menghindarinya. "Bukankah ... anjing dan kucing tidak bisa akrab ...?"

"Yang benar?" Tobio menyahut tiba-tiba. Yang mana hal tersebut sukses mengejutkan Vier, Sho dan Kou. "Kucing dan anjing tidak bisa akrab?"

"Papa ... tidak tahu?" Kini ganti Kou yang mempertanyakan.

"Ahahaha!!" Dan Vier justru tertawa seketika. "Kalian tahu? Para hewan takut dengan Papamu. Sepertinya aura Papa ditakuti oleh para hewan,"

"Eh?" Kedua putra Kageyama terkejut bersamaan.

"Kalau begitu-

"Tapi itu saat Papa masih SMA!" Vier cepat-cepat menimpali ucapan yang hendak diutarakan Kou. "Sekarang bukan lagi masalah. Dan apa kalian tahu? Anjing tidak bisa akur dengan kucing itu cuman bohong. Mereka bisa kok akur satu sama lain,"

"Jadi, kami boleh punya keduanya?" Shou memastikan kemudian. Dengan cepat menarik kesimpulan.

"Tentu saja!" Vier mengangguk, "sekarang, bagaimana kalau kita mulai melihat-lihat? Mumpung Papa kalian sedang punya banyak waktu luang~"

"B-benarkah itu Papa?" Shou dan Kou bersamaan memastikan.

Tobio tersenyum tipis. "Tentu saja," jawabnya, "ayo kita pergi."

Kedua putra mereka berseru senang. Yang kemudian, masing-masing terlihat memeluk Tobio dan Vier bergantian. Sebelum akhirnya pergi ke kamar mereka untuk berganti baju.

Sedangkan Tobio dan Vier yang masih berada di tempat mereka ....

"Tobio," panggil Vier sambil menggenggam tangan suaminya. "Berjuanglah, sayangku~!" Dan menyemangatinya dengan senyum jahil yang terpatri di bibirnya.

__________________

KeiShi

Ini memang tidak terduga, tapi kedua pasutri Tsukishima itu sudah lama memiliki seorang anak perempuan. Baik Shizurei maupun Kei saja bingung bagaimana hubungan mereka sampai seserius memiliki keluarga kecil, padahal rasanya baru saja menikah kemarin. Sekarang mereka memiliki anak yang masih kecil- anak perempuan, dominan gen bapaknya tapi sikapnya mirip mamanya.

Sampai suatu hari, anak mereka ingin memiliki binatang peliharaan. Tanggung jawab yang besar untuk seorang gadis berusia 7 tahun, tetapi anak itu tidak berhenti membicarakannya setiap harinya. Kei yang jadi korban curhatan dan cerita anak semata wayangnya, sampai hafal kalimat anaknya dan topik pembicaraan mereka. Saat itu dia memang belum terpikirkan bagaimana menanggapinya.

"Papa, aku mau binatang peliharaan, boleh ya pa?"

"Iya, sabar ya, papa bicara sama mama dulu."

"Awww..."

Shizurei yang mendengarkan pembicaraan mereka hanya diam saja, untuk pertama kalinya. Satu sisi dia tidak ingin membuat putrinya terluka karena kalimatnya, dan kondisi mereka belum siap untuk menjaga satu hewan peliharaan. Memberikan berbagai boneka binatang seperti anjing, kucing, kura-kura, sebutkanlah satu-satu semuanya, itu tidak cukup. Anak itu mau binatang yang hidup, yang bisa diajak berinteraksi bersama.

Kalaupun Kei dan Shizurei mengabulkan keinginan anaknya, menunggu waktu ulang tahunnya saja sudah lewat dua bulan. Kalau menunggu tahun depan, juga akan merepotkan. Bisa saja Kei dan Shizurei mengibarkan bendera putih karena suara anak perempuan mereka yang mengulang-ulang topik atau kalimatnya bak kaset rusak jika dimainkan.

Bagusnya, mereka berdua memang tidak terlalu memanjakan anak mereka. Anak itu memang banyak maunya, tapi mereka berdua mengajarkannya untuk menunggu.

"Kau yakin menunggu anak itu cukup umur untuk menjaga hewan peliharaan?" tanya Shizurei, menatap Kei yang duduk di seberang meja makan.

"Anak kita masih terlalu kecil untuk tanggung jawab besar. Kau tahu sendiri biayanya ketika mengadopsi satu hewan peliharaan. Kita sama-sama tidak bisa mengawasi keduanya karena kesibukan masing-masing. Anak itu pasti mengerti kok, hanya saja kita perlu berbicara dengannya baik-baik," balas Kei, melipat kedua tangannya di depan dada.

"Bahkan untuk ikan saja, biayanya makin menjadi-jadi, ya," Shizurei meringis, mengomentari kalimat suaminya.

"Tapi, kalau dia komitmen dan kita bisa mengajarinya menjaga hewan peliharaannya, aku yakin dia bisa menjaganya jauh lebih baik," tambah Kei, "aku berpikir ada wajarnya juga kalau dia meminta adik atau hewan peliharaan, dia kan anak tunggal."

Shizurei terdiam sejenak. Jangan bilang itu kode lagi untuk menambah anak. Namun, perempuan berambut coklat itu pura-pura tidak paham saja, anggap tidak mendengar kalimat itu keluar dari Kei. Kalaupun kodenya makin keras, Kei bisa tidur di teras rumah.

Masih ada sekitar setengah jam lagi sebelum anak mereka pulang dari sekolah. Jarak rumah dan sekolah perkiraan setengah jam berjalan kaki. Shizurei berniat untuk menjemputnya kali ini- sekali-kali tidak jadi masalah juga. Seharusnya Kei yang datang ke sekolah putrinya, tetapi dia mengatakan sebelumnya bahwa dia ada urusan dadakan di luar nanti yang menghalangi tugas penjemputan.

Shizurei berdiri dari kursi, lalu segera bersiap-siap. "Aku pergi dulu ya, Kei. Aku bawa kunci rumah kok," pamitnya, sebelum mengambil tas kecilnya dan bergegas keluar dari rumah.

"Hati-hati di jalan," balas Kei, menatap istrinya pergi.

***

"Mama, aku mau hewan peliharaan, boleh ya? Satu aja, kok. Boleh, ya, satu aja kok ma, sudah bicara sama papa juga tapi belum dijawab juga."

Baru saja Shizurei menjemput putrinya dan memeluknya, dia sudah ditagih lagi. Shizurei menatap mata kecoklatan putrinya, rasanya hatinya luluh. Susah sekali mengatakan tidak, sementara itu tatapan memelas sakti diaktifkan. Bahkan ayahnya saja kadang-kadang luluh, tidak bisa melihat putrinya sendiri sedih atau menangis.

"Um, sayang, nanti waktu papa pulang, kita bicara ya. Papa sama mama sudah bicara, kok," balas Shizurei, mengelus puncak kepala putrinya.

Published on 28th of October, 2022

#PAW



Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top